• November 25, 2024
Boutros Boutros-Ghali, mantan Sekretaris Jenderal PBB, meninggal dunia

Boutros Boutros-Ghali, mantan Sekretaris Jenderal PBB, meninggal dunia

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Boutros Boutros-Ghali menjadi diplomat pertama dari benua Afrika yang menjadi Sekretaris Jenderal PBB.

JAKARTA, Indonesia – Boutros Boutros-Ghali, mantan Sekretaris Jenderal PBB, diyakini meninggal pada Selasa 16 Februari. Informasi tersebut disampaikan Dewan Keamanan PBB sebelum memulai pertemuan mengenai krisis kemanusiaan di Yaman.

Kantor berita Mesir melaporkan Boutros-Ghali meninggal di sebuah rumah sakit di Kairo. Pria yang meninggal di usia 93 tahun itu dilarikan ke rumah sakit karena mengalami patah tulang panggul.

“Kami telah diberitahu bahwa mantan Sekretaris Jenderal Boutros Boutros-Ghali telah meninggal dunia,” kata duta besar Venezuela untuk PBB, yang bulan ini menjabat sebagai Presiden Dewan Keamanan.

Belum ada informasi lebih detail mengenai meninggalnya Boutros-Ghali. Meski demikian, Boutros-Ghali tetap menerima telepon dari Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada Kamis 11 Februari setelah ia dirawat di rumah sakit.

Boutros-Ghali lahir pada 14 November 1922 dalam keluarga Kristen Koptik di Kairo. Boutros-Ghali menerima pendidikan tingginya di Universitas Kairo dan di Paris. Di sana pula ia membangun hubungan yang kuat dengan Prancis.

Ia juga belajar hubungan internasional di Universitas Columbia di New York. Kemudian, pada tahun 1977, Boutros-Ghali dipilih oleh Presiden Anwar al-Sadat menjadi Menteri Luar Negeri Mesir.

Menurut catatan stasiun berita BBC, Boutros-Ghali terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1992. Ia juga menjadi menteri luar negeri pertama dari benua Afrika yang menjabat sebagai sekretaris jenderal. Namun, Boutros-Ghali hanya satu periode berada di posisi tersebut.

Namun, di bawah kepemimpinannya, PBB mengalami masa-masa kontroversi. Salah satunya adalah ketika PBB dikritik karena gagal mencegah genosida tahun 1994 di Rwanda.

Ia juga menghebohkan masyarakat di Sarajevo, Bosnia ketika menentang kampanye pengeboman yang dilakukan organisasi NATO di negara tersebut. Boutros-Ghali saat itu mengatakan bahwa dirinya tidak bermaksud mengecilkan peristiwa tragis yang terjadi di Bosnia dan menewaskan ribuan warga sipil, namun ada negara lain yang mengalami perang dan jumlah total korban tewas jauh lebih tinggi dibandingkan di Bosnia.

Pernyataan ini membuat marah pemerintah Amerika Serikat dan mengeluarkan hak veto ketika Boutros-Ghali mengajukan diri menjadi Sekretaris Jenderal PBB untuk masa jabatan kedua. Dalam memoarnya, Boutros-Ghali menganggapnya sebagai pengkhianatan pribadi.

Pasalnya, Duta Besar Amerika untuk PBB saat itu, Madeleine Albright, kerap menunjukkan senyuman dan ekspresi persahabatan. Namun di balik semua itu, Albright rupanya merusak citra dan wibawa Boutros-Ghali.

Namun, Sekretaris Jenderal PBB saat ini, Ban Ki-moon, juga memuji warisan Boutros-Ghali terkait dengan pasukan penjaga perdamaian PBB. Dalam laporannya, Boutros-Ghali menekankan pentingnya membangun perdamaian pasca-konflik. Hal inilah yang mendorong konsep pemikiran PBB hingga saat ini.

Setelah meninggalkan PBB, Boutros-Ghali diangkat sebagai sekretaris jenderal La Francophonie – sekelompok negara berbahasa Perancis dari tahun 1998 hingga 2002. Mantan presiden Mesir Hosni Mubarak juga mengangkatnya sebagai presiden Dewan Hak Asasi Manusia pada tahun 2004. – AFP/Rappler.com melaporkan

BACA JUGA:

Result SDY