• November 26, 2024
Kisah Intan Aletrino sepulang dari ajang ‘Miss Supranational 2016’

Kisah Intan Aletrino sepulang dari ajang ‘Miss Supranational 2016’

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Pulang kampung dengan predikat Top 10, Miss Multimedia dan Miss Elegance menjadi prestasi membanggakan Intan untuk Indonesia

JAKARTA, Indonesia – Perjalanan Intan Aletrino mengikuti acara tersebut Nona Supranasional 2016 selesai Ajang yang digelar di Polandia tersebut berhasil membawa Intan menduduki posisi sepuluh besar dan sekaligus meraih dua penghargaan sekaligus.

AlhamdulillahIndonesia berhasil Sepuluh teratas di posisi nomor tujuh. Dan juga memakai dua sekaligus penghargaanMiss Multimedia Awards dan Miss Elegance,” kata Intan saat ditemui di Kafe Wedang Jahe, Jakarta, Kamis, 15 Desember.

“Saya cukup bangga bisa meraih prestasi ini, karena ini merupakan ajang internasional pertama bagi Intan. Dan menyandang nama negara merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. “Biasanya aku pakai selempang bertuliskan putri Indonesia, sekarang jadi nama Indonesia banget,” imbuh gadis kelahiran 1993 itu.

Prestasi yang diraihnya dalam ajang tersebut Nona Supranasional 2016hanya karena Intan benar-benar menunjukkan kecintaannya pada Indonesia, bukan egois.

Ia bahkan mengenakan kebaya saat siaran di salah satu stasiun televisi lokal, meski kontestan lain memakainya gaun. Dan menurut Intan, inilah daya tarik yang dimilikinya.

“Saya adalah satu-satunya yang terlihat berbeda saat itu, semua orang itu terkagum-kagum dengan apa yang aku kenakan, mereka bertanya, ‘Pakaian apa ini? Itu kebaya, baju adat “Digunakan oleh perempuan Indonesia,” kata Intan.

Intan pun merasa senang atas penampilannya di acara tersebut Nona Supranasional 2016 dihadiri oleh Duta Besar RI untuk Polandia, Peter F. Gontha dan tentunya dukungan dari beberapa WNI yang menyaksikan langsung acara tersebut Nona Supranasional 2016.

Pengalaman selama karantina

Intan menuturkan, kesulitan yang ia alami selama mengikuti acara tersebut Nona Supranasional 2016 Sulit beradaptasi dengan cuaca yang sangat berbeda dengan Indonesia, bahkan Intan sempat jatuh sakit saat masa karantina. Dia juga kesulitan mencari makanan halal.

Intan juga mengungkapkan, tidak semua orang di Slovakia dan Polandia bisa memahami bahasa Inggris selama masa karantina. Namun, menurut Intan, hal tersebut menjadi keunikan tersendiri karena ia tetap bisa berkomunikasi selama masa karantina dan merasakan kehangatan orang-orang di sekitarnya.

“Hal yang paling mengesankan adalah kami tidak berkompetisi di sana, namun kami adalah keluarga baru dan kami berada di sana bersama satu sama lain mendukungsaling mendukung dan tidak saling menjatuhkan,” ujar gadis jebolan Fakultas Hukum Universitas Andalas ini.

Selama masa karantina, Intan mengaku dekat dengan kontestan asal Malaysia, Julylen Liew Gizelle. Kebetulan saat transit di Kuala Lumpur, ia satu pesawat dengan Julylen dan dari situlah kedekatan mereka mulai terjalin.

Kunjungi korban gempa di Aceh

Setelah seminggu berada di Indonesia, pada Sabtu, 10 November, Intan berangkat ke Aceh untuk menjenguk langsung para korban gempa dan juga memberikan bantuan berupa makanan dan obat-obatan. Ia mengungkapkan, ini merupakan kunjungan pertamanya ke Aceh.

“Saya sangat prihatin dengan situasi di sana. “Tetapi satu hal yang sangat membuat saya terkesan adalah, sesampainya di sana, masyarakat kami masih ceria dan menyambut kami dengan gembira, terutama anak-anak,” kata Intan.

Intan pun sempat berbincang dengan warga sekitar dan bermain bersama anak-anak di Pidie Jaya, Aceh. Intan bercerita, di sana ada cewek yang bercerita ingin menjadi Puteri Indonesia, mengikuti jejaknya.

“Kalau mau jadi Puteri Indonesia harus rajin sekolah. “Dan saya lihat semangat mereka ada, kalau misalnya semangatnya tidak ada, saya kira itu akan menjadi kendala,” kata Intan.

BACA JUGA:

-Rappler.com

lagu togel