Ringkasan dan jadwal Festival Film Memory Recollection
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Festival film ini ingin mendeklarasikan bahwa sejarah kekerasan tragedi 1965 tidak bisa dilupakan.
JAKARTA, Indonesia – Sebanyak empat film pendek bertema hak asasi manusia diputar di Festival Film Memory Recollection di Kineforum, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Sabtu 5 Desember 2015. Kegiatan ini akan berlangsung hingga peringatan Hari Hak Asasi Manusia Internasional, Kamis 10 Desember.
Film-film tersebut diproduksi khusus untuk acara Memory Recollection dalam rangka memperingati Hari Hak Asasi Manusia tahun ini. Keempat film tersebut adalah “Tida Lupa” karya sutradara Asrida Elisabeth, “Tarung” karya sutradara Steve Pillar Setiabudi, “Sister in History” karya sutradara Amerta Kusuma, dan “0990” karya sutradara Bayu P. Kecuali “0990” yang merupakan fiksi adalah film, yang ketiga film lainnya adalah film dokumenter.
Jangan lupa
Yulia Evina Bhara yang merupakan produser keempat film tersebut menjelaskan, keempat film yang diproduksi merupakan upaya untuk menutupi sejarah tragedi kemanusiaan 65 . Seperti “Tida Lupakan”.
Dalam film ini Asrida bercerita tentang bagaimana masyarakat yang berada di pelosok, di pulau Flores yang jauh, kemudian bergabung dengan PKI yang merupakan partai resmi saat itu dan akhirnya menjadi korban.
“Film ini menjadi ruang di mana para saksi, penyintas, dan keluarga korban yang masih hidup menceritakan kisahnya untuk pertama kalinya, 50 tahun setelah kejadian itu terjadi,” kata Astrida.
Saudara dalam sejarah
Kemudian Amerta Kusuma dalam “Saudara dalam Sejarah” berkisah tentang seorang anak bangsa yang mempunyai cita-cita tinggi untuk memajukan Indonesia dengan mengikuti program sekolah di luar negeri yang diusung Soekarno. berakhir dengan kenyataan: ia tidak bisa kembali ke Indonesia pasca tragedi 1965. Ia akhirnya terpaksa tinggal di luar negeri selama puluhan tahun, tidak bisa bertemu keluarganya di tanah air.
tas
Sedangkan “Tarung” bercerita tentang Sanggar Bumi Tarung yang merupakan perwakilan komunitas seni yang menjadi korban kekerasan Orde Baru.
Satu-satunya fiksi dalam film baru Recollection of Memories adalah “0990” yang berupaya menggambarkan dialog intim antara seorang tentara dan seorang tahanan; dialog tentang rasa sakit hati, kesetiaan, pengkhianatan, drama dan teror.
Bayu mengatakan, dalam banyak kejadian terlihat jelas bahwa kekerasan dan reproduksi kekerasan merupakan hak monopoli negara. Tidak terkecuali negara dan sinema berkolaborasi untuk mereproduksi kekerasan dan teror atas nama sejarah.
“Sebagai generasi yang lahir di penghujung tahun 80-an, penting bagi saya untuk terus meyakini bahwa sebagian sejarah bangsa ini dibangun melalui fiksi dan fantasi,” kata Bayu.
Usai penayangan perdana, keempat film tersebut masih tetap ditayangkan pada festival film Memory Recollection di Kineforum, TIM. Jadwalnya bisa dilihat di Di Sini.
BACA JUGA: