Praveen/Debby menjuarai All England 2016 dan menyelamatkan muka Indonesia
- keren989
- 0
Sorakan suporter Indonesia di Barclaycard Arena, Birmingham, Inggris, sontak pecah saat raket Debby Susanto yang mengarah ke sisi kanan lapangan lawan tak mampu dijangkau Joachim Fischer Nielsen.
Sementara itu di lapangan, Debby dan rekannya, Praveen Jordan tak kuasa menahan emosi.
Debby melompat-lompat seperti anak kecil kegirangan. Sementara Praveen memilih berlutut sambil mengepalkan tangan.
Keduanya tampak begitu kalah dalam kemenangan permainan lurus 21-12, 21-17 atas duo Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen. Kemenangan tersebut memastikan gelar juara All England 2016 menjadi milik mereka.
Apalagi, gelar tersebut merupakan kali pertama Praveen/Debby mengikuti turnamen seri seri super setelah bermitra selama 2 tahun tiga bulan. Tak berlebihan bila saya menganggap hasil Praveen/Debby adalah bukti yang sangat manis. Apalagi mengingat All England merupakan turnamen bulu tangkis tertua dan paling “dihormati” bagi para pebulu tangkis elite dunia.
Hari itu, Minggu 13 Maret, Indonesia resmi melahirkan juara baru. Juara ganda campuran baru setelah Christian Hadinata/Imelda Wiguna (1979) dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (2012-2014).
“Kami bersyukur kepada Tuhan dan merasa sangat bangga. Rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. “Bisa juara di All England merupakan suatu kebanggaan bagi kami,” kata Debby diterima dalam siaran pers pembuat rap.
Terima kasih kepada Bapak Presiden RI Joko “Jokowi” Widodo yang turut mendukung kami, Bapak Gita Wirjawan, seluruh keluarga besar PP PBSI, orang tua, keluarga dan semuanya. pendukung Indonesia.”
Gelar ini juga kami persembahkan untuk keluarga ganda campuran, Kak Richard, Kak Nova dan Koh Enroe, para pelatih kami, tambah Debby yang bersama Praveen juga sukses meraih medali perunggu Asian Games Incheon 2014 dan medali emas Asian Games 2014. SEA Games 2015.
Selamatkan wajah Indonesia
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tim bulu tangkis Indonesia kembali mengikuti All England 2016 tahun ini dengan target meraih kemenangan di dua ajang. Ganda putra dan ganda campuran. Nama-nama yang diserahi misi tersebut adalah Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Namun, seperti kata pepatah, “Manusia bisa merencanakan, tapi Tuhan yang memutuskan”, kedua target ini kandas di babak awal. Ahsan/Hendra, sebagai unggulan kedua, tumbang di babak kedua melawan pasangan Malaysia, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (15-21, 21-15, dan 17-21).
Sedangkan Tontowi/Liliyana tersingkir di babak perempat final. Pada babak delapan besar, pengoleksi 3 gelar All England itu kalah di tangan wakil tuan rumah, Chris Adcock/Gabrielle Adcock, melalui permainan lurus (18-21, 16-21).
Dua kekalahan ini membuat saya, dan mungkin jutaan penggemar bulu tangkis di Indonesia, pasrah dengan keadaan. Bayangan gagal meraih gelar juara seperti ajang All England 2015 kembali membayangi.
Apalagi pasangan ganda putri papan atas nasional saat ini, Nitya Krishinda Maheswari/Greysi Polii, juga membukukan hasil mengecewakan. Nitya/Greysia yang menjadi unggulan kedua langsung tersingkir setelah dikalahkan pasangan Jepang Naoko Fukuman/Kurumi Yonao (18-21, 21-23) di babak pertama.
Namun ketakutan tersebut tidak berlangsung lama. Penampilan gemilang Praveen/Debby menumbangkan pasangan nomor satu dunia asal China, Zhang Nan/Zhao Yunlei, di babak semifinal membuat saya optimistis dengan peluang kembali menjadi juara di kubu Indonesia.
Maklum, sebagai ganda campuran terbaik dunia, Zhang/Zhao merupakan pasangan yang paling sulit dijinakkan lawan mana pun, termasuk Praveen/Debby.
Catatan kepala ke kepala antara Praveen/Debby dan Zhang/Zhao jelang semifinal All England 2016, malah tercatat 0-7. Kemenangan tentu menjadi anomali bagi Praveen/Debby.
Namun, betapa ajaibnya skenario Tuhan. Berbeda dengan laga-laga sebelumnya yang selalu kalah oleh Praveen/Debby, kali ini ganda campuran peringkat delapan dunia menjadi pemenang.
Begitu pula saat Praveen/Debby Nielsen/Pedersen bertemu di final All England 2016. Laga yang merupakan duel ke-10 kedua pasangan ini sepenuhnya dikuasai Praveen/Debby.
Alhasil, setelah bertanding selama 43 menit, Praveen/Debby melengkapi perjalanannya di Barclaycard Arena dengan menyandang gelar juara. Selamatkan wajah Indonesia.
Bertujuan untuk Olimpiade
Usai menjadi Juara All England 2016, agenda baru disiapkan Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) untuk Praveen/Debby. Salah satu perubahannya adalah pembatalan keikutsertaan Praveen/Debby di Swiss Open 2016 pada 15-20 Maret.
Hingga artikel ini ditulis, belum ada informasi lebih lanjut mengenai pembatalan tersebut. Namun, besar kemungkinan hal itu dilakukan untuk memberi istirahat pada Praveen/Debby.
Berdasarkan target kalender turnamen 2016 yang dirilis PP PBSI, selain All England, Piala Thomas dan Olimpiade Rio de Janeiro juga masuk dalam daftar gelar yang dibidik. TIDAKKhusus bagi Praveen/Debby yang tidak akan mengikuti Piala Thomas dan Piala Uber, Olimpiade di Rio de Janeiro jelas merupakan kesempatan yang rasional.
“Sebenarnya poin kualifikasi Olimpiade kita aman. Tapi, kalau bisa mendapat posisi (kualifikasi) yang lebih baik, kenapa tidak?” kata Praveen.
Pada daftar kualifikasi Olimpiade Rio de Janeiro, Praveen/Debby saat ini berada di peringkat ketujuh dengan 62.202 poin sementara (per minggu kedua Maret 2016, red). Cukup aman mengingat yang berhak mendapatkan tiket Olimpiade adalah pasangan yang berada di posisi delapan besar. —Rappler.com
BACA JUGA: