• November 28, 2025

Anak-anak pengungsi Gunung Agung belajar bernyanyi bersama




Anak-anak pengungsi Gunung Agung belajar bernyanyi bersama



















Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Orang tua mempunyai peranan penting dalam menjaga kondisi psikologis anak-anak di pengungsian

KLUNGKUNG, Indonesia – Anak-anak pengungsi Gunung Agung di Gelanggang Olah Raga (GOR) Swecapura, Klungkung bernyanyi dan menari bersama saat dikunjungi Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi.

Pria bernama Kak Seto ini mengajak anak-anak pengungsi untuk tetap ceria dan menikmati suasana.

“Jadi anak-anak (merasa) tidak sendiri, sehingga bisa penuh emosi,” kata Kak Seto, Minggu 1 Oktober 2017.

Menurut Kak Seto, anak-anak di pengungsian harus tetap melakukan aktivitas yang menyenangkan. Anak-anak, kata dia, harus tetap tenang, semangat, dan gembira. “Tunjukkan kepada anak-anak bahwa mereka adalah individu yang tangguh, kuat, dan mampu menghadapi cobaan dengan cara yang benar,” ujarnya.

Menurut Kak Seto, peran orang tua sangat penting dalam menjaga semangat anak-anak di pengungsian. Saat Kak Seto mengajak anak-anak bermain, para orang tua pun ikut bersenang-senang. Menurutnya, anak akan bercermin pada keadaan emosi orang tuanya. Orang tua, kata Seto, harus bisa menjadi semacam psikolog dan terapis,

Sehingga anak-anak yang rentan terhadap berbagai masalah yang mengganggu tumbuh kembangnya dapat terselamatkan,” ujarnya.

Anak-anak di GOR Swecapura kerap mengisi waktunya dengan membaca. Perpustakaan keliling yang disediakan oleh Gerakan Rakyat Cinta Membaca (Gema Arca) selalu datang setiap sore hari. Program Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Klungkung ini menghadirkan sekitar 1.000 buku setiap harinya.

I Kadek Epa Candra Saputra, 13 tahun, terlihat santai membaca buku bersama teman-temannya. Epa menceritakan informasi tentang gunung berapi di buku yang dibacanya Planet yang bergejolak.

“Saya rindu rumah, tapi saya tidak bosan di sini (pengungsi). “Di sini bisa asyik membaca,” kata anak pengungsi Dusun Lusuh, Kecamatan Selat, Karangasem ini.

Sementara itu, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Klungkung I Nengah Sudiartha mengatakan, meski berada di pengungsian, anak-anak harus tetap ceria belajar. Sudiartha menjelaskan, perpustakaan keliling Gema Arca dipusatkan hanya di GOR Swecapura karena jumlah pengungsi yang begitu banyak.

“Agar ilmu pengetahuan tidak terputus, dan menarik minat membaca,” ujarnya.








daftar sbobet