• November 25, 2024

Pengusiran adalah proses pendewasaan bagi kami

JAKARTA, Indonesia—Pada tahun 2006, jemaah Ahmadiyah yang tinggal di Ketapang, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi sasaran kemarahan masyarakat. Rumah mereka dirusak dan dibakar. Mereka diusir dan terpaksa mengungsi ke Wisma Transito di Kelurahan Majeluk, Kota Mataram.

Sepuluh tahun kemudian, banyak anggota komunitas Ahmadiyah yang kembali ke masyarakat. Mereka berhasil bersatu kembali dengan mantan tetangganya. Namun masih banyak pula yang masih tinggal di pengungsian.

Menurut penuturan Khatib Ahmadiyah NTB Saleh Ahmadi, hingga saat ini sebanyak 32 kepala keluarga atau 116 jiwa belum berani kembali ke rumahnya. Mereka diusir dari rumah dan kampung halamannya. Mereka harus puas tinggal di kamar berukuran 3×4 meter untuk satu keluarga. Itu tidak layak, tapi mereka tidak punya pilihan. Bahkan bantuan subsidi dari pemerintah pun hilang.

Terlantar, tidak mampu mencari nafkah, tanpa subsidi, dan rindu kampung halaman, mereka rasakan sejak Februari 2006.

Pada Senin, 15 Februari, Rappler mendapat kesempatan langka untuk bertemu dengan Dakwah Jamaah Ahmadiyah Wilayah NTB, Saleh Ahmadi. Berikut petikan wawancara Saleh yang mengikuti pembahasan Kaukus Pancasila di DPR, 15 Februari.

Bagaimana kondisi terkini warga Ahmadiyah di Wisma Transito?

Kami dari pihak Ahmadiyah sudah berbuat banyak agar mereka bisa keluar dari Transito. Hasilnya, kami berhasil meyakinkan sekitar 60-70 persen dari mereka untuk memberikan berbagai pilihan. Ada yang pindah ke perumahan, ada pula yang pindah ke daerah. Namun, masih ada sekitar 32 kepala keluarga (sebelumnya lebih dari 100 KK), 116 jiwa, yang tinggal di Transito dengan segala permasalahan sosial tentunya.

Selama 10 tahun tidak ada kemajuan?

Kemajuan pasti akan ada jika kita terus memberikan dukungan spiritual, motivasi, semangat dan semangat hidup. Kami juga memberikan langkah nyata bagaimana orang-orang duniawi bisa mendapatkan pekerjaan dan melakukan apa saja untuk bertahan hidup. Kini ada pula yang nyaman mencari nafkah di pasar. Ada yang menjadi pemulung, tukang ojek, dan ada pula yang menjadi surveyor.

Sebelumnya, ada 100 keluarga yang tinggal di pengungsian. Kini hanya tersisa 32 keluarga. Apakah yang keluar dari Transit juga keluar dari Ahmadiyah?

Mereka keluar dari Transit tetapi tidak keluar dari Ahmadiyah. Apapun kondisi yang kita hadapi, iman itu tetap menjadi urusan kita dengan Tuhan.

di mana mereka

Mereka menetap di tempat yang lebih heterogen dan bisa menerima mereka. Di Kota Mataram sendiri masyarakatnya heterogen, di daerah lain juga ada.

Bagaimana sisa 32 KK yang masih disubsidi pemerintah?

Tiga puluh dua keluarga masih dalam Transit dengan segala permasalahannya, ekonomi dan segala macamnya. Kalau subsidi, setahu saya hanya untuk 2 tahun pertama saja. Setelah itu, jangan pernah lagi. Semakin sering mereka datang ke sini, mereka menjaga diri mereka sendiri.

Apa saja kendala selama 10 tahun Anda tinggal di Transito?

Mereka harus menerima tinggal di Transito yang disekat 3×4 meter untuk satu keluarga, tidak ada ruangan pribadi. Dia masalah secara psikologis.

Penduduknya sendiri hidup berdesakan di satu tempat, padahal mereka berasal dari sana latar belakang yang tidak sama. Hal ini tentu menimbulkan gesekan, pengaruh psikologis dan spiritual, semuanya sangat berdampak.

Kedua, soal penerimaan masyarakat. Awalnya masyarakat masih mencari tahu alasan mereka dievakuasi. Kalaupun tidak benar, namun masih menjadi dogma di masyarakat.

Namun setelah orang-orang melihat lebih jauh, mempelajari dan berinteraksi dengan kami, kini mereka semua menerimanya. Orang-orang di sana tidak mengganggu kami lagi. Kami bahkan memiliki kegiatan untuk mendorong kerja sama dengan masyarakat lokal.

Apakah penggusuran warga Ahmadiyah di Bangka menimbulkan trauma bagi warga Ahmadiyah di Transito?

