• November 30, 2024

Indonesia mempromosikan minyak sawit di Eropa

Bukan hanya promosi dan persuasi masyarakat Eropa. Namun kami juga menjajaki kolaborasi dalam teknologi pengembangan kelapa sawit berkelanjutan, serta teknologi untuk mencegah kebakaran lahan.

COPENHAGEN, Denmark—Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP) terus melakukan promosi dan advokasi industri kelapa sawit berkelanjutan, di Eropa, 4 Desember. Acara tersebut digelar sebagai rangkaian pemaparan BPDP Sawit pada acara tersebut Konferensi Para Pihak (COP) 21 Paris.

Perjalanan promosi kelapa sawit ini menyasar 5 kota yaitu Paris, Copenhagen-Denmark, Warsawa-Polandia, Berlin-Jerman dan Amsterdam, Belanda.

“Ini bukan sekedar promosi dan persuasi terhadap masyarakat Eropa. Namun kami juga menjajaki kolaborasi dalam teknologi pengembangan kelapa sawit berkelanjutan, serta teknologi untuk mencegah kebakaran lahan. Misalnya dengan mengetahui sejak dini di mana titik api berada, kata Direktur Utama BPDP Sawit Bayu Krisnamurthi kepada Rappler.

Kunjungan promosi kelapa sawit Indonesia di Kopenhagen diakhiri dengan kerjasama pendidikan dan penelitian untuk studi tingkat Magister Administrasi Bisnis dan gelar doktor antara Sekolah Bisnis Kopenhagen dengan Institut Pertanian Bogor, Universitas Lampung dan Universitas Jambi, didukung oleh Masyarakat Kelapa Sawit Indonesia, BPDP Sawit, dan KBRI Kopenhagen.

Copenhagen Business School merupakan salah satu yang terbesar di dunia dan telah mencapai peringkat ke-3 terbaik di dunia. Sampai saat ini selalu masuk 10 besar sekolah bisnis di dunia ini.

Mahasiswa asal Indonesia dan Eropa dapat mengambil program pascasarjana hingga doktoral, atau mengikuti Executive Short Course selama kurang lebih 10 hari dengan tema tersebut Minyak sawit berkelanjutan.

“Program kerjasama pendidikan ini akan terkoneksi dengan kampus lain, termasuk Harvard Business School dan sekolah lain di Eropa,” kata Bayu.

Program ini juga akan mempertemukan perusahaan yang memiliki solusi teknologi dengan perusahaan kelapa sawit di Indonesia untuk mendukung kelapa sawit berkelanjutan.

Tantangan bagi industri kelapa sawit Indonesia pasca bencana asap

Industri kelapa sawit di Indonesia mendapat kecaman dari masyarakat setelah terjadinya kebakaran hutan dan lahan besar-besaran di enam provinsi.

Saat ini, dari 11 perusahaan yang mengajukan gugatan, dua di antaranya merupakan perusahaan terkait sawit.

Luas lahan yang digunakan untuk menanam kelapa sawit di Indonesia kurang dari 4 persen dari luas lahan perkebunan di Indonesia atau setara dengan 8-10 hektar. Baca lebih lanjut mengenai lima prioritas pengembangan kelapa sawit Indonesia di sini.

Data Oktober 2015, dikutip dari Minyak sawit berkelanjutan meja bundardalam hal pencapaian sertifikasi minyak sawit berkelanjutan (CSPO), Indonesia telah mencapai hal tersebut 74,4 persen dari total CSPO dicatat di seluruh dunia oleh industri minyak sawit.

Artinya sekitar 2,56 juta hektar. Dari jumlah tersebut, petani kecil sawit menghasilkan 166.380 hektar. “Di dunia, hanya Indonesia yang memiliki petani kecil yang mematuhi CSPO,” kata Bayu.

Dalam paparannya mewakili PT Pasifik Agro Sentosa, Lee Marvin Lieano mengatakan pihaknya telah mengalokasikan 25 persen lahan perkebunan kelapa sawitnya untuk tujuan konservasi.

“Berbagai kegiatan konservasi kami lakukan tidak hanya untuk menjaga kualitas lahan, tetapi juga untuk menyediakan rumah yang nyaman bagi spesies flora dan fauna di sekitar lahan kami di Kalimantan Barat,” kata Marvin.

Acara COP 21 juga dimanfaatkan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) untuk memfasilitasi asosiasi, termasuk asosiasi kelapa sawit dan asosiasi pengusaha kehutanan, untuk menjelaskan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan.

“Prinsip yang dikembangkan dalam COP adalah kemitraan antara pemerintah, swasta dan aktivis sipil. Inilah alasan mengapa kami tertarik untuk terlibat dengan COP. Namun pihak swastalah yang menjadi pelaku usahanya. “Peran pemerintah semakin banyak diambil oleh swasta untuk menciptakan kegiatan usaha dan menyerap tenaga kerja,” kata Shinta Kamdani, CEO Sintesa yang juga pengurus Kadin.

Di kawasan COP 21, Jumat sore, 4 Desember, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menggelar aksi protes yang mengecam kebakaran hutan dan meminta pemerintah Indonesia mengusut tuntas dan menghukum pelakunya.

Rappler meliput demo itu di sini.

KERJA SAMA.  Kunjungan promosi kelapa sawit Indonesia di Kopenhagen, Denmark, 4 Desember 2015, diakhiri dengan kerjasama pendidikan dan penelitian Magister Administrasi Bisnis dan studi tingkat doktor antara Copenhagen Business School dan Institut Pertanian Bogor, Universitas Lampung dan Universitas Jambi, didukung oleh Indonesia Palm Oil Society, BPDP Sawit, dan KBRI.  Foto unggulan/Rappler

Duta Besar RI di Paris, Hotmangaraja Panjaitan, mengatakan perkebunan kelapa sawit Indonesia tidak bisa lagi mengalami kemunduran.

“Eranya adalah pembangunan berkelanjutan. “Hal ini juga terjadi pada minyak sawit kita, dan saya yakin industri ini akan serius menerapkan prinsip ini,” ujarnya pada dialog Paris tentang minyak sawit.

Kartini Sjahrir, Staf Penasihat Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, mengatakan industri kelapa sawit di Indonesia berperan besar dalam mendukung petani dan menggerakkan perekonomian daerah.

“Penyerapan di sektor lapangan kerja melibatkan 4 juta orang, dan ekspor menghasilkan devisa, hal yang sangat kita perlukan di tengah situasi perekonomian yang melambat,” kata Kartini.

Bayu Krisnamurthi mengatakan Indonesia dikaruniai lahan yang cocok untuk ditanami kelapa sawit. Tantangannya adalah meyakinkan dunia bahwa industri kelapa sawit Indonesia dapat memenuhi standar internasional, termasuk perlindungan lingkungan.

“Kami diberikan manfaat berkelanjutanatau keunggulan berkelanjutan untuk diterapkan di semua lini pertanian, termasuk perkebunan,” kata Bayu. —Rappler.com

BACA JUGA

Pengeluaran SDY