Pertemuan antara petani Kendeng dan pemerintah berakhir jalan buntu
- keren989
- 0
Pemerintah tidak memberikan solusi, hanya mengalihkan sosialisasi ke PT Semen Indonesia. Tindakan mengikat kaki Anda akan terus berlanjut.
JAKARTA, Indonesia – Warga sekitar Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, nampaknya tak akan lepas dari pabrik semen. Meski sudah bertemu dengan pemerintah, namun belum ada hasil yang memuaskan bagi mereka.
Kemarin, Senin 20 Maret 2017, merupakan hari ke-8 mereka mengokohkan kaki di Monasplein, tepat di seberang Istana Negara. Dari yang semula hanya 10 orang, kini jumlah warga yang kakinya disemen mencapai 60-50 orang. 10 aktivis perempuan pun turut serta.
Setelah aksi dimulai kurang dari pukul 15.00, undangan pertemuan dengan Kantor Personalia Presiden tiba-tiba datang sekitar pukul 16.30. 12 orang diutus – 4 di antaranya petani dalam belenggu semen – untuk menjawab panggilan tersebut.
Rapat tersebut berakhir sekitar pukul 18.30 yang ternyata belum membuahkan hasil. Sekadar menyampaikan komitmen Semen Indonesia, meski izinnya (pabrik semen) melanggar hukum, kata salah satu peserta Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) di lapangan Monas.
Rapat tersebut dihadiri oleh Kepala KSP Teten Masduki, Direktur Jenderal Perencanaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) San Afri Awang, perwakilan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan PT Semen Indonesia.
Berhenti sementara
Kepada warga Kendeng, Teten mengatakan, pihaknya pagi ini mengundang PT SI untuk membahas persoalan tersebut. Ia pun meminta mereka menghentikan aksi belenggu kaki.
“Kami berharap mereka menghentikan dulu aksinya karena tidak bisa diselesaikan dalam satu atau dua hari. Pemerintah harus mengkaji beberapa aspek lain, misalnya kalau ini masalah baru, pabriknya sudah dibangun,” kata Teten.
Ia pun kembali menegaskan ucapan PT SI yang tidak akan menambang hingga hasil Kajian Lingkungan Strategis (SES) rampung pada April mendatang.
Soal izin sendiri, San Afri mengaku seminggu menjelang keluarnya KLHS merupakan momen yang sangat menentukan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sendiri juga melakukan penelusuran lapangan dan menemukan indikasi adanya jaringan sungai bawah tanah di kawasan Kendeng yang menjadi ciri khas kawasan tersebut. karst.
“Kalau itu kawasan KBAK (kawasan bentang alam karst), harus dilindungi aturannya,” ujarnya. Menjelajahi kawasan ini tidak mudah dan memakan waktu lama karena harus melihat jaringan air hingga 300 meter di bawah permukaan tanah.
Ia mengatakan, penelitian ini dilakukan oleh banyak ahli yang mumpuni dan keahliannya tidak perlu diragukan lagi. Namun kajian geologi ini bukan kewenangan lembaga tersebut.
Mengenai sikap Jokowi sendiri, Teten menyebut RI 1 belum berubah pikiran sejak bertemu Gunretno dan kawan-kawan pada Agustus tahun lalu. “(Presiden dan petani Kendeng) sudah menyepakati satu hal, yakni melaksanakan KLHS dengan wilayah pertambangannya. “Sampai saat ini belum ada perubahan,” ujarnya.
Petani Kendeng menolak
Tawaran ini pun tak ditepis oleh para petani Kendeng. Mereka menilai apa yang dilakukan PT SI dan Indocement di Pati sangat tidak layak. Bahkan, Gunretno menyebut PT SI sangat arogan karena tidak mengindahkan hasil penelitian yang menyebutkan kelestarian alam Kendeng – termasuk sumber daya air dan kawasan. karst di sana.
Belum lagi beberapa perintah penghentian proyek semen di sana mulai dari perintah langsung Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk menghentikan sementara hingga KLHS terbit, serta kemenangan para petani atas gugatan di Mahkamah Agung (MA) yang membatalkan proyek tersebut. izin pabrik.
“Kami menolak tawaran Pak Teten. “Kami tidak mau begitu saja menyetujui komitmen SI dengan dasar tidak akan melakukan penambangan,” kata Gunretno. Dia mengatakan, para petani akan terus melakukan aksinya hingga izin yang dikeluarkan Ganjar dicabut.
Mereka sama sekali tidak takut menunggu hasil KLHS keluar, karena mereka yakin studi tersebut berpihak pada masyarakat. Kalaupun tidak, mereka akan mengendalikannya dengan menuntut pengungkapan data pertimbangan.
“Karena Pak Jokowi jamin proses KLHS terbuka. “Tapi sejauh ini kami sudah bertemu dengan petugas semen, tapi mereka bilang tidak terbuka,” kata Gunretno. Pengungkapan data penting untuk mengetahui apakah pertimbangan tersebut dapat diandalkan dan tidak memihak.
Keputusan Jokowi untuk membatalkan atau melanjutkan pabrik semen di Rembang yang kini sudah selesai 100 persen, juga membenarkan Nawacita dan janji kampanyenya sebelumnya.
Kasus ini juga akan menjadi barometer peristiwa serupa yang tersebar di berbagai daerah. Akankah Jokowi berpihak pada petani yang terancam tidak bisa bekerja lagi, atau berpihak pada korporasi?
Meski angin tampak bertiup di pabrik semen, Sukinah tetap optimis. Perempuan yang merupakan salah satu dari 9 Kendeng Kartini pada aksi semen tulang sebelumnya ini yakin perjuangannya tidak akan sia-sia.
“Kebenaran harus diperjuangkan. “Apa pun yang dilakukan secara tertulis, saya yakin akan terlihat hasilnya,” ujarnya.
Namun, dia bertanya-tanya apakah Jokowi tidak akan membutuhkan lebih banyak petani jika akhirnya pabrik Semen Indonesia resmi berdiri di tanah Rembang. Sukinah hanya mengingatkan perkataan Bung Karno soko guru Indonesia adalah petani.
“Mengapa kamu ingin mengesampingkannya sekarang? Bukankah negara ini membutuhkan lebih banyak petani?” Dia bertanya. Ia hanya bisa berharap keajaiban, suara petani sampai ke Jokowi, dan Kendeng tetap bersama. Bukan korporasi yang produknya lebih dari cukup. –Rappler.com