Misteri kulit kabel menyebabkan genangan air
- keren989
- 0
Jakarta, Indonesia. “Ini gila. Siapa yang memasang selongsong kabel listrik sebanyak itu di selokan? Seperti kasus Fatmawati,” kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Jumat, 26 Februari 2019. Dalam tulisan yang dimuat jauh-jauh hari Liputan6.comGubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama, yang biasa disapa Ahok, mengungkapkan kecurigaannya bahwa ada yang sengaja memasang kulit kabel di tempat itu, agar air tidak bisa mengalir dan meluap tepat di Istana Merdeka.
Laman Tempo bahkan memuat artikel dengan judul tersebut Ahok curiga banjir Jakarta akibat sabotase, ini buktinya.
Dalam beberapa pemberitaan, hanya gambar ponsel Ahok yang diperlihatkan kepada wartawan. Padahal temuan cable lugs diambil dari lokasi yang sangat dekat dengan akses liputan media: depan gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), di Jalan Medan Merdeka Selatan.
Di media sosial Facebook, seseorang menandai saya tentang masalah “sabotase”. Saya juga membaca analisis kemungkinan sabotase agar Ahok gagal atasi banjir di Jakarta dari sejumlah akun Twitter. Setelah searching di internet, saya menemukan link beritajakarta.com, situs resmi Pemprov DKI Jakarta. Berita tersebut bertanggal 26 Maret 2014, judulnya Kanal Jl Medan Merdeka Timur dipenuhi dengan kulit kabel.
Jadi, apakah ini cerita lama? Foto lama?
Bagi saya, jawabannya saat itu adalah “ya”. Karena liputan media mainstream, termasuk yang saya kutip di atas, tidak memuat gambar-gambar terbaru yang mereka hasilkan sendiri. Setelah itu seru.
Pada 27 Februari 2016, saya berulang kali di-tag dengan foto bahkan video dari akun kampanye Ahok, termasuk yang mereka miliki. Membagikan dari akun Sahabat Ahok. Beberapa akun di Twitter telah melakukan hal yang sama kepada saya. Bagi saya, selama foto dan gambar tersebut diproduksi oleh akun pendukung, saya harus skeptis. Bahkan saya mendorong media untuk melakukan pengecekan langsung ke lapangan. Lokasinya dekat, kok.
Banyak pendukung Ahok mungkin mengharapkan saya untuk menerima foto dan video yang ditawarkan. Ia bahkan menerima argumentasi bahwa memang ada kemungkinan sabotase sehingga Ahok dinilai gagal mengatasi banjir di Jakarta, khususnya di sekitar kawasan Istana Kepresidenan dan Monas. Kemudian juga di sekitar Balai Kota dan Kedutaan Besar AS, serta sejumlah kantor pemerintahan di sekitar Monas.
Idealnya saya terjun langsung ke lapangan ya? Ya Biasanya begitu. Tapi aku sedang cuti sakit. Jadi saya hanya harus bersabar sambil menikmati ragamnya menggertakPendukung Ahok di media sosial. Ha ha.
Terakhir, dua hari lalu, media turun ke lokasi, dan melihat puluhan petugas PPSU (Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Umum) mengangkat truk selubung kabel. Hingga Selasa, 1 Maret lalu, berbagai media memberitakan ada 12 truk kulit kabel yang dipindahkan dari badan air di depan Kementerian ESDM.
Melihat begitu banyaknya tutup kabel yang dicopot, saya semakin yakin bahwa isu sabotase yang dikedepankan terlalu dibesar-besarkan.
Sebelum saya pergi ke lapangan, saya sudah berpikir itu terlalu berlebihan. Pasalnya, ini bukan kali pertama terjadi. Seperti dilansir beritajakarta.com, tahun 2014 sudah berlalu. Bagaimana hal yang sama bisa terulang? Apa yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta antara 2014 hingga 24 Februari 2016 agar gorong-gorong di sekitar Barat dan Selatan, termasuk kawasan Medan Merdeka Timur, tidak tersumbat apapun, termasuk kulit kabel?
Ini jika pekerjaan membersihkan gorong-gorong serius.
Ashok mulai menyalahkan Dinas Informasi dan Komunikasi karena tidak mengirimkan rekaman CCTV untuk mengecek siapa orang yang “membuang” kulit kabel di selokan Jalan Medan Merdeka Selatan.
