Tito bertemu dengan Kapolri Australia dan fokus pada pencegahan aksi teroris
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Kapolri dan Kapolri tengah menyelidiki apakah ada jaringan antara warga Australia dan Indonesia yang berangkat ke Suriah.
YOGYAKARTA, Indonesia – Kapolri Jenderal Tito Karnavian menggelar pertemuan dengan Kepolisian Federal Australia (AFP) di Yogyakarta pada Rabu 26 April. Dalam pertemuan bilateral yang digelar rutin setiap tahun ini, Kapolri membahas lima bidang kerja sama dengan AFP, antara lain penanganan terorisme, cybercrime, narkoba, perdagangan manusia, dan penanganan masalah korupsi.
Untuk itu, Polri dan AFP mengembangkan program kerjasama di Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) di Semarang dengan jangkauan pembelajaran yang lebih luas. Menurut Tito, persoalan pemberantasan aksi teroris menjadi prioritas yang dibahas kedua kapolri tersebut.
Yang menjadi fokus, kata Tito, terutama terkait pemberantasan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Kedua negara tersebut menjadi korban dan pejuang kelompok pimpinan Abu Bakr Al-Baghadadi. Sama seperti Indonesia, puluhan warga Suriah juga diduga berangkat ke Suriah.
“Kami sedang memeriksa apakah ada koneksi jaringan di sana dengan (yang ada) di Indonesia. “Kami juga akan membahas permasalahan di Filipina bagian selatan dan Timur Tengah,” kata Tito usai menggelar silaturahmi di Universitas Gadjah Mada, Rabu, 26 April.
Isu kedua yang dibahas adalah mengenai cybercrime. Tito mengatakan banyak terjadi penipuan online, pornografi, dan penyebaran informasi hoax yang meresahkan yang muncul di dua negara.
“Karena kedua negara berbagi pengalaman ini, kami sepakat untuk bekerja sama. “Kami juga bertukar teknologi,” ujarnya.
Sementara itu, isu yang juga menjadi permasalahan tahunan kedua negara yakni penyelundupan manusia juga dibahas dalam pertemuan tertutup di Hotel Grand Hyatt Yogyakarta. Jika hal ini merupakan isu prioritas tahun lalu, maka fokus kepolisian di kedua negara telah bergeser pada tahun ini. Meski begitu, mereka tetap terus memantau pergerakan orang yang masuk ke Indonesia.
“Sekarang polanya ada orang dari daerah konflik yang ingin masuk ke Australia, tapi kemudian melalui Indonesia,” kata Tito.
Persoalan lain yang dibahas adalah penanganan tindak pidana korupsi. Kepala polisi kedua negara mencari cara untuk menekan dan bertukar informasi untuk memberantas kejahatan tersebut. Meski upaya tersebut belum termasuk upaya pencarian aset koruptif milik WNI yang kemungkinan dibawa ke Negeri Kanguru.
“Kita belum sampai ke sana, tapi kita saling menjajaki dan sekaligus ada best practice untuk pencegahan dan penindakannya,” ujarnya.
Tito menjelaskan, dengan JCLEC, kepolisian kedua negara bisa membangun jaringan untuk menangani berbagai persoalan. JCLEC merupakan program kolaborasi antara Polri dan AFP untuk melatih aparat kepolisian dalam menangani kejahatan transnasional termasuk terorisme. Didirikan pada tahun 2010, AFP juga menyumbangkan dana untuk operasional lembaga tersebut. – Rappler.com