Dua kali menjadi korban eksibisionisme laki-laki
- keren989
- 0
‘Aku justru merasa kasihan pada laki-laki yang terjebak oleh nafsunya sendiri. Mata pelajaran sosiologi hanya mempelajari teori eksibisionisme, tanpa belajar cara menghadapinya’
JAKARTA, Indonesia — Saya menjadi korban eksibisionisme pria untuk kedua kalinya.
Terakhir kali bencana ini menimpa saya adalah Senin tanggal 1 Mei lalu. Saat itu, saya sedang dalam perjalanan menuju JCC Convention Center, Jakarta Selatan, untuk berpartisipasi bengkel diselenggarakan oleh Rappler dan UNESCO.
Sesampainya di Jakarta jam 7 pagi, saya ditemani oleh seorang driver ojek online. Karena hari masih pagi dan loket pendaftaran belum dibuka, saya sempatkan berjalan kaki menuju Stadion Gelora Bung Karno (GBK).
Sendirian, aku berjalan menyusuri trotoar yang berbatasan dengan pagar proyek konstruksi yang sedang berlangsung di sana.
Tiba-tiba di depanku ada seorang laki-laki yang memanggilku, “Pssst…”
Dia muncul begitu saja di depan pintu gerbang proyek gedung yang saya lewati. Hari masih pagi dan suasana di sekitar GBK masih sepi. Hanya ada aku yang berjalan di trotoar.
Dan… di luar dugaan, pria itu memperlihatkan alat kelaminnya di hadapanku!
Karena terkejut, saya bergegas melewati gerbang. Tidak lama kemudian, pria yang sama membuatku kesal lagi. Aku mendengar langkah kaki dari belakang. Tiba-tiba aku berlari ke trotoar.
Alhamdulillahdi trotoar ada beberapa orang lalu lalang joging Pagi. Ketika saya menoleh ke belakang untuk melihat apakah pria itu masih mengikuti saya, dia tidak senang. Dia memasuki lokasi proyek bangunan tadi.
Masih shock, saya berlari ke GBK yang ramai dan bertemu dengan sejumlah orang yang sedang bermain bulu tangkis. Saya berusaha menenangkan diri, duduk di rerumputan dan menyaksikan warga berolahraga.
Sebelumnya kejadian serupa menimpa saya pada tahun 2013 pertama kali di Magelang. Saat itu saya masih duduk di bangku SMA. Bersama teman sekolah, aku pulang dengan berjalan kaki di sebuah desa di atas SMA.
Hari itu masih siang bolong. Diam. Kemudian datanglah seorang pria dengan sepeda motor dan menanyakan di mana toilet terdekat. Saya mencoba membantu orang, dan saya menjawab pertanyaan ayah.
Ketika orang bertanya kepada Anda, apa yang Anda perhatikan? Tentu saja wajahnya gan. Namun setelah aku selesai bertanya, mataku tertuju pada tubuh bagian bawah sang ayah. Dan… tanpa diduga dia membuka ritsleting celananya!
Alat kelaminnya terlihat oleh kami. Sungguh kejadian yang tidak menyenangkan.
Atas dua kejadian ini saya prihatin sekaligus marah. Atas kejadian di Jakarta, saya mencoba memahami kemalangan pria tersebut.
Mungkin karena dia sedang mengerjakan proyek konstruksi yang seluruh pekerjanya adalah laki-laki, dia tidak mampu mengungkapkan keinginan duniawinya. Padahal aku berpakaian normal hari itu. Saya memakai jilbab, kemeja dan celana jeans yang tidak ketat.
Tampaknya, apa pun pakaian yang Anda kenakan, pelaku pelecehan seksual mungkin tidak akan peduli. Selama Anda melihat wanita, mereka bisa menjadi sasaran.
Saya justru kasihan pada laki-laki yang terjebak oleh keinginannya sendiri. Dimana hal ini terjadi pada pagi hari?
Sementara itu, saya masih belum paham dengan bapak di Magelang kenapa berani melakukan hal tersebut kepada anak sekolah di siang bolong. Padahal kami masih mengenakan seragam SMA.
Bagi para wanita, berhati-hatilah. Persiapkan diri Anda jika Anda sedang berjalan sendirian di tempat yang sepi, baik pada malam hari maupun pada pagi atau sore hari.
Aku bisa saja berteriak, tapi ketika itu tiba-tiba terjadi, aku sudah kaget dan… terkejut. Memengaruhi terkejut Inilah yang membuat suaraku tercekat dan tak bisa bicara. Saya sudah ketakutan.
Kita tidak akan pernah tahu kalau pelecehan seksual bisa menimpa siapa saja dan dimana saja. Semoga apa yang saya sampaikan ini bisa menjadi pelajaran bagi siapapun, karena di sekolah kita tidak pernah diajarkan bagaimana menghadapi orang yang eksibisionis.
Mata kuliah sosiologi hanya memberikan teori eksibisionisme. Sekadar definisi, tanpa mempelajari cara menanganinya. —Rappler.com
Nur Fahmia adalah seorang mahasiswa sastra Indonesia. Dia dapat ditemukan di Instagram @nfmia dan Twitter @Perawatan.
BACA JUGA: