Indonesia rugi devisa Rp 250 miliar per hari akibat erupsi Gunung Agung
- keren989
- 0
Target menjangkau 15 juta wisman ke Indonesia juga meleset
BALI, Indonesia – Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan Indonesia kehilangan pendapatan devisa sebesar Rp 250 miliar per hari akibat letusan Gunung Agung jilid dua. Angka tersebut didapat dari jumlah wisman sebanyak 15 ribu orang dikalikan rata-rata uang yang dikeluarkannya mencapai US$ 1.200 (atau setara Rp 15 juta) untuk menginap empat hari di Bali.
“Berapa kerugian per hari? Rp 250 miliar. Bagaimana cara menghitungnya? 15 ribu wisman dikalikan US$ 1.200 per orang dikalikan kurs Rp 13 ribu per dolar AS. Sedangkan jika 36 hari efektifnya terganggu maka nominalnya mencapai sekitar Rp9 triliun, kata Arief saat ditemui di Istana Kepresidenan, Rabu, 29 November.
Angka tersebut belum termasuk potensi kerugian wisatawan domestik. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, kunjungan wisatawan nusantara per hari mencapai 15 ribu orang. Itu belum termasuk wisatawan domestik yang melintasi Tanah Air mencapai 10 ribu orang.
Selain itu, target Kementerian untuk menarik 15 juta wisman pada tahun ini juga akan meleset. Tahun ini Kemenpar diprediksi hanya mencapai 14 juta atau 93-95 persen dari target awal. Bahkan, dia justru berharap bisa meraup untung saat libur akhir tahun.
“Pulau Bali mampu menarik 15 ribu wisatawan dalam sehari. Namun wisatawan yang berkunjung pada Agustus mencapai 20 ribu orang per hari atau 600 ribu per bulan. Padahal, saat panen (wisatawan ke Indonesia), tidak ada, ujarnya lagi.
Bahkan, jika situasi bencana terus berlanjut, ada ancaman pemindahan tempat beberapa event internasional, dua di antaranya World Bank Annual Meeting 2018 dan Bali Democracy Forum 2017.
“Kalau soal itu (penyelenggaraan acara) saya tidak bisa prediksi karena belum ada teknologi yang menyebutkan kapan berakhirnya. Ya kita lihat saja, mudah-mudahan cepat,” ujarnya.
Namun jika pada akhirnya acara tetap dipindah, besar kemungkinan Jakarta akan dipilih sebagai alternatif venue.
“Di luar Bali, hanya Jakarta yang bisa menggelar event internasional. “Kami di Jakarta punya JCC,” ujarnya.
Empat langkah pengobatan
Dalam menghadapi bencana alam Gunung Api, berbagai pemangku kepentingan telah berkoordinasi dan mengambil kebijakan untuk memudahkan wisatawan yang masih terjebak di Pulau Dewata. Ada empat kebijakan yang diambil pemerintah, Pertama wisatawan yang terjebak pada tanggal 26 November tidak dikenakan biaya jika memperpanjang masa menginap di hotel tersebut. Namun, ini hanya berlaku untuk satu hari saja.
Sisanya mendapat diskon 50 persen dari tarif overnight, kata Arief.
Kebijakan Kedua, bagi wisatawan asing yang izin masuknya ke Pulau Bali telah habis, akan diberikan stempel paspor keluar selama 1 minggu. Jika memerlukan waktu lebih dari itu, mereka dapat mendatangi kantor imigrasi. Dari data keimigrasian, exit pass yang diterbitkan sebanyak 215 lembar.
KetigaKementerian Perhubungan akan mengkaji ulang peraturan mengenai biaya pembatalan.
“Kalau ada yang tidak bisa terbang dari Denpasar ke Jakarta lalu dikenakan biaya pembatalan karena kecelakaan, itu bukan salahnya, tapi karena pihak maskapai tidak sanggup menanggungnya. Setelah mengalami kecelakaan, ia didenda 10-20 persen dari harga tiket. “Nah, akhirnya disepakati aturannya diubah,” jelasnya.
Jadi, kata Arief, bukannya melanggar aturan, tapi secara etika tidak tepat.
Keempat, Kementerian Perhubungan memperingatkan puluhan bus bagi wisatawan yang ingin menggunakan jalur darat untuk menyeberang ke Banyuwangi atau Lombok. Dari sana mereka dapat memesan tiket penerbangan ke kota atau kembali ke negaranya.
Akibat ditutupnya Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, sekitar 100 ribu wisatawan terjebak di Pulau Bali. Namun bandara tersebut kembali beroperasi pada Rabu sore 29 November dan mampu mengangkut beberapa penumpang ke berbagai tujuan.
Meski begitu, situasi pembukaan dan penutupan bandara ini masih dinamis karena mengikuti kondisi Gunung Agung. – Rappler.com