• October 11, 2024
Manchester City dan Pep Guardiola mengejar kesempurnaan

Manchester City dan Pep Guardiola mengejar kesempurnaan

JAKARTA, Indonesia – Malam ajaib itu jatuh pada tanggal 1 Mei 2009. Josep “Pep” Guardiola sendirian di kantornya di salah satu kompleks FC Barcelona. Ruangan itu sebenarnya bukan kantor. Namun lebih dari sekedar ruang pribadi, ia mendesainnya seperti tempat kerja.

Di dalam kamar ia memainkan lagu bertempo lambat. Pikirannya melayang ke pertandingan besar besok: klasik melawan Real Madrid. Timbul pertanyaan, bagaimana cara mengatasinya Orang kulit putih.

Berbagai posisi pemain terbayang di benaknya. Dua gelandang serang, Yaya Toure dan Xavi Hernandez, kerap mendapat tekanan berat dari gelandang Guti, Fernando Gago, dan Royston Drenthe.

Di saat yang sama, dua bek Real, Fabio Cannavaro dan Cristoph Metzelder, kerap bermain sangat dalam. Mereka lebih dekat dengan kiper Iker Casillas dibandingkan dengan gelandang bertahan. Posisi yang sangat dalam ini (jatuh dalam-dalam) tidak membuat skema terobosan khas Barca—sebutan Barcelona—berhasil.

Pikiran Guardiola mengembara berjam-jam hingga akhirnya mendapat “pencerahan”. Ada begitu banyak ruang antara gelandang bertahan dan bek. Ruang ini bisa dimanfaatkan. Guardiola segera meraih ponselnya. Nama Lionel Messi muncul di layar.

“Leo. Ini Pep. Saya baru saja menemukan sesuatu yang sangat penting. Silakan segera datang ke kamar saya. Sekarang,” kata Pep seperti dijelaskan Marti Perarnau dalam buku tersebut Rahasia Pep. Saat itu jam menunjukkan pukul 10 malam. Messi tiba setengah jam kemudian.

Malam itu menjadi malam monumental bagi munculnya posisi yang identik dengan Messi. namanya, salah sembilan. Seorang penyerang bertindak sebagai penyerang bayangan. Posisinya tidak murni berada di garis depan. Malah malah lebih terbelakang. Tujuannya adalah untuk menghindari isolasi para pemain bertahan dan mendapatkan akses bebas ke bola.

Posisi tersebut semakin sempurna bagi penyerang asal Argentina itu karena kemampuannya Menggiring bola luar biasa. Dari posisi itu dia bisa melepaskan membantumendekatkan bola ke area ujung untuk kemudian menembak, atau melakukan skema satu-dua dengan penyerang lain untuk masuk ke kotak penalti.

Pep mengeluarkan solusi akhir apa pun di depan gawang. Ketiga opsi tersebut valid. “Tugasku hanya membawamu ke area terakhir. “Apa yang Anda lakukan di sana adalah urusan Anda sendiri,” kata Pep dalam buku yang sama.

Posisi salah sembilan menjelma menjadi posisi yang diciptakan khusus untuk Messi. Tidak ada tim lain yang mampu menduplikasi temuan ini. Alasannya banyak. Salah satunya, tidak banyak talenta yang tersedia untuk menjalankannya.

Dalam lima tahun terakhir, penyerang bayangan jarang muncul. Sepak bola modern saat ini adalah era para sayap. Nama-nama seperti Cristiano Ronaldo, Eden Hazard, Franck Ribery atau Arjen Robben termasuk di antaranya.

Messi juga dapat diklasifikasikan sebagai sayap. Tapi posisi spesialis salah sembilan mengubah dirinya menjadi salah satu pemain terhebat dalam sejarah sepakbola dunia.

Namun Pep tidak pernah mengaku sebagai penemu salah sembilan. Posisi itu sudah ada sebelumnya. Misalnya pada pemain seperti Alfredo Di Stefano, Michael Laudrup, dan Francesco Totti—walaupun nama keluarga ini lebih identik dengan gelandang serang alias pemain yang bermain di belakang striker bukan salah sembilan.

Di Indonesia, salah sembilan pernah dimainkan oleh pesepakbola Yusuf Ekodono pada tahun 1990-an. Saat Yusuf memperkuat timnas Indonesia, mereka bahkan menjadi tim Merah Putih terakhir yang meraih medali emas di SEA Games 1991. Suatu prestasi yang belum pernah terulang hingga saat ini.

Mitra Surabaya saat mengikuti kompetisi Kodak Galatama pada tahun 1993-1994. Dari kiri: Marzuki Badriawan, Eko Prasetyo, Agus Udin, Yusuf Ekodono.;

Diposting oleh Kholili Indro pada Senin, 4 Januari 2016

Pep bereinkarnasi posisi tersebut dalam bentuk paling sempurna dengan Messi sebagai pemainnya. Sejak itu, area “abu-abu” antara striker sejati dan gelandang menjadi miliknya. Itu adalah “Messi daerah“.

