PERIKSA FAKTA: Hari Bipolar Sedunia
- keren989
- 0
Kesadaran dan pengetahuan mengenai gangguan bipolar masih minim. Gangguan jiwa bukanlah hal yang tabu.
JAKARTA, Indonesia – Setiap tanggal 30 Maret diperingati sebagai Hari Bipolar Sedunia. Tanggal tersebut dipilih karena bertepatan dengan hari ulang tahun pelukis terkenal dunia, Vincent van Gogh (1853-1890), yang didiagnosis mengidap gangguan bipolar.
Apa itu bipolar?
Sejauh ini, belum banyak orang yang benar-benar memahami apa itu gangguan bipolar Itu. Menurut National Psychiatric Disorders Alliance (NAMI), bipolar adalah kelainan yang ditandai dengan perubahan suasana hati atau suasana hati yang buruk.
Rata-rata, penderita gangguan bipolar akan mengalami dua kondisi mental bergantian: manik dan depresi.
Manic adalah keadaan perasaan yang sangat tinggi. Pada kondisi ini, penderita bipolar memiliki semangat yang tinggi dan berbicara dengan cepat seolah-olah berada di bawah tekanan.
Saat berada dalam keadaan depresi, mereka akan menjadi sangat pesimis, putus asa dan merasa tidak berdaya. Jika sudah sangat parah, penderita bipolar tidak akan bisa bangun dari tempat tidurnya. Tak jarang, orang juga mengalami serangan panik.
Apa penyebabnya?
Gangguan bipolar dapat disebabkan oleh beberapa hal:
- Genetika
Seorang anak mungkin menderita gangguan bipolar yang diturunkan dari orang tuanya. Namun faktor ini tidak bersifat mutlak.
2. Stres
Peristiwa yang berdampak psikologis, seperti kematian, penyakit atau putusnya hubungan, serta kondisi keuangan dapat memicu gangguan bipolar. Cara orang-orang ini menangani masalah ini juga dapat mempengaruhi perkembangan gangguan bipolar.
3. Struktur otak
Penderita bipolar dapat diperiksa struktur otaknya. Peneliti menemukan adanya perbedaan ukuran otak dan aktivasi berbagai bagian otak pada penderita gangguan bipolar. Dalam beberapa kasus, ada juga orang yang menderita gangguan bipolar akibat gegar otak dan trauma akibat cedera kepala.
Ada beberapa cara untuk mengenali gejala gangguan bipolar. Kebanyakan orang akan mendeskripsikan perasaannya untuk mengetahui status kondisi mentalnya. Namun, disarankan untuk tidak menarik kesimpulan sendiri; tapi pastikan dengan analisa dokter.
Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, ada empat jenis bipolar:
- Bipolar I
Suatu kondisi ketika seseorang mengalami satu atau lebih keadaan manik dan depresi. Kebanyakan orang yang berada dalam status ini, naik turunnya kondisi mental seseorang harus berada dalam kondisi serius selama tujuh hari. Pelayanan di rumah sakit juga menjadi salah satu penilaiannya.
2. Bipolar II
Kondisi peralihan antara depresi dan mania cukup sering terjadi.
3. Siklotomi
Ketika keadaan mental tidak stabil, dimana keadaan hipermanik dan depresi ringan berlangsung selama dua tahun. Mereka yang menjalani siklotomi akan mengalami kondisi normal, namun tidak pernah lebih dari 8 minggu.
4. Bipolar “tidak terdefinisi”
Bila kondisi gangguan jiwa tidak memenuhi ketiga kriteria sebelumnya. Gejalanya mungkin tidak berlangsung lama.
Bagaimana cara mengobatinya?
Ada beberapa cara untuk mengobati gangguan bipolar. Salah satunya dengan obat stabil, antipsikotik, dan antidepresan. Ada juga yang menggunakan psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif dan terapi berbasis keluarga.
Tidak jarang orang menerima terapi kejut listrik (ECT) dan pengekangan. Selain itu, mereka juga mendapat manfaat dari meditasi serta kelas keagamaan dan spiritual.
Andriani Marshanda, aktris Tanah Air yang terang-terangan mengaku mengidap penyakit bipolar, mengaku rutin mengonsumsi obat. Apalagi setelah ia sering mengalami serangan panik.
“Selain minum obat, saya menggunakan metode regangan sistem pendukung SAYA. “Biasanya Mama,” ujarnya usai mengikuti seminar bipolar disorder, Rabu, 30 Maret. Ia sering meminta ibunya mengambil tindakan untuk menenangkannya saat ia mulai marah.
Pertama, ibunya akan mulai bertanya apakah dia marah karena panik atau apakah dia benar-benar merasa marah. Setelah itu, ia juga diminta menilai tingkat kemarahannya. Ia pun mulai aktif mengikuti pelatihan pengembangan diri.
Diakui Marshanda, setelah didiagnosis mengidap bipolar pada 2009, kondisinya terus membaik. Kini dia jarang mengalami serangan panik, dan merasa damai dengan kondisinya. Ia telah melakukan pengobatan mandiri secara intensif sejak tahun 2013.
(BACA: Marshanda: Menjadi Bipolar Membuatku Bahagia)
Perlunya perubahan paradigma
Kesadaran terhadap gangguan bipolar masih sangat minim. Pasalnya, jumlah penderita kelainan ini tidak sedikit. Menurut laporan Huffington Post, jumlah penderita bipolar di seluruh dunia diperkirakan mencapai 5 persen dari total populasi dunia. Tepatnya ada 450 juta orang.
Namun tidak banyak orang yang berani mengakuinya, karena penyakit jiwa mempunyai stigma buruk di masyarakat. Melalui Hari Bipolar Sedunia diharapkan masyarakat dapat teredukasi dan meningkatkan kesadaran. Bagaimanapun, penyakit mental tidak jauh berbeda dengan penyakit biasa.
Penderita gangguan jiwa tetap membutuhkan dukungan dan perawatan hingga akhirnya sembuh. Tidak terisolasi, bahkan tersembunyi dari pandangan orang lain. —Rappler.com
BACA JUGA: