‘Banda The Dark Forgotten Trail’: Belajar sejarah melalui film dokumenter
- keren989
- 0
Aktor Reza Rahadian mengaku menjadi narator film ‘Banda’ membuatnya lebih fokus pada animasi gambar.
JAKARTA, Indonesia – Jalur rempah-rempah jarang dibicarakan atau didengar akhir-akhir ini, namun film dokumenter jarang dibicarakan atau didengar
Banda Film Jejak Gelap Yang TerlupakanMengangkat tema Spice Strip ibarat membuka mata terhadap sejarah masa kejayaan Indonesia di Kepulauan Banda.
Bukan hanya kekayaan rempah-rempah Indonesia seperti cengkeh dan pala yang dibahas dalam film Banda, tapi juga masa kelam penjajahan VOC ratusan tahun lalu.
(BACA: ‘Banda, Jejak Gelap yang Terlupakan’ mengupas sejarah perdagangan rempah-rempah Indonesia)
Rappler berkesempatan menonton film tersebut Gang ketika itu diadakan penyaringan pers di XXI Plaza Indonesia, pada Rabu, 26 Juli. Selama film ini, mata penonton akan disuguhi kualitas gambar yang luar biasa. Jangan bayangkan sebuah film dokumenter dengan gambar dan teknik sinematografi yang terbatas seperti itu hanya. Film garapan sutradara Jay Subyakto ini berbeda.
Meski disajikan dalam bentuk film dokumenter, tim produksi ingin mata penonton tetap nyaman saat menikmati film ini. Total gambar (memori) mencapai 16 tera, kata Jay yang sebelumnya dikenal membuat video musik. Film Banda ini merupakan film dokumenter pertamanya.
Dari segi konten terlihat Sheila Timothy selaku produser memang mengutarakan ide yang sangat berbeda namun esensial. Ada sejarah Kepulauan Banda yang sangat penting yang patut digaungkan kembali. Seperti pentingnya buah pala saat itu, mampu membuat semua orang di dunia datang ke Pulau Banda.
(BACA: Rappler Talk: Dibalik Film ‘Banda The Dark Forgotten Trail’)
Dulu, harga pala lebih mahal dibandingkan emas karena dibutuhkan oleh negara-negara Eropa, terutama saat wabah wabah merebak di Inggris. Puncaknya, pertikaian antara Inggris dan Belanda yang memperebutkan Pulau Banda, sebagai penghasil pala, menarik perhatian Inggris untuk menyembuhkan warganya. Sedangkan Belanda menganggap Pulau Banda sebagai aset berharga.
Maka ditandatanganilah Perjanjian Breda pada tanggal 31 Juli 1667 yang menetapkan bahwa Belanda boleh tetap menguasai Pulau Banda, sedangkan Inggris mendapatkan Nieuw Amsterdam yang sekarang disebut Manhattan, New York. Pada 31 Juli 2017, tepat 350 tahun setelah Perjanjian Breda disepakati, film Banda juga akan menggelar gala premiere.
Selain rempah-rempah, film Gang juga mengkaji masa-masa kelam yang juga terjadi di pulau tersebut, yang bisa dijadikan pelajaran untuk masa kini. Melimpahnya sumber daya alam justru dapat merugikan bahkan menghilangkan banyak nyawa. Terjadi pembantaian besar-besaran yang dilakukan oleh penjajah terhadap penduduk asli Pulau Banda untuk memperoleh pala.
Selain rempah-rempah dan manusia, film Gang juga membahas orang-orang yang pernah tinggal di sana. Salah satunya adalah Mohammad Hatta yang kemudian menjadi wakil presiden pertama Republik Indonesia. Dia dilarang bersama dengan tiga orang anggota pendiri satu lagi ke Banda.
Banyak ilmu penting yang tersaji dalam 94 menit. Anda dapat menonton filmnya secara lengkap Banda Jejak Gelap yang Terlupakan tayang di bioskop nasional mulai Kamis 3 Agustus 2017.
(TONTON: Trailer film ‘Banda The Dark Forgotten Trail’)
Selain mengagumi visual dan konten filmnya, efek suara dan musik film ini juga tidak kalah. Berkat Indra Perkasa selaku komposer musiknya, penonton bisa merasakan suara yang terasa cukup mencekam, menegangkan, dan imersif. Apalagi dengan narasi yang dibacakan aktor papan atas, Reza Rahadian.
Keterlibatan Reza dalam film dokumenter ini tak lepas dari kontribusi Jay. Reza memaksanya untuk berperan dalam film dokumenter pertama Jay.
Tanggapan Jay saat itu adalah, “Apa yang ingin kamu lakukan? Apakah kamu ingin menjadi pohon?” yang disambut gelak tawa oleh Reza yang rupanya belum mengetahui kalau proyek film Jay adalah film dokumenter.
Di film tersebut, Reza akhirnya dipercaya menjadi narator Indonesia. Pengalaman pertama menjadi narator ini juga dirasa sangat berharga baginya.
“Ini pengalaman baru dan ternyata seru sekali bisa menganimasikan gambar,” kata Reza.
Jika dalam film fiksi Reza biasanya harus mendalami karakter tokoh yang ia perankan, maka hal tersebut tidak berlaku di film dokumenter. Diakui Reza, menjadi narator film dokumenter membuatnya lebih fokus dalam menganimasikan gambar.
“Saya mencoba melihat gambarannya, lalu merasakannya dan membuat prosesnya dari awal hingga akhir tidak terasa membosankan,” kata Reza. —Rappler.com