Warga di Transito mengalami apa yang dialami jemaah Ahmadiyah di Bangka berkali-kali. Mereka mengalami berbagai bentuk kekerasan yang menghancurkan harta benda mereka. Karena berulang kali terjadi, mereka menganggap kejadian di Bangka itu sebagai hal biasa. Hal ini sudah mereka alami berulang kali sehingga mereka mengungsi ke Transito.

Apa harapan warga Ahmadiyah Transito setelah 10 tahun berlalu?

Kami dari pihak Ahmadiyah sederhana saja: kami ingin sikap dan tindakan nyata, adil terhadap warga negara kami yang memang warga negara Indonesia, yang tentunya tidak mempunyai cacat hukum sebagai warga negara yang menaati konstitusi yang baik dan benar.

Sikap yang adil dan manusiawi terhadap warga negara kita yang telah mengalami begitu banyak diskriminasi dan kekerasan. Setidaknya membantu psikologi masyarakat Transit dengan memberikan harapan hidup dan perhatian pemerintah dalam tindakan nyata.

Setidaknya memberikan ketenangan dan rasa aman yang hadir pemerintah sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Kedua, adanya peran nyata pemerintah yang dapat mereka rasakan untuk membantu permasalahan yang mereka hadapi dalam 10 tahun terakhir. Ya, seperti pakaian, makanan atau tempat tinggal.

Bisakah dijelaskan kepada orang awam apa yang membedakan Ahmadiyah dengan umat Islam lainnya?

Sederhananya, kita mengikuti Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang memiliki rukun Islam, syahadat, itulah harga kematian bagi kita. Nabi Muhammad adalah nabi kita.

Yang kedua, kita juga shalat, puasa, zakat, dan juga menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Bukankalimat jika ada yang mengatakan warga Ahmadiyah tidak bisa menunaikan ibadah haji. Saya bisa.

Tidak benar apa yang dikatakan Ahmadiyah menyimpang dari ajaran Islam.

Ada yang bilang syahadat Ahmadiyah berbeda dengan umat Islam lainnya?

Itu saja, selama ini ada Ahmadiyah versi Ahmadiyah, ada versi pers, ada versi tokoh yang anti Ahmadiyah. Kita semua tahu. Dan ada Ahmadiyah yang merupakan Ahmadiyah yang benar-benar murni. Jadi tidak ada perubahan syahadat.

Jadi apa bedanya?

Yang membedakan Ahmadiyah dengan umat Islam lainnya adalah Ahmadiyah meyakini Nabi Isa masih hidup di langit, karena Ahmadiyah beliau sudah meninggal.

Dari mana asalnya?

Al-Quran Nur Qarim (dengan tafsir berbeda-beda).

Perbedaan yang kedua adalah bagaimana memahami bahwa Yesus yang akan turun di akhir zaman bukanlah Yesus yang kita yakini telah mati. Melainkan Isa Al Messiah yaitu Isa yang ciri dan fungsinya sama dengan Isa sebelumnya, namun beliau merupakan pengikut Nabi Muhammad SAW Islam sendiri yang bergelar Imam Mahdi.

Bagi Ahmadiyah, Imam Mahdi telah datang, dan kami beriman.

Jadi hanya Imam Mahdi saja yang berbeda?

Ya Orang bisa berbeda, itulah prinsipnya.

Tapi ada yang bilang disesatkan karena pertanyaan Imam Mahdi?

Ya, pandangan orang-orang itu bagus. Yang harus kita pertahankan, bagaimana pun orang menentang kita, kita adalah pengikut Nabi Muhammad SAW. Urusan surga adalah hak prerogatif Tuhan. Pastinya sebagai wujud kesetiaan kita kepada Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa Imam Mahdi akan datang dari kaumnya sendiri.

Apakah Anda merasa sedih ketika ditentang oleh mayoritas umat Islam di Indonesia?

Ya, di satu sisi, kita mau tidak mau harus mengakui bahwa hal ini mengkhawatirkan, karena mereka beranjak dari pemahaman yang salah.

Namun yang kami yakini, yang benar dalam diri kami adalah keyakinan kami tentang Islam sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Kalau mereka tahu tapi tidak tahu tentang anti-Ahmadiyah, mereka tidak akan membencinya tapi akan memahaminya.

Apakah Anda punya pesan untuk warga Ahmadiyah di seluruh Indonesia (kurang lebih ada 400-600 ribu warga Ahmadiyah di seluruh Tanah Air)?

Inilah proses pendewasaan kita sebagai umat Nabi Muhammad, apapun yang kita hadapi, umat Nabi Muhammad juga mengalami hal yang sama.

Apakah ini semacam jihad?

Konsep jihad kami adalah menyebarkan cinta dan kasih sayang sebagai inti ajaran Islam. Tidak boleh ada kebencian terhadap makhluk Tuhan mana pun. —Rappler.com

BACA JUGA

Angka Sdy