“Jawa Timur aman, tidak ada tindakan penganiayaan”
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Gerakan Pemuda Ansor dan Banteng Muda Indonesia (BMI) mendeklarasikan gerakan anti penganiayaan
BLITAR, Indonesia – Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf meminta warga Jatim tidak melakukan tindakan penganiayaan. Warga diminta menjaga diri dan menjaga keamanan Jatim. “Jawa Timur saat ini aman, tidak ada tindakan penganiayaan,” ujarnya, Selasa, 6 Juni 2017 di Blitar.
Penganiayaan, kata Saifullah Yusuf, tidak hanya menimbulkan trauma psikis, namun juga dapat menimbulkan kerugian fisik. Seperti aksi penganiayaan yang terjadi di sejumlah daerah. “Polisi sudah bekerja. Bergerak cepat,” katanya.
Saifullah Yusuf yang akrab disapa Gus Ipul berharap seluruh elemen tidak melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Apalagi jika akan menimbulkan disintegrasi bangsa. Untuk itu Pancasila harus diimplementasikan dalam setiap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Gus Ipul juga bekerja sama dengan instansi terkait untuk melakukan upaya pencegahan. Sehingga tidak menimbulkan kecelakaan seperti yang terjadi di Solok dan Jakarta.
Untuk mencegah penganiayaan tersebut, Gerakan Pemuda Ansor dan Banteng Muda Indonesia (BMI) mendeklarasikan gerakan anti penganiayaan. “Hentikan teror, intimidasi dan penganiayaan,” kata Antoni Wijaya, Sekjen BMI.
BMI dan GP Ansor mengajak masyarakat untuk mengedepankan penegakan hukum dalam menangani segala permasalahan. BMI dan GP Ansor membentuk tim bantuan hukum untuk membantu penuntutan.
“Polisi harus mengambil tindakan terhadap akun media sosial yang menyebarkan kebencian. “Penganiayaan diawali dengan perilaku intoleran,” ujarnya. Ahmad Tamim, Sekretaris Pengurus Wilayah GP Ansor Jawa Timur, menginstruksikan seluruh pasukan Ansor dan Banser menghadapi tindakan penganiayaan. “Jangan ambil tindakan sendiri,” kata Tamim.
Sementara itu, sejumlah mahasiswa di Malang menyatakan anti hoax. Mereka belajar bersosialisasi secara positif di media sosial. Serta menciptakan media sosial yang sehat dan inspiratif. Mereka menggelar diskusi bertema “Social Media Smart” dan kampanye anti hoax di SMA Muhammadiyah 1 Malang.
Pendiri media diet Ellen Melanzi Yasak yang juga Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Tribuana Tunggadewi mengajak mahasiswa untuk mengenali berita palsu atau fake news.
Berita palsu telah menyebar sejak tahun 1808 sebagai fenomena gelembung. Berita palsu beredar dan menghilang begitu saja. Ketika media sosial menyebar, berita palsu semakin banyak beredar. Selain itu, ada juga akun media mainstream atau media sosial yang pengikutnya banyak mengutip informasi ini.
“Mudah menyebar, menjadi viral, dan berkembang biak,” ujarnya. Berita palsu, kata dia, berupa gambar lucu, meme, informasi grafis. Biasa digunakan untuk tujuan propaganda strategi politik untuk mengecoh lawan. Media sosial juga menyebabkan penindasan dan penganiayaan.
“Jangan sampai kebencian menimbulkan disintegrasi,” tegasnya. Untuk mengetahui apakah berita tersebut hoax atau bukan, Anda bisa melihat nama media, alamat redaksi, dan nama penanggung jawabnya. Jika media tersebut digunakan untuk menyebarkan berita bohong, dipastikan tidak ada alamat atau nama pelaku yang kredibel.
“Inilah perlunya literasi digital. “Betapa amannya menggunakan media sesuai usia penggunanya,” kata Ellen. Selain itu, sortir dan pilih berita yang Anda butuhkan. Terutama generasi muda dan pelajar yang sudah banyak menggunakan media sosial untuk berinteraksi.
Ia menyebutkan data pengguna internet berusia antara 18-20 tahun. Kebanyakan menggunakannya lewat gadget atau smartphone. Dalam dua tahun ke depan, katanya, 70 persen wilayah perkotaan dan 30 persen wilayah pedesaan akan memiliki akses terhadap Internet. Diet media, kata dia, merupakan upaya membatasi akses internet sesuai kebutuhan. —Rappler.com