Jangan menangis, kita harus menyelamatkan diri kita sendiri
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Seperti biasa, Muhamad Yunus (33 tahun) pagi itu menggunakan ponsel pintarnya untuk mencari penumpang melalui aplikasi Go-Jek. Dia saat itu berada di sekitar Jalan MH Thamrin, tepatnya di Gedung Jaya. Biasanya dia nongkrong di sana.
Sambil terus berusaha mencari penumpang, Yunus melihat ke jalan di depan. Suasana sepi, hanya terlihat seorang remaja putri yang ditilang hingga harus dibawa ke pos satpam di perempatan Sarinah.
“Saya cari penumpang, tak lama setelah lampu merah berakhir ada yang ketahuan, Anggun yang ketahuan. “Dia dan polisi dibawa ke kantor pos polisi,” kata Yunus kepada Antara, Selasa 19 Januari.
Yunus heran kenapa Anggun lama sekali berada di kantor polisi. “Kenapa dia lama sekali di kantor polisi? Posisiku masih di sana. Eh, tidak lama kemudian, sebuah bom meledak di Starbucks. “Tapi Anggun masih di kantor polisi,” ujarnya.
Yunus kembali mengawasi kantor polisi, di mana Anggun masih berada di dalam.
“Saya sudah lama memperhatikannya, apa maksudnya ikan lele? Ketika dia meninggalkan kantor polisi, kantor polisi itu meledak.”
Saya turut berduka cita karena terkena bom Sarinah @gojekindonesia pic.twitter.com/UTxL9tmKwR
— Riza Firli (@RizaFirli) 14 Januari 2016
Tanpa pikir panjang, saya langsung menuju kantor polisi wanita itu, saya langsung menepikannya. Sebenarnya banyak Awas Terus berlanjut. “Saya kesal, kenapa dari Bawaslu hingga Gedung Jaya tidak ada yang membantu?”
Yunus mengaku harus menenangkan Anggun yang menangis hingga tak mampu berjalan. “Jangan menangis, kamu harus berjalan, kita harus menyelamatkan diri,” ujarnya.
Kekesalan masih menyelimuti Yunus saat berhasil menyelamatkan Anggun ke tempat aman di Gedung Jaya, namun tak ada seorang pun yang bersedia turun tangan membantu mereka.
“Saat saya mengambil Anggun dan memasukkannya ke Gedung Jaya, masih belum ada yang membantu saya. Akhirnya saya maju dan membantunya ke kantor polisi karena di sana saya melihat polisi. “Saya membantu Deny S bersama Brimob untuk menipu polisi. Saya memasukkannya ke dalam mobil polisi,” katanya.
Yunus mengaku sudah tidak tahu menahu lagi soal nasib Anggun. Anggun meninggalkan posisinya saat diikat di gedung Jaya, ujarnya.
Dalam situasi kisruh itu, Yunus mengaku tak merasa takut sama sekali. “Saya tidak merasa takut. “Yang penting kalau ada niat, bantulah,” ujarnya.
Wajah Yunus yang berapi-api berubah sedih mengingat kondisi Anggun saat terkena ledakan bom Thamrin.
“Celananya robek sampai pinggul, dan paku menembus solnya, sehingga dia pincang. Kalau aku mencabutnya, sayang sekali, akan lebih baik jika dokter yang melakukannya, pikirku saat itu. Selain itu, kabel dan paku juga mengenai bagian paha dan betis. Luka bakar akibat asap terdapat di bahu kiri dan belakang tubuhnya. “Saya hanya bisa berusaha memadamkan asapnya,” ujarnya.
Putra Yunus mendapat beasiswa dari Go-Jek
//
Dia menyatakan Tuan. Yunus di depan, dia adalah pahlawan GO-JEK yang fotonya dibagikan di media sosial karena tekad dan keberaniannya…
Diposting oleh PERGI JACK pada Senin, 18 Januari 2016
Yunus melihat aksi tersebut di layar dan mengatakan putranya mengalami trauma saat mengetahui ayahnya ada di lokasi kejadian.
“Anak saya melihat penampilan saya di TV. Dia menangis. Dia menonton TV pada pukul setengah delapan malam. Dia langsung berkata kepada ibunya, “Bu, Ayah ada di TV! “Saya tidak mau melihat bapak di berita,” aku Yunus.
Putra Yunus, Muhamad Alif Trianza (10 tahun), saat ini duduk di bangku kelas IV SD. Yunus menceritakan, usai ledakan ia tidak kembali ke rumah setelah pukul 22.00 WIB sehingga Alif menelepon dan memintanya segera pulang.
Istri Yunus yang bekerja di sebuah perusahaan farmasi tak pernah melarang suaminya bekerja sebagai mitra Go-Jek, meski ia tahu suaminya mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan korban ledakan bom.
Menurut pria yang sudah empat tahun menjadi tukang ojek ini, istrinya sudah mengetahui karakternya.
“Adapun wanita itu mendesah sudah tahu sifatku. Dia tahu aku keras kepala membantu orang, jadi dia normal saja. “Hanya saja anak sekarang agak pilih-pilih,” kata Yunus sambil tersenyum sambil menghisap rokok sambil bercerita tentang anak semata wayangnya.
Yunus bergabung dengan Go-Jek pada Agustus 2015, setelah empat tahun menjadi tukang ojek di pangkalan depan Gedung Jaya.
Yunus dan keluarganya tinggal di Jalan Pondok Terong, Depok, Jawa Barat. Pria asal Jakarta ini biasanya berangkat dari rumah pada pukul 05.30 dan tiba di rumah sekitar pukul 23.00 untuk mengejar penumpang di Ibu Kota.
“Sejujurnya, saya melakukannya akan “Saya cepat naik kembali, tapi belum bisa karena banyak janji ketemu orang,” kata Yunus saat ditanya apakah dirinya sudah berhenti menjadi tukang ojek pasca kejadian ledakan.
Ia mengaku trauma pascaledakan bom dan hati nurani teroris, namun tidak takut sama sekali.
“Saya sudah lama berada di sini. Itu biasa saja mendengarkan ledakan, entah itu suara ban TransJakarta atau MetroMini yang meledak. “Saya tidak terkejut lagi,” katanya.
Sedangkan Alif mendapat beasiswa dari manajemen Go-Jek yang dipimpin Nadiem Makarim sebagai apresiasi atas keberanian ayahnya.
“Pak Nadiem suruh rekan-rekan terinspirasi, tapi tetap tidak boleh ceroboh kalau ada keadaan seperti itu,” kata Yunus. —Laporan Intermedia/Rappler
BACA JUGA: