Megawati: Memelihara dan mengamalkan Pancasila
- keren989
- 0
Nabi Muhammad tidak pernah mendeklarasikan negara Islam
BLITAR, Indonesia – Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri mengingatkan pentingnya berdirinya negara Pancasila. Untuk itu seluruh elemen bangsa harus menjaga, menjaga dan mengamalkannya. Serta mencegah kelompok lain mengubahnya berdasarkan negara atau ideologi lain.
Saya ingatkan kepada Presiden Jokowi, jika salah satu dari empat pilar itu terguncang maka Indonesia bisa mengalami shock, katanya dalam pidato politik yang disampaikan pada rapat umum Presiden Sukarno di Blitar, Senin malam, 5 Juni 2017.
Di hadapan ribuan kader PDI Perjuangan dan pengagum Sukarno, Mega mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah menetapkan hari lahir Pancasila sebagai hari libur nasional. Sudah lama, kata dia, PDI Perjuangan memperjuangkannya, namun baru berhasil pada tahun ini.
Mengenakan kebaya putih, jilbab senada, dan celana panjang hitam, Megawati berpesan kepada kader PDI Perjuangan agar tidak melupakan sejarah perjuangan negara. Termasuk jasa para pejuang dan ulama yang memerdekakan bangsa ini dari penjajahan.
“Ingatlah perjuangan para pejuang NU, Muhammadiyah, dan masih banyak lagi pejuang lainnya,” ujarnya. Megawati pun berdoa sejenak di makam Bung Karno. Dia muncul dengan khidmat saat berdoa di makam “Putra Fajar”.
“Saya berdoa di depan makam ayah saya. “Anak-anak kalian sekarang harus tetap berpegang pada NU untuk menjaga Pancasila dan menjaga keberagaman,” ujarnya.
Selama 350 tahun penjajahan Belanda, kata dia, pejuang perlawanan selalu gagal karena mudah terpecah belah. Tidak bersatu, tidak solid melawan penjajah. “Sumpah Pemuda mampu menyatukan perbedaan suku, bangsa, dan agama,” ujarnya.
Ancaman memecah belah bangsa
Megawati juga mengatakan, saat ini ada sebagian elemen bangsa yang berpikiran sempit dan merasa seolah-olah tanah air adalah milik mereka sendiri. Meski Timur Tengah sedang terpuruk. “Bukankah itu contoh yang buruk?” Mega bertanya.
Megawati juga mengangkat isu adanya pihak yang menginginkan PDI memecah Perjuangan. “Banyak orang yang kesal,” kata Megawati. Perjuangan PDI tetap hidup selama Indonesia masih ada.”
Pidato tersebut diakhiri dengan teriakan kemerdekaan. Mega menerima bendera tersebut, mengibarkannya dan mengibarkannya diiringi lagu Berkibarlah Bendera. Dilanjutkan dengan lagu bertajuk Di Timur Matahari untuk mengenang sosok Bung Karno yang lahir pada 6 Juni itu.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kiai Haji Said Agil Siradj berpesan kepada semua pihak untuk berorganisasi, menjaga kerukunan dan menjauhi nafsu demi kepentingan politik, kekayaan, dan gengsi. Menurutnya, prinsip agama Islam ada dua, tawasut yang berarti moderat dan yang kedua tasamuh atau toleran.
“Islam itu moderat. “Islam tidak mengenal ekstrem, radikal, dan terorisme,” ujarnya. Sikap tawasut, kata dia, tidak bisa terwujud tanpa ilmu pengetahuan dan tanpa dukungan intelektual serta pendidikan. Kalau pintar, katanya, harus moderat. Islam tidak bisa kaku.
Nabi Muhammad tidak mendeklarasikan negara Islam
Dalam kesempatan itu, Said Agil juga menyampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah mendeklarasikan negara Islam. Tidak berdasarkan agama, suku atau bahasa tertentu. Namun semua bangsa bisa hidup rukun dan damai. “Tidak boleh ada konflik, kebencian dan permusuhan. Kecuali yang melanggar hukum menjadi musuh bersama, ujarnya.
Perspektif ini menginspirasi ulama nasionalis di Indonesia dan nasionalis religius. Hanya di Indonesia, kata dia, yang ada keharmonisan antara agama dan nasionalisme. Sedangkan di Arab tidak ada ulama yang bersifat nasionalis religius atau nasionalis.
“Presiden Sukarno adalah kekasih Allah. Sebenarnya dia tidak mati, dia masih hidup, pahlawan syahid yang hidup di sisi Allah, ujarnya. Usai menyampaikan khutbah, Kiai Haji Said Aqil Siradj memimpin doa dan tahlil di depan makam Bung Karno. —Rappler.com