Bagi saya, sikap Ahok adalah kemajuan, artinya dia mulai melihat instansi-instansi di lingkungan Pemprov untuk melihat apakah mereka bekerja dengan baik dan benar. Sebelumnya dia menduga ada sabotase, apalagi dari pihak luar. Ahok pun menyerahkan temuan kabel kulit itu untuk diusut polisi.
Selasa malam, 1 Maret, saya menghubungi Kapolda Metro Jaya, Irjen Tito Karnavian. Setelah melihat lusinan truk kulit kabel, saatnya mencari jawaban.
Saya tanya kepada Kapolda Tito, bagaimana mungkin ada orang yang memasang 12 truk kulit kabel di gorong-gorong sekitar Istana Kepresidenan? Di ring 1? Jika hal ini terjadi belum lama ini, sehingga patut diduga sebagai upaya sabotase musim banjir Februari 2016, bagaimana mungkin kegiatan membawa kulit kabel lolos dari pengawasan pihak berwajib? Termasuk polisi?
“Informasi sementara sisa pemasangan kabel 2-3 tahun lalu yang belum dicabut. Sedang diselidiki,” kata Tito menjawab pertanyaan saya.
Tito mengatakan hal yang sama kepada media hari ini. “Sudin Tata Air dan PLN akan melihat apakah itu barang lama atau barang baru. Informasi sementara ini barang lama,” kata Tito kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya.
Tito menjelaskan, sekitar tahun 2014 telah dibangun saluran kabel di sekitar Jl Medan Merdeka Selatan. Polisi akan menyelidiki kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut. “Itu sudah lama sekali, sudah rusak. Kami tidak tahu siapa pemiliknya,” kata Tito.
Apakah terasa jauh dari dugaan sabotase? Saya menduga itu hanya kelalaian pejabat pemerintah provinsi yang tidak serius memastikan bahwa limbah di sekitar wilayah itu bersih dari apa pun, terutama setelah temuan tahun 2014.
Untuk membuktikan, sebagai tambahan informasi, saya mendatangi lokasi pada Rabu siang, 2 Maret. Petugas PPSU masih melepas gulungan kulit kabel dari lubang yang dibuka di depan Kementerian ESDM.
“Kami bekerja dua shift, dari pukul 07.00 sampai 15.00, kemudian sampai pukul 23.00,” kata Sardono, salah satu PPSU yang sedang bertugas. Saya memeriksa kulit kabel, tertutup lumpur limbah.
“Sudah lama, Bu. Bukan dibuang begitu saja ke sini. Sudah bertahun-tahun,” kata Sardono Beberapa wartawan dari media televisi hadir untuk mengambil gambar.
Lokasinya berseberangan dengan Pos Polisi Lalu Lintas yang anggotanya mengatur arus lalu lintas di perempatan Patung Kuda depan gedung Sapta Pesona, kawasan Monas. Melihat posisi ini, saya semakin ragu ada peluang bagi siapa saja yang ingin mencoreng citra Ahok dengan memasang kabel kulit sebelum musim banjir ini. Oh, apakah Anda sedang diawasi oleh polisi? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memasang kulit kabel? Bahkan tanpa dicurigai oleh banyak satpam yang tersebar di sana?
“TIDAK mungkin, Bu. Sudah lama di sana,” kata seorang polisi bernama Fredy yang sedang mengatur lalu lintas di sana.
Saya bertanya bagaimana mungkin ada kegiatan memasukkan kabel lugs tanpa diketahui oleh security di area tersebut.
Saya pergi ke Pos Polsek Merdeka Barat, tidak jauh dari tempat pengangkutan kulit kabel. Ada Pak Sadiyono disana.
“Sabotase? Bagaimana? Kami di sini berpatroli 24 jam sehari berbelok berlanjut di kawasan Monas-Gambir-Istana,” kata Pak Sadiyono.
Dia memiliki dugaan kuat bahwa selongsong kabel sudah ada sejak lama. Ditinggalkan pekerja memasang kabel PLN atau Telkom.
“Kamu tahu, sangat mungkin ada pekerja yang mengulitinya, mengambil isinya untuk dijual dan meninggalkan kulitnya. Banyak waktu telah berlalu. Seperti mereka yang suka merusak, mereka tinggal di selokan. Bahkan sedalam dua meter.”
