Istri korban pesawat Hercules: Jujur saja, itu namanya bencana
- keren989
- 0
Pesawat C-130 Hercules yang jatuh merupakan pesawat impor bekas dari Australia.
MALANG, Indonesia – Keluarga korban pesawat Hercules milik Tentara Nasional Indonesia (TNI AU), meski mengaku kaget, namun rela melepas orang yang disayanginya.
Agus Purwanti, istri Asisten Lettu Suyata, sesekali menyeka air matanya. Ibu tiga anak ini mengenakan mukena berwarna putih saat ditemui pelayat yang datang ke rumah duka di Malang, Jawa Timur, pada Minggu sore, 18 Desember.
“Jujur, ini juga bencana. Takdir. “Kaget mendengar kabar duka ini,” kata Purwanti kepada wartawan.
(BACA: Pesawat Hercules TNI AU Jatuh di Gunung di Wamena)
Letnan Satu Suyata adalah seorang mekanik pesawat Hercules C-130 nomor A 1334 yang jatuh di sekitar pegunungan di Wamena, Papua pada Minggu pagi.
Para tamu tiba di rumah duka di Perumahan Asri Katon, Jalan Kebun Nangka Pakis, Kabupaten Malang setelah mendengar kabar mengejutkan tersebut.
Adik Purwanti, Dwi Wardana, mengatakan Suyata menelpon istrinya pada tengah malam sebelumnya untuk mengingatkannya sholat tahajjud. Namun setelah itu tak ada komunikasi lebih lanjut di antara keduanya hingga Purwanti mendapat kabar bahwa pesawat yang ditumpangi suaminya mengalami kecelakaan.
“Itu komunikasi terakhir dengan pihak keluarga,” kata Dwi.
Meski sadar akan banyaknya risiko sebagai prajurit TNI AU, Dwi berharap kejadian serupa tidak terulang lagi di kemudian hari. Menurut dia, Suyata rutin menerbangkan pesawat Hercules ke sejumlah wilayah di Kalimantan, Sumatera, dan Papua.
Sedangkan Linda, istri Asisten Letda Agung Sugihantono, seminggu lalu menjalani perawatan di rumah sakit karena menderita penyakit tipus. Lokasi rumah Letda Agung dan Lettu Suyata hanya berjarak dua rumah saja.
Ltda Agung meninggalkan seorang istri dan dua orang anak.
(BACA: Daftar Kecelakaan Pesawat Hercules 10 Tahun Terakhir)
Ibu Linda bertanya tentang kecelakaan pesawat. “Tapi saya menghiburnya agar tidak bersedih menunggu kabar dari pangkalan,” kata Sri, tetangga korban.
Di pesawat naas itu, Agung berperan sebagai memuat master. Menurut keluarganya, dia baru saja kembali dari penerbangan ke Sabang pada Jumat pekan lalu.
Semua pesawat Hercules di Pangkalan Udara Abd Saleh dilarang terbang
Sembari menunggu hasil evaluasi jatuhnya pesawat, seluruh pesawat Hercules di Skadron 32 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang dikandangkan.
“Instruksi pemimpin agar semua misi dihentikan sementara. Menunggu perintah selanjutnya,” kata Abdulrachman Saleh, Marsekal Pertama Djoko Senoputro, Komandan Lanud saat meninjau rumah duka awak pesawat.
Pesawat Hercules lepas landas dari Lanud Abdulrachman Saleh Malang pada 17 Desember 2016 dan dijadwalkan menyelesaikan misi pada 21 Desember 2016. Namun kecelakaan terjadi saat pesawat meninggalkan landasan pacu di Timika, Papua pada Minggu pagi.
Menurut Marsma Djoko, cuaca saat itu cerah dan bagus. “Tetapi landasan pacu tidak bagus di sana merindukan,” dia berkata.
Namun untuk mengetahui penyebab kecelakaan ini, akan diturunkan tim investigasi.
Pesawat C-130 Hercules yang jatuh merupakan pesawat impor bekas dari Australia. Pesawat tersebut tiba 10 bulan lalu dan telah dikerahkan untuk berbagai operasi TNI AU.
Pesawat memiliki sisa waktu penerbangan sekitar 69 jam sebelum menjalani perawatan rutin. Sejak digunakan, Hercules telah menjalani perawatan rutin sesuai prosedur. Suku cadangnya juga tersedia dengan baik.
“Kalau ada kekurangan itu salah kita, nasib tidak bisa kita salahkan,” kata Djoko.
Skuadron 32 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, memiliki lima pesawat sejenis dengan tipe berbeda. —Rappler.com