Umar Patek yang memberikan bantuan masih menunggu respons pemerintah
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
‘Saya sebelumnya membebaskan seorang wanita Kristen Filipina, Marry Janne, seorang anggota ICRC. Dia dibebaskan tanpa uang tebusan’
MALANG, Indonesia – Meski tawaran tersebut ditolak, Terpidana teroris bom Bali Umar Patek masih menunggu tanggapan resmi dari pemerintah atas tawarannya membantu WNI yang disandera kelompok Abu Syayyaf di Filipina selatan.
“Tidak ada komunikasi dengan pemerintah. “Saya menawarkan diri, tawaran itu bisa diterima atau ditolak,” kata Umar Patek usai menjadi pembicara pada seminar deradikalisasi di Malang, Jawa Timur pada Senin, 25 April.
Selain Umar Patek, Narapidana bom Bali Ali Imron juga menjadi narasumber dalam seminar tersebut. Mereka hadir dengan pengawalan ketat dari Brimob Densus B Ampeldento di Malang.
Anggota kelompok ekstremis Abu Sayyaf di Filipina menuntut uang tebusan sebesar 50 juta peso atau setara Rp14,3 miliar bagi 10 awak kapal Brahma 12 yang mereka sandera sejak 24 Maret lalu agar bisa dibebaskan. Pemerintah dengan tegas mengatakan tidak akan membayar uang tebusan.
Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Jumat 8 April mengakui bahwa pemerintah telah menerima tawaran dari Umar Patek untuk membantu membebaskan para sandera, namun menekankan Indonesia akan menggunakan diplomasi dengan pemerintah Filipina.
Patek dengan setia mengatakan tawarannya diberikan tanpa syarat. Sebelumnya, pemberitaan media menyebut Umar Patek meminta pengurangan hukuman sebagai imbalannya.
“Sebelumnya saya membebaskan seorang perempuan Kristen Filipina, Marry Janne, anggota ICRC. Dia dibebaskan tanpa uang tebusan. Saya katakan saat itu: ‘Dalam Islam tidak diperbolehkan menyandera perempuan dan non-Muslim, itu sama sekali tidak dibenarkan,” katanya.
Umar Patek divonis 20 tahun penjara atas keterlibatannya dalam bom Bali 1 yang menewaskan 202 orang dan melukai 209 orang pada 12 Oktober 2002. Saat ini ia tengah menjalani hukuman penjara di Lapas Porong, Jawa Timur.
terorisme Indonesia
Dalam seminar deradikalisasi, kata Ali Imron Akar terorisme di Indonesia adalah keinginan untuk mendirikan negara Islam seperti cita-cita Negara Islam Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo.
“Saya katakan negara Islam adalah harga mati, tapi dengan cara damai. “Saya Kartosuwiryo generasi keempat,” kata Ali Imron dalam seminar bertajuk “Generasi penerus bangsa bersinergi mendukung program pemerintah dalam rangka kontra radikalisasi dan deradikalisasi untuk mencegah instabilitas dan keutuhan NKRI. .”
Kedatangan terpidana teroris yang divonis penjara seumur hidup itu dijaga ketat petugas kepolisian.
Menurut Ali Imron, teroris di Indonesia pada awalnya adalah kelompok yang ingin melanjutkan Negara Islam Indonesia Kartosuwiryo. Tujuannya adalah menjadikan negara Pancasila menjadi negara Islam Indonesia.
“Pemboman pertama di kediaman Duta Besar Filipina pada Agustus 2000 dilakukan atas dasar jihad,” ujarnya.
Pasca bom, Ali Imron terlibat aksi bom Bali dengan menggunakan bom berbobot 1,1 ton bersama jaringan Jemaah Islamiyah. Namun menurutnya, aksi bom Bali merupakan kesalahan yang dilakukan oknum JI.
“Menerima anggaran dari Osama Bin Laden sebesar 30 ribu USD yang diarahkan ke Asia Tenggara tanpa menyebut Bali secara spesifik. Bali dipilih untuk membalas serangan AS terhadap warga Afghanistan pasca tragedi WTC. Menurut saya, hal ini salah karena mereka bukanlah pelaku serangan di Afghanistan, ujarnya.
Selanjutnya, jaringan JI bertanggung jawab atas ledakan Mariot, Rich Carlton, dan bom masjid di Corebon.
Sementara itu, dia mengatakan, bom Sarinah di Thamrin merupakan ulah ISIS yang salah satunya didalangi oleh Muhammad Romli, warga Dau, Kabupaten Malang. Menurutnya, ISIS lebih ‘gila’ karena menyebut siapa pun sebagai kafir.
“Ali Imron yang jihadis disebut kafir, itu tidak masuk akal. Mereka lebih gila,” ujarnya.
Menurut Ali Imron, ancaman ISIS kerap dilakukan tidak hanya secara radikal, tetapi juga dengan cara memecah belah dan mengadu domba pejabat. ISIS lebih brutal karena semua orang kafir, sering membentuk opini untuk memecah belah penguasa, tidak mau diadu domba, ujarnya.
BACA JUGA: