• November 25, 2024
Perlu tindakan nyata, bukan kritik

Perlu tindakan nyata, bukan kritik

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Presiden Jokowi menyerukan diakhirinya krisis kemanusiaan di Myanmar

JAKARTA, Indonesia – Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah mengutus Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sebagai utusan khusus Indonesia untuk membantu mengatasi krisis di Myanmar. Selain pesan dari Presiden Jokowi, Retno juga membawa bantuan berupa bahan makanan dan obat-obatan senilai US$2 juta.

Sebelumnya, pada tahun lalu, pemerintah Indonesia mengirimkan 10 kontainer berisi sarung dan bahan pokok. Bantuan tersebut berasal dari masyarakat yaitu pemerintah dan pengusaha. (BACA: Presiden Jokowi Bantu Rohingya dan Kirim 10 Kontainer Bantuan)

Siaran Retno tersebut merupakan respons Jokowi setelah mendapat tekanan dari berbagai pihak di Tanah Air yang meminta Indonesia segera mengambil tindakan terhadap tragedi Rohingya. Namun, pemerintah tetap pada kebijakannya untuk menggunakan pendekatan ini diplomasi non-megafon. Karena hanya dengan begitu Myanmar bersedia menerima kehadiran Indonesia.

Mantan Gubernur DKI ini pun menyayangkan berbagai aksi kekerasan yang terjadi di Rakhine State, Myanmar.

“Perlu tindakan nyata, bukan sekedar pernyataan yang mengandung kritik. Pemerintah tetap berkomitmen membantu mengatasi krisis kemanusiaan dan bersinergi dengan kekuatan masyarakat sipil di Indonesia dan dunia internasional, kata Jokowi saat memberikan keterangan pers di Istana Merdeka, Minggu malam, 3 September.

Sebelum berangkat ke Myanmar, Retno mengaku berkomunikasi melalui telepon dengan beberapa pihak, antara lain Sekjen PBB Antonio Guterres, Komisi Penasihat Khusus untuk Negara Bagian Rakhine Kofi Annan, Penasihat Keamanan Nasional Myanmar U Thaung Tun, Menteri Luar Negeri Bangladesh, Abul Hassan MA, dan Turki. Urusan luar negeri. Menteri Mevlut Cavusoglu.

Atas restu Jokowi, Retno berangkat ke Myanmar kemarin sore dan tiba di Yangon pada Senin dini hari. Ia berencana bertemu dengan Aung San Suu Kyi, yang bertindak sebagai penasihat negara dan menteri luar negeri Myanmar. Indonesia menjadi negara pertama dan satu-satunya yang diterima Myanmar.

Malaysia mencoba mengatasi masalah ini tahun lalu namun ditolak oleh Myanmar karena mengkritik mereka terlalu keras. Pendekatan diplomasi megafon yang dilakukan Perdana Menteri Najib Tun Razak justru menjadi bumerang bagi pemerintahan mereka sendiri.

Selain memberikan bantuan berupa pangan, Indonesia juga membantu memberikan akses pendidikan dan kesehatan kepada berbagai kelompok di Rakhine State. Indonesia telah membangun enam sekolah dasar di wilayah Rakhine State, dimana setiap sekolah mampu menampung antara 250-300 siswa.

Sementara terkait pengungsi Rohingya, Jokowi menyebut Indonesia telah menampung 959 orang. Mereka melarikan diri pada tahun 2016 karena kekerasan yang dilakukan rezim militer. Mereka tersebar di empat lokasi yakni di Jakarta, Medan, Makassar, dan Aceh. (BACA: Simak Penderitaan Rohingya, Anak Tiri di Indonesia)

“Indonesia juga telah menampung pengungsi dan memberikan bantuan terbaik,” kata Jokowi.

Selain ke Myanmar, Jokowi juga meminta Retno terbang ke Bangladesh. Tujuannya adalah untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan para pengungsi di Bangladesh.

“Sekali lagi, krisis kemanusiaan ini harus segera dihentikan,” ujarnya.

Krisis Rohingya kembali mendapat perhatian publik pada pekan lalu setelah adanya aksi kekerasan yang diduga dilakukan oleh rezim militer. Akibatnya, sebanyak 30 ribu warga etnis Rohingya memilih mengungsi ke Bangladesh. Menurut data Panglima Militer Myanmar, 400 orang telah terbunuh di Rakhine State. – Rappler.com

Data SDY