Hari AIDS Sedunia, netizen menggunakan tagar #IBrave untuk menghilangkan stigma tersebut
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Sudah saatnya kita menghentikan dan menghilangkan stigma yang sering menyelimuti pengidap HIV dan AIDS.
Ayo, tes HIV. Cari tahu lebih lanjut di sini.
JAKARTA, Indonesia — Seberapa dalam wawasan Anda mengenai HIV dan AIDS? Apakah Anda memahaminya dengan bijak?
Tidak dapat dipungkiri bahwa membanjirnya stigma awam yang mendiskriminasi Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) harus dihilangkan secara perlahan. Hal ini untuk memberikan mereka hak untuk menjalani kehidupan yang layak seperti orang lain.
Untuk itu, dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia yang jatuh setiap tanggal 1 Desember, para netizen berbagi ilmunya mengenai HIV dan AIDS.
@RapplerID HIV adalah virusnya. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit. Oh, HIV bukanlah virus yang mematikan. Diskriminasi yang mematikan. #Saya berani
— Natasya E. Sitorus (@tapsiyun) 1 Desember 2016
@RapplerID human immunodeficiency virus, virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. AIDS adalah kumpulan penyakit. #Saya berani
— Victor Andrean (@victorandrean) 1 Desember 2016
@RapplerID @intermedika HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh TBC dan AIDS adalah gejala yang disebabkan oleh virus HIV. #Saya berani
— Angga Juliansyah (@rangga_julianz) 1 Desember 2016
@RapplerID Jika status HIV Anda terdeteksi sejak dini, Anda bisa mencoba pengobatan ARV agar tidak memasuki tahap AIDS!
— Weeaboo DI ES (@gitadine) 1 Desember 2016
Beberapa netizen juga melakukan tes HIV-AIDS. Kisah inspiratif ini cukup menjawab pertanyaan orang-orang yang sering merasa takut atau bingung saat menghadapi ujian. Mereka juga membuktikan betapa skrining dini sangat bermanfaat bagi orang yang dicintai dan tentunya bagi dirinya sendiri.
@RapplerID tes HIV? Tes untuk mengetahui status HIV kita. Takut? Sama sekali tidak. Caranya mirip dengan tes darah biasa. #Saya berani #Hari AIDS Sedunia
— Natasya E. Sitorus (@tapsiyun) 1 Desember 2016
@RapplerID Saya telah berpartisipasi dua kali, untuk mendapatkan kartu pelajar dan izin kerja di SG. Saya sangat gugup, tetapi sebenarnya tes darahnya normal #Saya berani
– Karina Maharani (@karinamt222) 1 Desember 2016
@RapplerID Awalnya saya takut untuk mengikuti tes. Iya pokoknya baik-baik saja, sama saja dengan tes golongan darah dan diabetes. #Saya berani
— Victor Andrean (@victorandrean) 1 Desember 2016
Bahkan ada pula yang mengunggah foto sebagai bentuk dukungan terhadap kampanye khusus ODHA.
Radio Sonora Jakarta juga mendukung kampanye tersebut #AKU PELAKU ! Mencari tahu tentang #AKU PELAKU #HandsUpFor #pencegahan HIV @unaids_id @RapplerID pic.twitter.com/BblenoActE
— IG : @SonoraFM92 (@SonoraFM92) 1 Desember 2016
Tak berhenti sampai disitu, ada juga warganet yang berbagi pengalamannya saat mendampingi anak positif. Sebagai anak-anak yang sering dilupakan, peran orang dewasa sangat penting untuk memberikan mereka hak untuk hidup layak seperti anak-anak negatif lainnya.
@RapplerID tentu saja aku melakukannya Saya bekerja untuk anak-anak dengan HIV di Jakarta. #Saya berani #Hari AIDS Sedunia
— Natasya E. Sitorus (@tapsiyun) 1 Desember 2016
@RapplerID banyak pengalaman. Namun yang terpenting adalah kegembiraan bisa mendampingi anak-anak HIV yang cenderung terlupakan karena masih anak-anak. #Saya berani
— Natasya E. Sitorus (@tapsiyun) 1 Desember 2016
Seperti orang lain, anak-anak ini tidak dapat memilih di lingkungan mana mereka dilahirkan. Oleh karena itu, mereka berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang sama seperti anak lainnya.
@RapplerID Anak-anak tidak bisa memilih untuk siapa mereka dilahirkan. Mereka ingin mereka terlahir sehat seperti anak-anak lainnya. #Saya berani
— Natasya E. Sitorus (@tapsiyun) 1 Desember 2016
@RapplerID Anak dengan HIV juga bukanlah anak berkebutuhan khusus. Yang mereka butuhkan adalah cinta dan dukungan. Jangan menjauh dari mereka. #Saya berani
— Natasya E. Sitorus (@tapsiyun) 1 Desember 2016
Lalu bagaimana jika ODHA juga ingin menikah dan berkeluarga? Apakah ODHA yang sedang hamil berisiko menularkan penyakit ini kepada anaknya? Melalui program dan perencanaan yang tepat, risiko penularan ini dapat dihindari.
@Angelinayetta @RapplerID @unaids_id tidak secara otomatis. Tanpa adanya upaya pencegahan, peluang penularan hanya 30-40%. #Saya berani
— Lentera Anak Pelangi (@LntrAnakPelangi) 1 Desember 2016
@Angelinayetta @RapplerID @unaids_id Oleh karena itu, dengan mengikuti Program Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak, penularan dapat dicegah sebesar 0-2%. #Saya berani
— Lentera Anak Pelangi (@LntrAnakPelangi) 1 Desember 2016
Maka sudah saatnya kita berhenti dan menghilangkan stigma yang kerap menyelimuti ODHA. HIV/AIDS bukanlah jenis penyakit yang bisa disembuhkan, namun penderitanya berhak untuk hidup sehat dan layak, karena yang harus dihindari adalah virusnya, bukan orangnya.
Saya pernah bertemu dengan ODHA, adik dari teman saya. Dia tidak terlihat berbeda. Faktanya, dia memiliki karir yang sukses dan sangat aktif. #Saya berani https://t.co/uERo1zyDlw
— Yetta Angelina (@angelinayetta) 1 Desember 2016
@RapplerID ya sebagian teman saya adalah ODHA. Mereka sama seperti orang sehat lainnya, tidak ada perbedaan #Saya berani #Hari AIDS Sedunia #HariAIDSSedunia
— Victor Andrean (@victorandrean) 1 Desember 2016
—Rappler.com