• October 2, 2024
Seniman Bali bersiap mencegah ‘tsunami’ dengan memerangi koruptor

Seniman Bali bersiap mencegah ‘tsunami’ dengan memerangi koruptor

Bagaimana koruptor bisa mendapat hukuman sosial? Hal inilah yang dipikirkan para seniman di Bali

“Jika DPR mengkaji UU KPK besok atau beberapa hari ke depan dan ada rencana pelemahan KPK, maka negara ini akan dilanda ‘Tsunamouse’. Fenomena aneh ini bisa digambarkan sebagai gelombang besar yang berisi tikus-tikus yang berenang dengan gembira dan terlihat seperti ombak.”

Demikian pengantar halaman Facebook Art Against Corruption Bali yang menjelaskan ilustrasi Hari Prast tentang kapal pinisi berbendera Indonesia yang dihantam gelombang besar. Ombak tersebut digambarkan dengan titik-titik ribuan tikus putih sehingga terlihat seperti arus tsunami.

“Sebanyak delapan puluh persen kartun berbicara tentang korupsi. Ikon kartun yang populer adalah tikus, simbol korupsi dalam dasi. Dan itu berhasil,” kata Ketua Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti) Bali Jango Paramartha kepada Rappler.

“Perlu mencari ikon baru untuk dicetak. Misalnya ‘corupdor’, kalau korupsi itu gersang. “Kalau korupsi, korupsi itu kotor, baru bisa dibersihkan,” ujarnya. Namun tentu saja “koruptor” hanyalah sebuah istilah saja, karena menghilangkan nyawa seorang koruptor pun merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

//

Contoh di atas adalah salah satu karya kkumpulan komunitas di Bali mengadakan pameran Seni Melawan Korupsi pada Jumat 18 Desember hingga Minggu 20 Desember. Ada pameran kartun, seni rupa, grafis, musik, teater dan aksi perjalanan panjang.

Acara ini terselenggara atas kerjasama Badan Eksekutif Mahasiswa (SEC) Fisip Universitas Udayana, Komunitas Penggak Men Mersi, Pakarti, dan lain-lain.

Sejumlah seniman yang terlibat dalam acara ini antara lain Rare Kual dari komunitas seni tradisional Bondres, Sanggar Tari Sekar Dewata, Teater Teras, band Devildice, Lithium, The Hidden, dan lain-lain.

Kebudayaan sebagai pilar terakhir

Gus Dark, salah satu kartunis yang terlibat, mengatakan seni menjadi media gerakan perubahan sosial. Namun isu lingkungan hidup dan korupsi tidak begitu menarik perhatian generasi muda. Oleh karena itu, inisiatif dan gerakan spontan melawan korupsi perlu terus didorong.

“Itu tindakan yang memalukan dan kami ingin membuat mereka terlihat konyol,” kata Gus Dark soal koruptor.

Sementara Made Bayak, seniman musik dan seni rupa, mengatakan budaya merupakan pilar terakhir yang mampu menggerakkan masyarakat untuk bersuara di tengah situasi negara yang tertindas oleh elitenya.

“Politik itu sangat kotor. Para politisi itu licik. Praktik kotor juga terjadi dalam dunia pendidikan. Sementara agama juga sering membahas perbedaan, bukan persamaan, kata Made tentang tekanan tersebut. Ia tetap berharap budaya dan seni tetap terjaga keutuhannya.

(BACA: 8 item kepuasan unik yang dilelang di Festival Anti Korupsi)

Drummer band punk rock Superman Is Dead (SID) Ary “Jerinx” Astina juga mendorong lebih banyak orang untuk angkat bicara mengenai isu-isu publik.

“Saya yakin ada lebih banyak orang baik, tapi persatuannya kurang. Sangat buruk terorganisir jadi kamu sering menang. “Menaruh harapan pada generasi tua itu sulit, satukan generasi muda yang bisa menumpas tradisi buruk korupsi,” kata pria yang juga penyanyi Devildice itu.

Bagaimana cara ‘menindas’ koruptor?

//

Karena korupsi dianggap sebagai hal yang lumrah, maka tak heran jika para koruptor bersekongkol untuk melakukan tindakan korupsi. Hal inilah yang disesalkan Jerinx.

“Bagaimana caranya agar koruptor mendapat hukuman sosial. Beri tahu saya cara membandingkannya (cara memukul) koruptor,” ujarnya.

Ia mencontohkan upayanya memanfaatkan musik dan media sosial untuk mengkampanyekan hal tersebut.

Diakui Jerinx, masih ada yang menganggap artis dianggap badut dan bertugas seperti itu penghibur hanya. Jangan diposisikan secara kritis.

Idup can be baat bin orine ci think (Hidupku sudah sulit dan aku harus berpikir). Generasi muda malas untuk progresif. Kapan kamu berubah? (Siapa yang mau diganti?) Ini warisan pemikiran selama 32 tahun. “Eh, sepertinya selama ini kita telah dibodohi,” katanya sengit.

Gede Kamajaya, dosen muda, berbagi pengalamannya dalam mencoba membuka transparansi birokrasi yang selama ini menyudutkannya.

Ia memenangkan sengketa informasi publik di tingkat Komisi Informasi Bali dan PTUN untuk mendapatkan akses terhadap dokumen hasil rekrutmen hasil ujian pegawai negeri sipil di salah satu kampus di Kabupaten Buleleng.

“Saya ingin memerangi indikasi praktik kotor dalam tes pegawai negeri. Banyak yang sudah mendengar, tapi tidak ada yang mau bicara. Sedih sekali,” keluhnya.

Gubernur BEM FISIP Universitas Udayana Muchamad Zainal Arifin mengakui korupsi merupakan wabah besar dan negara akan sakit.

“Kita berhak menentukan apakah suatu bangsa akan maju atau hancur. “Walaupun Bali merupakan kawasan pariwisata, namun tidak sekedar sepi, ada gerakan integritas yang menggema,” ujarnya. —Rappler.com

BACA JUGA:

Keluaran Sidney