Polisi dan tentara mengawal acara bedah buku di IAIN Surakarta
- keren989
- 0
Para pengunjuk rasa meyakini acara bedah buku tersebut akan memberikan wadah bagi para tokoh Syiah
SOLO, Indonesia – Diskusi dan bedah buku bertajuk ‘Islam Tuhan Islam Manusia’ yang digelar hari ini di IAIN Surakarta dijaga ketat aparat gabungan kepolisian dan TNI.
Pengawalan dilakukan karena sejumlah Organisasi Massa Keagamaan (Ormas) mengancam akan membubarkan acara diskusi dan bedah buku tersebut.
Sedikitnya 500 orang dari Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) dan Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) menggerebek kampus tersebut sejak pukul 08.00 WIB, saat acara belum dimulai.
Namun mereka tidak bisa masuk ke dalam kampus karena seluruh akses dijaga oleh Polisi dan TNI. Hanya mahasiswa yang diperbolehkan memasuki kampus.
Massa ormas berkumpul dan memenuhi jalan depan kampus. Mereka berorasi di dalam mobil van dan meminta rektor segera membubarkan diskusi.
Menurut mereka, diskusi dan bedah buku ini akan menjadi wadah bagi para tokoh Syiah untuk menyebarkan ajarannya.
Ketua ANNAS Solo Tengku Azhar mengatakan, pihaknya sudah mendapat izin dari Kepolisian. Ia membantah kelompoknya diyakini akan menyerang kampus.
“Ini hanya pidato untuk mempertahankan fatwa MUI khususnya MUI Jatim yang menegaskan bahwa Syiah adalah ideologi sesat, tidak ada niat untuk menyerang kampus,” kata Tengku.
Menurut Tengku, penulis buku ‘Islam Tuhan Islam Manusia’, yakni Haidar Bagir, merupakan tokoh Syi’ah Indonesia. “Kalau membaca buku ini pasti rektorat juga tahu,” kata Tengku.
Sementara itu, Kapolres Sukoharjo AKBP Ruminio Ardano yang memimpin langsung pengamanan di kampus mengatakan, jumlah personel yang dikerahkan sekitar 1.000 orang.
“Mereka berasal dari Polres Sukoharjo, Surakarta, Sragen, Boyolali, Klaten, dan Wonogiri, serta anggota Yonif 408 Sragen dan Kodim Sukoharjo.
“Belas buku ini murni kegiatan akademis, sepenuhnya menjadi kewenangan kampus, dan tidak memerlukan pengawasan. Namun karena ada potensi ancaman seperti di media sosial dan juga hasil penyelidikan di lapangan, maka polisi memberikan bantuan pengamanan, kata Ruminio.
OSIS IAIN selaku panitia pelaksana meninjau bedah buku yang dibawakan oleh Haidar Bagir dan mengatakan bedah buku yang dilaksanakan hari ini sama dengan bedah buku lainnya yang mereka lakukan pada bulan lalu dengan mengundang Sujiwo Tejo.
“Ini buku baru, sudah dibahas di beberapa kota, tidak ada penolakan. “Di tengah gejolak Indonesia, buku ini berada di tengah-tengah yang harus kita pelajari menjadi umat Islam yang moderat, tidak menyalahkan kelompok lain,” kata Huda Rahman Hakim, Ketua OSIS IAIN Surakarta.
Menanggapi tuduhan Syiah yang diteriakkan para pengunjuk rasa, Haidar Bagir mengatakan bahwa dia bukanlah Syiah atau Sunni, melainkan Muslim. Pendiri Mizan Publishing ini mengaku tidak takut dengan ancaman karena jumlah kelompok radikal yang suka mengafirkan kelompok lain di Indonesia tidak banyak.
“Saya sangat mengapresiasi pihak kampus, panitia dan pihak kepolisian yang terus mendukung bedah buku ini. “Solo akan menjadi titik awal kita tidak boleh menyerah pada intimidasi ide di kampus,” kata Haidar.
Diakhir acara, Rektor IAIN Surakarta, Mudhofir Abdullah mengatakan, acara bedah buku ini tidak bisa dibatalkan hanya karena penolakan ormas, karena akan mengganggu kebebasan akademik.
Ia pun membantah sengaja memberikan panggung kepada kelompok Syiah karena siapapun bisa menjadi pembicara di kampus. Panitia dan rektor menyurati Mu’inudinillah Basri, ketua DSKS, untuk menjadi salah satu pembicara bedah buku, namun yang bersangkutan menyatakan menolak.
Mudhofir menegaskan, IAIN Surakarta tidak akan dijadikan kampus dengan pola pikir homogen yang menganut satu aliran pemikiran saja, namun akan menjadi ajang dialog berbagai pemikiran untuk membangun peradaban.
Ia mencontohkan, enam tahun lalu rektorat mengundang Abu Bakar Baasyir yang radikal dan Musdah Mulia yang liberal duduk satu meja untuk berdiskusi di hadapan ribuan mahasiswa. —Rappler.com