• November 23, 2024

Kisah cinta klasik berakhir dengan tragedi

JAKARTA, Indonesia – Acara ini diprakarsai oleh Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok di Indonesia bekerja sama dengan Lembaga Kerja Sama Sosial Ekonomi dan Budaya Indonesia-Tiongkok dalam rangka memperingati 67 tahun hubungan diplomatik Tiongkok dan Indonesia.

Digelar selama dua hari, 2-3 November 2016 di Teater Ciputra Artpreneur, Jakarta, pertunjukan Angkat Lentera Merah Itu tidak terbuka untuk umum.

Namun panitia mengundang tamu dari berbagai institusi, termasuk pelajar seni tari dan anak-anak penyandang disabilitas yang berkesempatan menyaksikan sesi tersebut. latihanRabu 2 November sore.

“Kami sangat senang diundang oleh Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok. Karena anak-anak di yayasan kami juga sering tampil teater. “Sehingga bisa menjadi bahan pembelajaran bagi mereka,” kata Bayu Indra Kusuma, Ketua Dilts Foundation yang memfasilitasi shelter anak jalanan di kawasan Pasar Minggu.

Selain itu, turut hadir pula 40 orang perwakilan dari Program Studi Drama, Tari, dan Musik Universitas Negeri Jakarta yang juga berkesempatan menyaksikan pertunjukan tersebut. Angkat Lentera Merah oleh Balet Nasional Tiongkok.

“Kami mengapresiasi National Ballet of China yang sangat disiplin dalam berlatih. Mereka sangat total dalam latihan. “Dan keseriusan itu harus kita tiru,” kata Ida Bagus Ketut Sudiasa, Sekretaris Program Studi Seni Drama, Tari dan Musik, Universitas Negeri Jakarta.

Sebuah perjalanan setengah abad

Apa yang ditunjukkan Balet Nasional Tiongkok melalui cerita Bangkitnya Lentera Merah Memang berbeda dengan pertunjukan balet lainnya. Ada nuansa balet klasik, tetapi juga unsur gaya seni klasik Tiongkok, termasuk akrobat, wayang kulit (wayang kulit), Opera Peking, kostum dan arsitektur.

Begitu layar panggung dibuka, terlihat jelas persiapan matang telah dilakukan berupa set panggung yang megah dan mewah serta detail hingga ke bagian terkecil.

Tingkatkan set Bangkitnya Lentera Merah yang ditampilkan di Teater Ciputra Artpreneur sama dengan yang mereka tampilkan di seluruh dunia sejak awal pementasan ini pada tahun 2001. Sejak itu, mereka telah tampil sebanyak 400 kali di berbagai kota di seluruh dunia.

Meski untuk pentas di Jakarta kali ini harus dilakukan beberapa penyesuaian karena luas panggung lebih kecil dari biasanya. Hampir seratus staf, baik penari maupun seluruh kru pendukung, hadir di Jakarta.

Balet Nasional Tiongkok berusia lebih dari setengah abad. Sejak pertama kali didirikan pada bulan Desember 1959, perusahaan balet Ini merekrut ratusan penari profesional.

Mereka menampilkan beberapa karya tari ternama seperti Swan Lake, Don Quixote, Giselle, Carmen, Onegin ke Putri duyung kecil.

Ini merupakan kedua kalinya National Ballet of China berkunjung ke Indonesia. Pertama saat mereka mendapat kesempatan tampil di Jakarta hampir 20 tahun lalu. Uniknya, Xu Gang yang sebelumnya tampil di Jakarta sebagai penari, kini kembali menjadi penari Tuan Balet.

Butuh dua tahun perencanaan dan satu tahun persiapan sebelum Balet Nasional Tiongkok akhirnya bisa menampilkannya Bangkitnya Lentera Merah di Jakarta.

“Balet Nasional Tiongkok tidak sekadar pertunjukan keahlian luar biasa, namun juga menghadirkan Tiongkok yang lebih modern, sekaligus mempererat persahabatan masyarakat kedua negara,” ujar Xie Peng, Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia.

Drama tiga babak

Angkat Lentera Merah sebenarnya adalah cerita berdasarkan novel Istri dan selir ditulis oleh penulis Su Tong dan kemudian diadaptasi menjadi sebuah film dengan judul yang sama yang disutradarai oleh sutradara terkenal, Zhang Yimou.

