• November 26, 2024

Kanji Rumbi, bubur khas Aceh dari Malabar

Kanji Rumbi hanya tersedia selama bulan Ramadhan

BANDA ACEH, Indonesia – Budi Darma menyeka wajahnya yang berkeringat. Udara panas dari panci besar di depannya membuat seluruh tubuhnya basah.

Terkadang Budi meminta rekan-rekannya untuk memasukkan kayu bakar ke dalam kompor agar api tetap menyala, sambil tangannya terus mengaduk panci.

Panci besar di depan Budi berisi Kanji Rumbi, bubur yang selalu hadir setiap Ramadhan di Aceh.

Budi memasak bubur bersama dua rekannya Dani dan David di samping Masjid AlFurqan, Beurawe, Banda Aceh pada sore hari saat Ramadhan.

“Kami selalu memasaknya saat Ramadhan. “Ini akan terus berlanjut sampai malam terakhir (Ramadhan),” kata Budi kepada Rappler, Sabtu, 3 Juni 2017.

Menurutnya, tradisi memasak bubur tepung kanji sudah berlangsung lama di desa mereka. Bubur tersebut akan dihidangkan saat berbuka puasa di masjid. Jika tidak, bubur tersebut akan dibagikan kepada seluruh warga kota dan wisatawan.

Bubur kaya pati mempunyai cita rasa yang khas karena kaya akan rempah. Bahan utamanya adalah nasi, sayuran giling, dan rempah-rempah.

“Ada kentang, wortel, kunyit, jahe, bawang bombay, daun sop, santan, daun pandan, serai, daun pandan dan masih banyak lainnya,” jelas Budi.

Memasaknya memakan waktu dua hingga tiga jam, dalam panci yang diameternya lebih dari satu meter, dan api di dalam panci tidak boleh padam. Oleh karena itu, kayu bakar harus selalu tersedia.

Bagi masyarakat Aceh, kanji rumbi tidak hanya menjadi makanan berbuka puasa, namun juga memiliki khasiat multipotensi sebagai obat masuk angin dan sakit maag.

Maklum saja rempah-rempah seperti jahe, daun serai, kunyit dan obat-obatan lainnya telah diresepkan sejak zaman dahulu.

Usai Asar, kanji rumbi siap disajikan dalam mangkuk kecil sebagai menu utama berbuka puasa di Masjid Al-Furqan. Bagi yang berbuka puasa di rumah, kanji rumbi dibawa ke masjid oleh warga dalam wadah yang dibawa dari rumah.

Badrun Nafis, pengurus Masjid Beurawe mengatakan, menjaga tradisi memasak Kanji Rumbi merupakan kesepakatan bersama seluruh masyarakat desa. “Dana tersebut dikumpulkan warga secara bersama-sama sebelum Ramadhan,” ujarnya.

Menurutnya, satu pot Kanji Rumbi harganya Rp 700 ribu. Setiap hari mereka memasak dalam dua panci dengan total biaya Rp 1,4 juta. Selama 30 hari dibutuhkan Rp 42 juta untuk kegiatan ini.

Badrun mengatakan, tidak ada seorang pun yang keberatan dengan tradisi tersebut. Warga umumnya menikmati Kanji Rumbi setiap berbuka puasa bersama di masjid. “Juga untuk menjaga silaturahmi satu sama lain,” tuturnya.

Di Banda Aceh, selain Masjid Beurawe, Kanji Rumbi juga bisa ditemui di pusat kuliner saat Ramadhan. Di luar bulan Ramadhan, sangat sulit menemukan bubur istimewa yang bergizi ini.

Pengamat sejarah Aceh Adli Abdullah mengatakan, tradisi memasak bubur Kanji dan bubur Ie Bu Peudah (bubur lain yang hampir serupa) masih dipertahankan di beberapa wilayah pesisir Aceh. Bubur telah dikenal sebagai makanan yang berasal dari India sejak zaman kerajaan.

Menurutnya, makanan tersebut berasal dari Malabar, sebuah distrik di India. Pada abad ke-16, masa kejayaan Kesultanan Aceh, banyak sekutu yang ikut membantu dalam perang mengusir Portugis dari Selat Malaka.

Salah satu sekutu Aceh adalah Malabar. Pemuda Malabar banyak yang datang ke Aceh dan menetap, biasanya sebagai tentara dan pembuat kapal perang. “Saat itu prajurit Aceh berasal dari berbagai bangsa, mereka membawa adat dan budayanya masing-masing,” kata Adli.

Pemuda Malabar juga membawa budaya kulinernya, Kanji Rumbi, yang menjadi menu kesehariannya. Selama bulan Ramadhan, menu tersebut dibagikan kepada masyarakat umum dan Kanji Rumbi dikenal luas hingga saat ini. “Tradisi seperti sekarang ini sudah ada sejak lama. Karena disunnahkannya pembagian makanan kepada orang yang berpuasa.”

Makanan di Aceh banyak yang dipengaruhi oleh Malabar dan Gujarat yang sudah dekat dengan Aceh sejak zaman dahulu. Begitulah Kanji Rumbi yang kemudian menjadi menu khas berbuka puasa di Beurawe. —Rappler.com

Result SGP