Absen di Berbagai Perdebatan Publik, Dimana Pasangan Agus-Sylvi?
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Calon Gubernur DKI Jakarta lima kali disaksikan masyarakat dalam forum debat yang digelar empat stasiun televisi dan satu universitas.
Namun dalam lima debat, hanya dua dari tiga calon gubernur yang hadir, yakni calon nomor urut 2 Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama, dan calon nomor urut 3 Anies Baswedan. Sementara calon nomor urut 1 Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memilih tak hadir pada lima debat tersebut.
Agus hanya menghadiri satu acara terkait Pilkada DKI Jakarta yang digelar salah satu stasiun televisi, yakni saat berdialog tatap muka di acara Mata Najwa, Metro TV, 12 Oktober.
Setelah kemunculannya tersebut, Agus tidak pernah lagi menghadiri undangan stasiun televisi atau universitas untuk mengadakan debat publik.
Pasalnya, putra sulung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini lebih memilih bertemu langsung dengan warga ketimbang menghadiri acara tersebut.
“Saya tidak hadir, saya masih bersama masyarakat. Aku masih di sini. “Saya memilih menyibukkan diri dengan rakyat,” kata Agus di sela-sela kampanye di kawasan Cipete Utara, Jakarta Selatan. pada hari Kamis, 15 Desember.
Agus sebelumnya juga menyampaikan alasannya pada hari debat calon di Net TV.
“Tidak ada kewajiban bagi siapapun pasangan calon, termasuk saya, untuk menghadiri acara debat kecuali yang dijadwalkan secara resmi oleh KPUD,” ujarnya di AHY Command Center (ACC), Jakarta Selatan. Jumat, 9 Desember.
Sesaat setelah debat berakhir Kamis pekan lalu, calon wakil gubernur Agus, Sylviana Murni pun membeberkan alasan absennya calon nomor urut 1 itu di Kompas TV.
Menurut Sylviana, undangan Kompas TV tersebut bertepatan dengan agenda pertemuan dengan warga yang telah disiapkan sebelumnya. Oleh karena itu, dia dan Agus memutuskan untuk tidak menghadiri debat tersebut.
“Tidak mungkin kami membatalkan janji yang telah kami buat sebelumnya, apalagi mengecewakan orang-orang yang telah mempersiapkan acara tersebut,” kata Sylviana melalui akun Twitter-nya.
3. Tentu kita tidak mungkin membatalkan JANJI yang sudah dipersiapkan sebelumnya, apalagi mengecewakan masyarakat. yang mempersiapkan acara tersebut
— Sylviana Murni (@sylviana_pure) 16 Desember 2016
Ia pun meyakini absennya Agus di forum debat tidak akan berdampak buruk pada elektabilitas dan popularitasnya karena masing-masing tim punya strategi masing-masing.
Insya Allah tim kami tahu apa yang terbaik dan apa yang lebih diinginkan masyarakat, ujarnya.
7. Setiap tim mempunyai strateginya masing-masing yang pastinya tidak sama. Insya Allah tim kami paling tahu dan apa yang diinginkan kebanyakan orang pic.twitter.com/l8HjGBfgcm
— Sylviana Murni (@sylviana_pure) 16 Desember 2016
Tim Sukses Ahok-Djarot: Agus merugikan dua pihak
Menurut tim sukses Ahok-Djarot Syaiful Hidayat, ketidakhadiran Agus dalam debat tersebut merupakan haknya dan tidak melanggar aturan.
“Datang atau tidak datang adalah hak setiap calon. “Tidak ada kewajiban hukum formal untuk menghadiri debat ini juga merupakan fakta,” kata Raja Juli Antoni, salah satu tim pemenangan calon Ahok-Djarot kepada Rappler, Jumat 16 Desember.
Menurut Raja, ada dua kelompok yang dirugikan dengan absennya Agus dalam debat calon.
Yang pertama adalah masyarakat, karena mereka tidak bisa mendengar langsung calon pemimpinnya untuk bertatap muka dan menyampaikan gagasan besarnya tentang Jakarta yang ideal, ujarnya.
Selain masyarakat, pihak yang juga dirugikan adalah calon Agus sendiri. “Dia kehilangan kesempatan untuk meyakinkan publik. Saya yakin Mas Agus bukan hanya itu saja. Ini adalah ruang baginya untuk membuktikan rumor dan kesan negatif serta menjelaskan bahwa dia hanyalah seorang prajurit, hanya bagian darinya keluarga politik.”
Tim sukses Anies-Sandi: “Mengapa mantan tentara memilih medan perang?”
