• November 25, 2024
Waspadai gejala penyakit asam lambung saat puasa

Waspadai gejala penyakit asam lambung saat puasa

Refluks asam tidak secara langsung menyebabkan kematian, namun dapat menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa

Jakarta, Indonesia – Saat bulan puasa, masyarakat sering kali mengalami masalah asam lambung. Meski asam lambung bukan penyakit yang fatal, namun penyakit ini bisa menimbulkan banyak komplikasi. Sebuah peringatan bagi kita semua bahwa meski terlihat tidak berbahaya, penyakit lambung tidak bisa dianggap remeh.

GERD (penyakit refluks gastroesofagus) adalah penyakit pencernaan paling umum di dunia, menyerang lebih dari 10-20% populasi orang dewasa. GERD sering dianggap sebagai penyakit di Dunia Barat dan sangat sedikit literatur yang tersedia mengenai penyakit ini di Asia. Dengan meningkatnya obesitas dan westernisasi di Asia, kejadian GERD meningkat pesat (Sumber: Sharma, Bicara; Bhatia, Shobna; Astaga, kean Lee. Maraknya penyakit asam lambung di Asia. Hak Cipta 2018).

Dari studi berbasis populasi, prevalensi GERD berdasarkan gejala di Asia Timur adalah 2,5%-4,8% sebelum tahun 2005 dan 5,2%-8,5% dari tahun 2005 hingga 2010. Di Asia Tenggara dan Barat, prevalensinya mencapai 6,3%-18,3%. . % setelah tahun 2005, jauh lebih tinggi dibandingkan angka di Asia Timur (Sumber: Jung, Hiu– Kyung. Epidemiologi penyakit refluks gastroesofagus di Asia: tinjauan sistematis, Jurnal Neurogastroenterologi dan Mobilitas 17(1):14-27 · Januari 2011). Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki data epidemiologi yang lengkap mengenai kondisi tersebut.

“Memasuki bulan Ramadhan, kami ingin meningkatkan kesadaran akan penyakit yang tampaknya umum ini, namun jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini bisa berakibat fatal. “Mampu menjaga asupan makanan sehat yang seimbang tentunya bukan hal yang mudah di zaman sekarang ini,” ujar Yongky Sentosa, Head of Personal Health Philips Indonesia yang aktif melakukan kegiatan kampanye pemasaran untuk mendukung masyarakat dalam menyiapkan makanan sehat. itu mudah dan praktis.

Sementara itu, Dr. Dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, Konsultan Penyakit Lambung dan Pencernaan FKUI/RSCM mengatakan: “Ada sebagian umat Islam yang langsung tidur setelah sahur. Hal ini dapat menyebabkan asam lambung kembali naik ke kerongkongan yang Akhirnya menimbulkan masalah pada saluran cerna bagian atasnya. Selain itu, ada kebiasaan buruk lainnya yang juga sering dilakukan selama bulan Ramadhan, yaitu makan berlebihan saat berbuka puasa yang disusul dengan merokok. Dengan melakukan hal tersebut, justru meningkatkan risiko terjadinya gangguan lambung seperti seperti dispepsia dan terutama jika Anda pernah menderita sakit maag sebelumnya.”

Oleh karena itu, Dr. Ari menjelaskan, saat berbuka sebaiknya makan dalam porsi sedang. Misalnya saja mengawali dengan jajan dalam porsi kecil, kemudian menunggu hingga selesai shalat Maghrib baru dilanjutkan dengan makan utama setelah shalat Maghrib dan sebelum shalat tarawih. Namun tetap dalam jumlah yang tidak berlebihan.

Budaya “balas dendam” dengan memikirkan menggandakan makan siang dan makan malam saat berbuka sebaiknya dihindari. Biasakan untuk berhenti makan dua jam sebelum tidur agar pencernaan dapat bekerja maksimal.

Kenali gejala GERD

Gejala khas GERD adalah rasa hangat di dada seperti terbakar dan ada sesuatu yang berputar ke belakang seperti ada yang mengganjal, atau disebut juga dengan GERD. maag. Namun, kriteria GERD yang berbeda telah dipublikasikan di seluruh dunia, termasuk di Asia, dengan frekuensi gejala yang berbeda-beda, dari seminggu sekali hingga bahkan setahun sekali. Selain itu, masih belum ada konsensus mengenai apa yang membedakan GERD dengan dispepsia.

Maag terkait dengan GERD biasanya dialami setelah makan. Ada juga gejalanya GERD gejala lainnya termasuk suara serak, sakit tenggorokan, batuk kering kronis, terutama pada malam hari. GERD adalah penyebab umum batuk yang tidak diketahui penyebabnya. Tidak jelas bagaimana GERD menyebabkan atau memperburuk batuk, atau bagaimana asma dan obat yang digunakan untuk mengobatinya dapat memperburuk BUOO, yang menyebabkan peningkatan air liur secara tiba-tiba, bau mulut, sakit telinga, dan nyeri dada.

Cara mengobati GERD

Menurut dr. Ari, pengobatan penderita GERD pada dasarnya adalah menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi. Hal ini dapat dilakukan melalui intervensi non-medis atau perubahan gaya hidup, atau bila perlu melalui intervensi medis.

Penderita GERD disarankan untuk tidak makan daging berlebihan dalam waktu singkat, dan lebih baik memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Mereka juga disarankan untuk tidak mengonsumsi daging dan jeroan secara bersamaan, serta tidak mengonsumsi makanan yang terlalu pedas atau asam.

Penderita juga sebaiknya menghindari tidur dua jam setelah makan, karena dapat menyebabkan naiknya asam lambung. Pasien GERD sebaiknya mengurangi kopi, alkohol, dan minuman ringan yang akan memperburuk kondisinya. Selain itu, penting juga untuk menghindari stres dan mengontrol berat badan untuk mencapai indeks massa tubuh (BMI) yang ideal. -Rappler.com

SDy Hari Ini