Setelah malam ajaib itu, Barcelona menghancurkan Real Madrid 6-2 di Santiago Bernabeu keesokan harinya.

Guardiola sang filsuf

Kelahiran kembali posisi tersebut tidak hanya menunjukkan ketajaman Pep dalam melihat potensi pemain. Kemampuan yang juga harus dimiliki oleh pelatih setingkatnya, seperti Carlo Ancelotti atau Jose Mourinho.

Namun, Pep lebih baik dari mereka karena dia membuat “penemuan” atau penemuan. Sebuah penemuan yang hanya bisa disaingi oleh Ancelotti ketika ia menemukan posisi khusus untuk Andrea Pirlo sebagai gelandang bertahan AC Milan.

Masalahnya, Pep tidak berhenti pada Messi. Di Bayern Munich, klub yang saat ini ia kelola, bek kanan Philippp Lahm dipindahkan ke poros menyerang sebagai gelandang bertahan. Pep menilai Lahm punya visi seperti Andres Iniesta.

Pep terus membuat penemuan karena sepakbola tidak pernah cocok untuknya. “Saat kita mulai rileks, saat itulah kita perlahan-lahan istirahat,” ujarnya.

Pep pun terus menyempurnakan formasi favoritnya. Pada awal kedatangannya di Allianz Arena, markas Bayern, ia menggunakan sistem 4-1-4-1. Padahal, di Barca ia setia dengan formasi 4-3-3. Hanya di musim kedua Orang Komunis—julukan Bayern—ia mulai menerapkan 4-3-3 dan sejumlah variasi turunannya.

Kemenangan bagi Pep saja tidak cukup. Banyak gol belum tentu memuaskannya juga. Setelah mengalahkan Hamburg 8-0, Paderborn 6-0 dan Koeln 4-1 pada Februari musim lalu, Guardiola sebenarnya berkataKami harus lebih baik dalam menyerang.

Pep terus memikirkan cara memainkan sepakbola yang sempurna. Pencarian permainan yang sempurna menjadi obsesinya. “Sepak bola sempurna sangat sulit dicapai. Tapi Anda pasti bisa menemukannya. Kami hanya butuh waktu,” kata Guardiola di kesempatan lain.

Chemistry Manchester City dan Guardiola

Kabar kepindahan Pep ke Liga Inggris sebenarnya sudah beredar sejak Desember lalu. Dan hanya ada dua klub papan atas sepakbola Inggris yang cocok dengan visinya: Arsenal dan Manchester City.

Masalahnya, Arsenal tak butuh pengganti Arsene Wenger. Itu sebabnya City menjadi satu-satunya tim yang hampir pasti menjadi target Pep berikutnya. Dan benar saja, hanya sekitar dua bulan setelah rumor tersebut beredar, City mengonfirmasi bahwa dia akan menjadi manajer mereka musim depan.

Selain faktor teman dekat Pep yang kini duduk di jajaran manajemen, seperti CEO Ferran Soriano dan Direktur Sepak Bola Txiki Begiristain, fondasi permainan City sudah “Barca-Barca-ish”. Atau dalam bahasa modern, “Barca-esque“.

Mereka bermain dengan umpan-umpan pendek dan berusaha mendominasi permainan. Mereka juga sangat menyukai sepak bola menyerang. Bermain pragmatis bukanlah gaya mereka.

“Sepak bola yang hanya membela dan mengejar kemenangan tidak menghormati suporter. Jutaan orang membayar harga tinggi dan para pemain hebat itu bertahan,” kata Manuel Pellegrini, manajer City saat ini.

Dengan filosofi bermain seperti itu, tak akan sulit bagi para pemain City untuk beradaptasi dengan Pep. Peraih 14 trofi bersama Barca akan membawa tim berjuluk itu Masyarakat tingkatkan itu.

Kehadiran Pep sempat membuat Manchester United panik. Mereka berada dalam bahaya semakin terpuruk karena rival sekota mereka terus bertransformasi menjadi raksasa baru.

United pun kemungkinan besar akan diincar City musim depan. Pembantaian 6-1 di Old Trafford pada 23 Oktober 2011 bisa saja terulang kembali.

Tak ada jalan lain bagi United selain mengganti manajer Louis van Gaal dengan antitesis dari Guardiola. Siapa lagi kalau bukan Jose Mourinho. Musuh bebuyutan Guardiola sedang menunggu panggilan dari bos United Ed Woodward.—Rappler.com

BACA JUGA:

Data SDY