• May 1, 2025
Kisah tragis seorang anak laki-laki berusia 8 tahun yang dipukuli hingga tewas oleh teman sekolahnya

Kisah tragis seorang anak laki-laki berusia 8 tahun yang dipukuli hingga tewas oleh teman sekolahnya

BANDUNG, Indonesia — Abdurohim tak kuasa menahan tangis saat teringat adik tirinya, SR (8 tahun) yang diyakini tewas usai di-bully teman sekelasnya.

Sambil terisak-isak, ia menceritakan ketaatan adiknya dalam menunaikan shalat lima waktu. “Dia anak yang baik dan shaleh,” kata Abdurohim saat dihubungi Rappler, Rabu 9 Agustus 2017.

Abdurohim mengatakan, setiap siang, adiknya akan langsung pulang, mandi lalu ke masjid. Sore harinya sekolah di madrasah, hingga Maghrib.

“Saat kamu salat, kamu juga berada di barisan depan. “Pulanglah, lanjutkan mengaji bersama anakku,” kata Rohim sambil terisak.

Rohim tak menyangka akan kehilangan SR secepat itu. Penyebabnya juga sangat tragis. Dari informasi yang didapat, adiknya mengalami kekerasan dari salah satu teman sekelasnya.

Pada Selasa pagi tanggal 8 Agustus 2017 sekitar pukul 06.30 WIB SR sedang duduk-duduk di halaman SDN Longkewang Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi menunggu kegiatan belajar mengajar dimulai.

Tiba-tiba seorang teman datang dan memukul pelipisnya. SR terjatuh, namun ia masih menerima pukulan demi pukulan. Teman sekelasnya bahkan menaruh kerupuk di telinga SR lalu menyiram bocah malang itu dengan sirup dingin botolan.

“Setelah dia disiram, dia menginjak kepalanya. Ada memar di pelipisnya. Temannya yang lain datang dan bertanya, ada apa dengan SR? “Tapi dia tidak menjawab apa-apa, lalu (SR) menghela nafas, lalu pingsan,” kata Rohim.

Sekitar pukul 07.00 WIB, Rohim dan keluarga diberitahu oleh teman SR yang mengatakan bahwa adik bungsunya pingsan setelah dipukul. Ia segera datang ke sekolah dan melihat SR tergeletak lemas di Unit Kesehatan Sekolah (SHU). Guru sempat memberikan pertolongan pertama, namun SR tak kunjung sadarkan diri.

“Saya kira saat saya pegang tangannya, denyut nadinya sudah tidak ada, menyentuh dadanya, detak jantungnya juga sudah hilang, dia sudah tidak bernapas lagi, tapi badannya masih hangat,” kata pria berusia 37 tahun itu.

SR kemudian dibawa ke Puskesmas setempat. Di sana, bocah kelas 2 SD itu dinyatakan meninggal dunia.

“Saya dan keluarga terkejut dan trauma. Bayangkan, setiap orang yang memiliki anak, jika ada yang menyakiti anaknya, pasti orang tuanya juga ikut sakit. Adikku meninggal, aku juga sangat terpukul. “Kalau saya lihat fotonya, dia pakai baju SD di rumah, saya tidak tahan, saya juga tidak tahan, anak-anak seusianya mengalami hal seperti itu,” kata Rohim dengan suara gemetar.

Menurut Rohim, bukan kali ini saja SR dilecehkan pelaku. Mulai dari pena hingga wajah yang tergores. Hingga akhirnya aksi perundungan tersebut berujung pada meninggalnya SR.

“Ternyata pelaku sering melakukan kekerasan terhadap SR. Namun temannya mengatakan dia tidak pernah melawan. “Dia lebih baik menyerah dan itu pada akhirnya akan menyebabkan kematiannya,” kata Rohim.

Kasus tersebut kemudian ditangani Polres Sukabumi. Jenazah korban dibaptis untuk mengetahui penyebab kematiannya. Setelah proses otopsi selesai, korban langsung dimakamkan di Pemakaman Desa Citiris, Sukabumi pada Selasa malam.

“Saya berharap polisi cepat menindaklanjuti kasus ini, jangan dibiarkan berlarut-larut. Saya mohon keadilan, seadil-adilnya, kata Rohim.

Ayah pelaku, kata Rohim, mendatangi kediamannya. Namun, tidak ada permintaan maaf atau simpati dari yang bersangkutan. Rohim pun mengaku belum bisa berkata apa-apa. Mereka hanya terdiam dengan berbagai perasaan yang berkecamuk di benak masing-masing.

“Saat itu saya maupun ayah pelaku tidak berkata apa-apa. Karena saya lelah, saya tidak ingin mengatakan ini atau itu. Aku khawatir aku juga emosional. Saya harus mengikuti proses penyelidikan polisi. “Jangan sampai ada keributan yang tidak terduga,” pesan ayah satu anak ini.

Rohim dan keluarga hanya bisa menunggu proses penyidikan yang dilakukan polisi. Ia siap mengikuti proses hukum sesuai perintah polisi, bahkan menempuh jalur musyawarah sejak pelaku masih di bawah umur.

“Itu jalur hukum, kami melakukan apa yang diperintahkan polisi. Langkah selanjutnya adalah mencari konseling dengan pelaku. Yah, mungkin nanti, setelah kepalamu dingin, hatimu pun menjadi dingin. Mudah-mudahan bisa tercapai kesepakatan antara ibu saya dan pelaku, kata Rohim yang mengaku dekat dengan mendiang SR.

Sementara itu, polisi sudah bergerak mengungkap kasus ini. Polisi menduga tewasnya SR akibat perkelahian antara korban dan pelaku. Untuk memastikannya, polisi memeriksa sejumlah saksi.

Polisi melakukan pemeriksaan awal terhadap pelaku dan saksi yang mengetahui terjadinya perkelahian tersebut, kata Kabid Humas Polda Jabar Kompol Yusri Yunus dalam siaran pers yang diperoleh Rappler, Rabu. (Yuli Saputra)

—Rappler.com

Result SGP