Apakah ada CCTV di area ini? “Ada kamera untuk lalu lintas. Saya tidak tahu tentang CCTV. Mungkin Pemerintah Provinsi atau gedung yang memilikinya,” kata Pak. kata Sadiyono.
Saya jadi ingat saat Kapolda Metro Jaya memaparkan hasil rekaman CCTV Gedung Jaya, saat terjadi aksi bom Jl MH Thamrin.
Untuk memastikan dan memperkaya informasi, saya menelepon Letnan Jenderal TNI Agus Sutomo pada Rabu siang, 2 Maret. Sekarang dia adalah Panglima TNI Sesko di Bandung. Pada tahun 2011, di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Mayjen TNI Agus menjabat sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden. Pada 2014, Agus menjabat sebagai Pangdam Jabodetabek.
“Mungkinkah ada sabotase hingga menyebabkan banjir di sekitar istana, termasuk oleh orang-orang yang meninggalkan kulit kabel di gorong-gorong? Bagaimana itu bisa terjadi? Bukan Dering 1? Ini pertanyaan saya kepada Letjen. Dan. Ini adalah pertanyaan yang telah ditanyakan berkali-kali di media sosial juga.
“Kawasan Ring 1 di darat memang hanya mencakup kawasan Istana Kepresidenan. Bahkan Kantor Sekretariat Negara tergolong Ring 2. Tapi karena menyatu dengan Keraton, kami jadikan semi Ring 1,” kata Agus. Untuk wilayah udara yang berarti Ring 1 berada dalam radius 1 kilometer dari Istana.
Maka, kata Agus, pengamanan di sekitar keraton, termasuk di sekitar Jl Medan Merdeka Selatan dan sekitar Monas, sudah diserahkan ke Polda Metro Jaya dan Kodam Jaya. “Terutama polisi,” kata Agus.
Sebagai mantan Danpaspampres dan juga Pangdam Jaya, Agus memahami banjir bisa menggenangi Istana jika sungai di belakang Istana meluap, seperti yang terjadi sebelumnya.
“Ketika Pangdam saya benar-benar mengikuti bagaimana air mengalir saat kunci Manggarai dibuka, pecah menjadi tiga sungai, termasuk yang di belakang istana,” kata Agus. Sistemnya menggunakan katup, sehingga air bisa mengalir dari gorong-gorong di sekitar kawasan ke sungai, tapi tidak sebaliknya.
Pendapat Agus senada dengan Kapolres Tito. Kemungkinan besar kulit kabel tersebut merupakan peninggalan purbakala. Selama ini tidak dicek dengan teliti, tiba-tiba ada genangan air. Lalu ada kekhawatiran banjir akan menggenangi istana. “Selama sungai di belakang istana tidak meluap, istana tidak akan kebanjiran,” kata Agus.
Selama dua periode pemerintahan SBY, lima kali Istana presiden kebanjiran. Tapi sejauh yang saya ingat, pertanyaan tentang sabotase tidak pernah muncul.
Karena itu, saya ingin Ahok memastikan semua kulit kabel di gorong-gorong, atau apapun yang dianggap sumber genangan air di sekitar kawasan Istana Kepresidenan, bisa dibongkar tuntas. Jika ada temuan di 2014, tapi tidak ada yang bisa disalahkan, maka masalah tersebut harus diselesaikan tahun ini.
Ahok hari ini mengarahkan petugas PPSU untuk lebih rajin mengecek semua saluran air.
Ini adalah urutan yang lebih baik.
Tidak ada lagi sabotase kecil… sabotase kecil. Yang ini juga menjadi pesan bagi Ahok Lovers.
Dari akun Twitter humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, @Sutopo_BNPB, saya membaca cerita sedih tentang musim banjir ini. Tiga orang hanyut di sungai saat banjir Jakarta. Dua meninggal (Abdul Rouf, 3 tahun dan Suhardiman, 16 tahun). Satu belum ditemukan.
Kami sangat gembira dengan kemungkinan sabotase kabel pod yang dapat menelan istana dan merusak reputasi Ahok, tetapi kami tampaknya tidak peduli dengan hilangnya nyawa yang telah terjadi. – Rappler.com