Selektiflah dalam berkunjung agar tidak mendapatkan oleh-oleh yang mahal
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Jokowi juga mengingatkan para menteri untuk tidak menggunakan pengawalan berlebihan saat melakukan perjalanan dinas
JAKARTA, Indonesia – Presiden Joko “Jokowi” Widodo kembali mengingatkan Menteri dan pejabat lain di kabinet mengenai perjalanan dinas ke luar kota atau luar negeri. Dalam arahan yang disampaikan saat rapat kabinet penuh, 2 November, mantan Gubernur DKI itu meminta para pembantunya lebih selektif dalam memilih agenda perjalanan dinas.
Instruksi Presiden Jokowi itu tertuang dalam surat yang ditulis Sekretaris Kabinet pada Selasa, 29 November, namun bocor ke publik. Dalam surat tersebut, Jokowi juga meminta para Menteri fokus pada hal-hal penting dan tidak membeli barang-barang mewah saat berkunjung ke daerah tersebut. Disarankan rombongan yang anda bawa tidak terlalu banyak.
Menteri atau pejabat yang melakukan kunjungan bisnis atau perjalanan dinas ke daerah tidak perlu disambut secara berlebihan yang dapat membebani pejabat di daerah yang dikunjungi, kata Jokowi, berdasarkan surat Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Selain itu, Jokowi meminta pengawalan yang diberikan kepada pejabat tidak boleh terlalu berlebihan dan lama. Selain itu, harus menyalakan sirene secara berlebihan sehingga mengganggu lalu lintas pengguna.
Pasangan menteri atau pejabat (suami atau istri) tidak boleh menerima oleh-oleh dari pejabat atau pihak di negara atau wilayah yang dikunjungi. Tujuannya untuk menghindari potensi masalah kepuasan, kata Jokowi.
Apa yang memicu surat edaran Sekretaris Kabinet? Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki mengatakan, apa yang tertulis dalam surat edaran Sekretaris Kabinet bukanlah hal baru. Pesan serupa juga disampaikan Jokowi di media sosial.
“Tidak ada (kasus khusus) yang terjadi. Dia memerintahkan kita untuk terus mematuhi nasihat ini. “Seluruh menteri di kabinet berkomitmen mewujudkan pemerintahan bersih yang sejalan dengan Nawacita,” kata Teten yang ditemui Rabu 30 November di Istana Kepresidenan.
Teten mengaku, Jokowi belajar dari kasus mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Yuddy Chrisnandi yang saat itu menyetujui pemberian fasilitas kepada rekannya dari Partai Hanura yang sedang berlibur di Australia. Saat itu, Wahyu Dewanto meminta KJRI Sydney membantu menyiapkan fasilitas berupa akomodasi dan transportasi selama berada di Negeri Kanguru.
Surat rincian fasilitas yang ditulis Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Dwi Wahyu Atmaji bocor ke publik. Isu ini menjadi perbincangan di beberapa pemberitaan dan diprotes masyarakat.
“Iya (memang pelajaran dari kasus itu). Para Menteri pun diminta demikian, agar anggota keluarganya atau siapapun tidak mendapatkan keuntungan dari jabatan yang dijabatnya. “Pemerintah daerah, kepolisian, pejabat kejaksaan banyak yang bertugas memberikan cinderamata kepada pejabat dari Jakarta yang berkunjung,” kata Teten.
Ia menegaskan, amanah Presiden Jokowi hanya untuk memastikan integritas para pembantunya tetap terjaga. Diakui Teten, kekuasaan menggoda banyak pihak untuk melakukan berbagai hal.
“Banyak godaan dalam bentuk lobi untuk menawarkan sesuatu kepada pemerintah. Hal terkecil adalah suvenir. Sedangkan kebijakan pemerintah berisiko dipengaruhi oleh hal-hal tersebut, demi menguntungkan kelompok tertentu, ujarnya lagi.
Jokowi merasa perlu mengingatkan para pembantunya, karena sebenarnya di lapangan ia masih sering mendengar adanya pelanggaran. Banyak pejabat atau menteri yang berkunjung ke daerah menggunakan vojrider dan sirene secara berlebihan.
“Banyak juga tuntutan yang mengatasnamakan presiden, relawan, atau staf istana presiden. Ini harus dihindari,” katanya. – Rappler.com