Pemerintah bersikeras agar protes dilakukan secara tertib demi stabilitas ekonomi
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan seruan penarikan dana perbankan secara besar-besaran justru akan merugikan perekonomian dan masyarakat
JAKARTA, Indonesia – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengimbau masyarakat melakukan aksi unjuk rasa sesuai aturan yang diatur dalam undang-undang. Sebab jika berakhir dengan kekacauan, maka yang terkena dampaknya adalah keadaan perekonomian dalam negeri.
Imbauan ini disampaikan jelang aksi demonstrasi besar lanjutan yang direncanakan pada 25 November mendatang. Meski belum bisa dipastikan apakah hal tersebut akan terealisasi, namun ada indikasi masyarakat akan segera melakukan penarikan besar-besaran di perbankan pada tanggal tersebut.
“Jika aspirasi bersifat destruktif, kerugian sebenarnya adalah masyarakat dan perekonomian itu sendiri. Jadi, imbauan seperti itu (menarik uang secara besar-besaran di perbankan) tidak sejalan dengan tujuan masyarakat itu sendiri, kata Sri yang ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, Rabu, 16 November.
Masyarakat pada umumnya ingin perekonomian berjalan baik, menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan kepercayaan diri. Jika semua itu terwujud, otomatis kesejahteraan masyarakat akan meningkat.
“Kami terus meningkatkan koordinasi antar lembaga keuangan. “Tolong serahkan aspirasi politik, tapi jangan merusak fondasi dan fondasi perekonomian,” kata perempuan yang pernah menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Seruan dan indikasi penarikan uang secara besar-besaran pada 25 November telah tersebar luas di media sosial dan aplikasi pesan instan. Pesan tersebut menyatakan bahwa tindakan penarikan uang secara bersamaan dapat berdampak negatif terhadap stabilitas ekonomi, sosial, dan politik. Ujung-ujungnya, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan rusak.
Lantas, benarkah aksi protes akan terjadi pada 25 November setelah Gubernur nonaktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penodaan agama? (BACA: Ahok ditetapkan sebagai tersangka kasus penodaan agama) Presiden Joko “Jokowi” Widodo sudah tegas menyatakan tidak akan ada protes pada 25 November.
Sementara itu, Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi meminta masyarakat tidak ikut serta dalam aksi demonstrasi. Daripada turun ke jalan lagi, Johan mengimbau masyarakat memantau proses penyidikan kasus yang melibatkan Ahok.
Secara terpisah, Kapolri Jenderal Tito Karnavian dengan tegas mengatakan tidak perlu ada aksi unjuk rasa lagi. Sebab, polisi sudah menunjukkan keseriusan dalam memproses kasus dugaan penodaan agama. Bahkan, status Ahok ditingkatkan menjadi tersangka.
Ia justru mengaku bingung jika masih ada kelompok masyarakat yang menyerukan agar masyarakat kembali turun ke jalan.
“Kalau ada yang mau turun ke jalan lagi, untuk apa? Jawabannya mudah, jika ada yang meminta Anda kembali turun ke jalan, apalagi menimbulkan keresahan dan keributan, jawabannya hanya ada satu. Agenda Ahok bukan persoalannya. Agenda tersebut inkonstitusional dan harus kita lawan, kata Tito media yang ditemuinya di kantor Polda Metro Jaya pada Rabu, 16 November. – Rappler.com