Film Angkat Lentera Merah dirilis pada tahun 1991 dan memenangkan hadiah utama di acara Asosiasi Kritikus Film Dunia di Festival Film Venesia ke-44.

Ceritanya berlatarkan kehidupan di Tiongkok pada tahun 1920-an. Tentang seorang tuan yang menikahi tiga istri.

Cerita bermula dari perintah sang empu untuk menyalakan lampion berwarna merah untuk menyambut kedatangan seorang wanita muda yang akan menjadi istri ketiganya. Padahal wanita itu hanya memendam rasa cinta pada artis muda yang bekerja di rombongan Opera Peking.

Babak pertama dibuka dengan perayaan pernikahan sang majikan dengan istri ketiganya. Pada malam pernikahan, istri ketiga mencoba menolak, namun dia tidak dapat menahannya. Ini, permainan wayang kulit dilakukan dengan sangat baik oleh penari balet.

Pertunjukan 'Raise The Red Lantern' oleh National Ballet of China telah dipentaskan hampir 400 kali dan sangat berpengaruh terhadap seni balet di China.  Foto oleh Fakhri Hermansyah/ANTARA PHOTO.

Setelah jeda, babak kedua dimulai ketika sang master membawa ketiga istrinya untuk menonton dan memainkan Opera Peking mahjong. Set panggung pun berganti dengan meja-meja yang digunakan sebagai media penari tampil keahlian balet mereka.

Tidak hanya keahlian Tariannya yang mencuri perhatian penontonnya, namun juga warna-warni kostum, aksesoris dan tata rias para penarinya yang sangat menarik.

Di sini, istri ketiga dikisahkan mencuri waktu untuk bertemu kekasih rahasianya. Sayangnya, pertemuan mereka diketahui oleh istri keduanya yang membawa penonton ke babak ketiga.

Istri kedua akhirnya tak kuasa menahan diri untuk menceritakan pada tuannya tentang hubungan istri ketiga dengan kekasihnya. Tapi dia diabaikan. Marah karena merasa tidak ditanggapi, wanita kedua mengambil korek api lentera dan menyalakan lenteranya.

Perbuatan istri kedua tersebut membuat sang majikan marah hingga akhirnya memutuskan untuk menjatuhkan hukuman mati pada istri keduanya.

Sebagai penutup, dihadirkan adegan emosional yang berujung pada eksekusi wanita ketiga dan kekasih rahasianya. Sekelompok penari pria terlihat membantingkan tongkat raksasa yang dilapisi cat merah ke dinding putih, memberikan efek drama eksekusi yang dahsyat.

Wanita ketiga dan kekasihnya berpelukan penuh kasih hingga akhirnya maut menjemput mereka. Saat itulah potongan kertas putih yang tampak seperti kepingan salju berjatuhan dari atas panggung menambah drama di akhir cerita.

Dihadiri oleh para pejabat

Judul Angkat Lentera Merah oleh The National Ballet of China pada hari pertama, Rabu 2 November, juga dihadiri oleh banyak tamu penting. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani hadir mewakili Presiden Joko Widodo.

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri dan Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia, Xie Feng dan istrinya, Wang Dan, menikmati pertunjukan 'Angkat Lentera Merah ' oleh The National Ballet of China, Selasa, 2 November 2016 di Teater Ciputra Artpreneur, Jakarta.  Foto oleh Fakhri Hermansyah/ANTARA PHOTO.

Selain Puan, Megawati Soekarnoputri, presiden kelima RI, juga turut serta. Beberapa pejabat lain yang turut menikmati pertunjukan malam itu antara lain Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan istri, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, mantan Ketua DPR Marzuki Alie dan istri, Ketua Umum DPR RI. Lembaga Kerja Sama Sosial Ekonomi dan Budaya Tiongkok, Sukamdani Sahid Gitosardjono, serta pihak-pihak dari berbagai kalangan.

Seluruh penari, pendukung acara, dan tamu VVIP berfoto bersama usai pertunjukan 'Angkat Lentera Merah' di Teater Ciputra Artpreneur, Rabu, 2 November.  Foto oleh Yetta Tondang/Rappler.com.

Total sekitar 1.200 orang menghadiri dan menikmati pertunjukan tersebut Angkat Lentera Merah malam itu -Rappler.com.

sbobet terpercaya