Hal senada juga disampaikan tim sukses pasangan nomor urut 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Menurut koordinator sahabat Anies-Sandi, Anggawira, keputusan Agus tidak hadir dalam debat tersebut merupakan hal yang aneh.
“Prajurit tidak memilih medan perang mana yang akan dilawan ketika mereka disuruh berperang. Kalau kita lihat, itu Mas Agus, mantan tentara, tapi kenapa dia memilih medan perang?” kata Anggawira kepada Rappler, Jumat.
Menurut Anggawira, alasan yang disampaikan Agus-Sylvi dan tim sukses hanya sebatas retorika saja, karena menghadiri debat merupakan salah satu cara menyampaikan komitmen di hadapan masyarakat umum.
“Beliau mengecewakan masyarakat yang menunggu kemunculannya di televisi, masyarakat menunggu seluruh calon berdiskusi dan berbincang, menyampaikan komitmen dan program yang akan mereka laksanakan. “Jadi kalau dia bilang bersama rakyat, menurut saya itu sangat retoris,” ujarnya.
Bagi Anggawira dan tim pemenangan Anies-Sandi, forum debat merupakan agenda yang sangat penting karena “merupakan ajang bagi masyarakat modern untuk menguji kapasitas, kredibilitas, dan rekam jejaknya.”
Fungsi debat publik dalam pemilihan kepala daerah
Debat publik dalam rangka kampanye pemilihan kepala daerah mempunyai fungsi dan tujuan tersendiri. Menurut dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia Hurriyah, debat berfungsi sebagai sarana para kandidat mengkomunikasikan ide dan programnya kepada masyarakat luas.
“Sehingga masyarakat bisa mengetahui, kemudian menilai apakah program-program tersebut baik, jelas, dan dapat direalisasikan dalam artian bukan omong kosong,” kata Hurriyah kepada Rappler, Jumat.
Selain itu, debat juga bermanfaat bagi masyarakat sebagai salah satu bentuk pendidikan politik. “(Debat) mendorong pemilih untuk bersikap rasional, dan memungkinkan pemilih menentukan pilihannya berdasarkan penilaian rasional tersebut.”
Menurut Hurriyah, dalam konteks pilkada, forum debat menjadi penting karena ajang ini menjadi ruang adu gagasan antar calon. Kandidat “dipaksa” menjelaskan visi, misi, dan program kerjanya. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi para kandidat untuk membedah, mengkritik, mempertanyakan dan memberikan masukan satu sama lain.
“Melalui forum debat, para kandidat berargumentasi untuk meyakinkan masyarakat bahwa ini bukan sekedar pemaparan program kerja,” jelas Hurriyah.
Dilihat dari aturan, AHY tidak melanggar aturan karena lima debat tersebut bukan agenda resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta. Namun jika dilihat dari sisi lain, menurut Hurriyah, ketidakhadiran AHY bisa berdampak buruk bagi pencalonannya.
“Hal ini dapat berdampak pada persepsi masyarakat bahwa yang bersangkutan tidak siap, tidak mempunyai keberanian dan/atau kemampuan.”
Meski demikian, Hurriyah belum bisa memastikan ketidakhadiran tersebut akan berdampak buruk pada elektabilitas AHY. Sebab dalam pilkada yang penting adalah perolehan suaranya di bilik suara dan masih banyak pemilih yang belum menentukan pilihannya hingga saat-saat terakhir.
“Bagi masyarakat pemilih yang rasional, keputusan AHY kemarin bisa merugikan peluang mereka untuk terpilih. “Tetapi bagi masyarakat pemilih yang masih irasional, yang memilih karena faktor cinta (cinta atau perasaan), menurut saya AHY masih memiliki popularitas dan peluang yang cukup tinggi untuk terpilih,” kata Hurriyah.
Masih ada forum debat resmi
Meski tak hadir dalam lima forum debat publik yang digelar sebelumnya, masyarakat tetap bisa menantikan penampilan Agus berdialog dengan kandidat lainnya.
Pasalnya, KPU DKI Jakarta akan menggelar tiga kali debat calon yang wajib diikuti seluruh calon gubernur mulai Januari mendatang.
Debat tersebut akan menjadi kesempatan bagi Agus untuk ikut menjelaskan visi, misi, dan programnya untuk Jakarta, setelah sebelumnya hanya dua kandidat yang melakukannya melalui debat ‘pemanasan’ yang diadakan oleh stasiun televisi dan universitas. —dengan laporan Santi Dewi/Rappler.com