• November 29, 2024

Menko Darmin: Jangan hanya sibuk dengan pameran

JAKARTA, Indonesia – Jika Anda melihat pot-pot bunga anggrek cantik di berbagai retail modern di Jakarta, mungkin itu adalah anggrek dari taman Eka Karya. Usaha anggrek yang dimulai pada tahun 1997 ini memiliki kebun yang luas di Cikampek, dan merupakan eksportir tetap ke beberapa negara, antara lain Singapura dan Jepang.

“Prinsip kami adalah kualitas, kuantitas dan kontinuitas. “Pasar yang kami garap harus terus disuplai dengan produk-produk dengan kualitas yang konsisten,” kata Joko As’ad, Manajer Eka Karya, Senin 24 Juli 2017 di Jakarta.

Joko menjadi salah satu pembicara dalam dialog yang digelar pada pembukaan Florikultura 2017 di Ruang Graha Sawala Kementerian Perekonomian di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta. Beliau bercerita tentang suka duka mengembangkan bisnis budidaya bunga.

“Produknya sensitif dan mudah rusak. “Kalau ekspor sangat memerlukan dukungan logistik, termasuk container yang bisa menjaga suhu bunga agar tetap segar saat sampai di tujuan,” kata Joko.

Dukungan logistik ini juga disampaikan Anas Anis, dari kelompok tani Alamanda, Sukabumi. Mereka adalah eksportir utama bambu Jepang (Dracaena). “Kemudahan prosedur karantina dan ekspor sangat penting. “Negara lain mendukung petaninya dengan benih, logistik, dan peraturan,” kata Anas.

Ketua panitia acara, Syarifah Iis Aisyah mengatakan, acara ini diharapkan dapat menjadi kebangkitan industri bunga Indonesia. Menurut Syarifah Iis yang juga Direktur Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni Institut Pertanian Bogor, usai dibuka oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution, Florikultura 2017 akan dilanjutkan dengan seminar ilmiah di IPB Conventional Center, Bogor. pada tanggal 28 Juli 2017.

Jangan hanya memiliki banyak pajangan

Dalam sambutannya, Darmin berharap florikultura mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. “Peluang ini bisa terus kita kembangkan meski belum terlalu besar. “Yang terpenting adalah mengkomunikasikannya dengan baik kepada masyarakat agar masyarakat hadir dan sadar bahwa acara ini ada,” ujarnya.

Darmin mengingatkan, harus ada sinergi dalam membangun kelompok usaha yang kemudian berkolaborasi dengan kegiatan terkait di bidang benih, pupuk, pemeliharaan, dan pemasaran. Jadi bukan hanya tampilannya yang tidak bagus, tapi juga tidak ada perawatan yang tepat.

“Paradigma dalam membuat pameran perlu kita ubah, namun yang melakukannya hanya banyak orang, namun tidak ada upaya pengembangan yang lebih sistematis. “Saya mohon bisa dijadikan kegiatan yang sinergis,” jelas Darmin.

Data pemerintah menunjukkan ekspor kembang kol dunia masih didominasi oleh Belanda, Kolombia, Ekuador, Ethiopia, Kenya, dan India. Negara yang juga mulai menjadi eksportir adalah Thailand, Malaysia, Australia, Israel, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Kontribusi negara-negara tersebut terhadap PDB-nya mencapai 40%.

“Saya berharap seluruh provinsi dan kabupaten atau pusat kota mulai fokus pada pengembangan komoditas ini. “Hal ini diperlukan agar suatu saat nanti industri ini mampu berbicara lebih banyak di kancah perdagangan dunia dan tentunya bagi perolehan devisa negara,” ujarnya.

Selain itu, Darmin mengajak semua pihak untuk mulai fokus pada perbaikan cara penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemasaran yang lebih baik. Selain itu, sinergitas kelompok usaha dengan kegiatan terkait juga harus menjadi perhatian bersama.

Bisnis senilai US$20 juta dolar

Florikultura 2017 diharapkan dapat menghidupkan kembali industri yang sempat terpuruk (24/7/2017).  Foto oleh Uni Lubis/Rappler

Karen Tambayong dari Komite Tetap Kadin Bidang Florikultura mengatakan bahwa industri ini ‘tertidur’ dan tertidur. “Meski perekonomian dunia sedang melemah, namun industri bunga justru mulai meningkat. Kecintaan terhadap bunga hendaknya kita kembangkan dengan menjadikannya sebagai gaya hidup. “Bukan sekadar dekorasi di acara-acara,” kata Karen.

Karen menyinggung validitas data yang menganggap remeh bunga dibandingkan industri buah-buahan. Data ekspor florikultura tercatat sekitar US$20 juta. Menurut Karen, hanya dari bunga dan daun potong serta Dracaena atau bambu Jepang.

Meskipun florikultura mencakup tanaman lanskap; tanaman hias dalam pot; tanaman keras dan tanaman semusim; hiasan kering berupa bunga dan buah-buahan; tanaman air; memotong bunga dan daun; umbi-umbian, rimpang, bibir dan kultur jaringan serta rangkaian bunga.

“Nilainya pasti lebih besar dari 20 juta dolar. “Selanjutnya, pemerintah menghapus pungutan PPN sebesar 10%,” kata Karen. Volume perdagangan dunia untuk florikultura kini mencapai US$250 miliar.

Karen yang pernah menjabat sebagai Ketua Asosiasi Bunga Indonesia (ASBINDO) dan guru besar florikultura Budi Marwoto membantu pemerintah Kota Tomohon mengembangkan kota di Sulawesi Utara sebagai “kota bunga”. Kini Tomohon telah berkembang menjadi kota yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Pada tanggal 8 Agustus 2017, Tomohon menyelenggarakan Festival Bunga Internasional untuk ketujuh kalinya. “Keindahan taman bunga di Tomohon menjadi kunci pengembangan pariwisata di daerah kami,” kata Wali Kota Tomohon Jimmy Feidie Eman.

Tomohon merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang mempunyai peraturan daerah mengenai budidaya bunga. Keunggulan Tomohon adalah bunga krisan kulo (putih) dan bunga krisan riri (kuning), bunganya lebar dan tahan lebih lama dibandingkan bunga krisan daerah lain.

Rantai pemasaran dan SDM

Kesempatan berdialog dimanfaatkan oleh para penggiat florikultura yang berasal dari daerah. Sukardi yang mewakili kelompok tani asal Pemalang, Jawa Tengah, mengeluhkan rantai pemasaran bunga melati. Ia bersama teman-temannya menanam bunga melati di 5 desa dalam satu kecamatan. “Kami memproduksi bunga melati setiap hari sebanyak 5 ton, tidak semuanya bisa dipasarkan,” kata Sukardi.

Direktur Buah dan Bunga Kementerian Pertanian Sarwo Edhy yang hadir dalam dialog tersebut menyikapinya dengan menghubungkan Sukardi dan kelompok taninya dengan produsen teh di Slawi yang kebetulan membutuhkan melati dalam jumlah besar untuk tehnya. “Komunikasi antara petani, pelaku industri, dan pemerintah penting agar florikultura bisa berkembang,” kata Sarwo Edhy.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian memberikan pembinaan kepada kelompok tani, menyelenggarakan sistem perbenihan, menyelenggarakan pasar dan mendorong inovasi. “Untuk bunga krisan misalnya, pusat penelitian hortikultura telah mengembangkan hingga 80 varietas bunga krisan,” kata Sarwo Edhy.

Persoalan benih yang masih mahal dan dukungan sumber daya manusia menjadi pekerjaan rumah yang perlu didukung oleh akademisi. Rektor IPB Profesor Herry Suhardiyanto mengatakan IPB akan mengerahkan ilmuwan dan peneliti untuk menghasilkan benih berkualitas baik dan harga lebih murah dibandingkan benih impor. Hingga saat ini, banyak petani yang mengimpor benih dari Belanda.

“Komitmen pemerintah terhadap pengembangan florikultura harus didukung dengan pendanaan penelitian dan pengembangan yang memadai,” kata Herry. IPB dan Kementerian Koordinator Perekonomian menjalin kerja sama untuk menyelenggarakan Florikultura 2017.

Pada Sabtu dan Minggu (29-30 Juli 2017), akan diadakan pertukaran pertanian, pertukaran kuliner, lomba merangkai bunga bahkan karnaval di lapangan IPB Baranangsiang dan sekitar Kebon Raya Bogor. – Rappler.com

sbobet mobile