• November 28, 2024

Melihat dunia anak berkebutuhan khusus melalui gambar dan cerita

JAKARTA, Indonesia — Apakah dunia yang kita lihat dan mereka lihat sama? Faktanya, anak berkebutuhan khusus (SEN) mempunyai kemampuan melihat dunia dengan lebih fokus. Hanya saja kemampuan ini muncul ketika anak menyukainya.

Misalnya saja ketika ada kru yang menyukai sebuah foto. Anak biasanya akan fokus pada satu objek pada gambar. Objeknya bisa apa saja, baik itu binatang, tumbuhan, manusia atau benda spesifik lainnya.

Kegiatan menggambar ini juga akan mereka lakukan secara terus menerus tanpa merasa bosan. Umumnya, mereka juga menggunakan warna yang sama pada gambarnya.

Karya anak berkebutuhan khusus juga sangat mengesankan. Bakat mereka selaras dengan kemampuan fokus mereka yang luar biasa.

Melalui program kompetisi menggambar dan foto cerita bertajuk Kita=Sama, para kru dapat mengembangkan bakatnya. Antarmuka BPN dan Optima Media selaku penyelenggara program berharap para awak kapal bisa lebih optimis dan percaya diri untuk terus mengembangkan potensi yang dimiliki.

Pengumuman pemenang kompetisi program ini berlangsung pada Selasa, 25 Juli, di Gedung BRI Agro, Kalibata, Jakarta Selatan.

Salah satu pemenang lomba menggambar, Jessica Gabriela Suryono mengaku suka menggambar hal-hal lucu. Untuk kompetisi kali ini, Jessica menggambar dua burung berwarna biru yang bersarang di pohon.

Menurutnya, karya tersebut menggambarkan kehidupan burung di pagi hari. Mengapa memilih warna biru untuk burung? Karena (keadaan di gambar) pagi hari, kata Jessica.

Orang tua Jessica melihat bakat Jessica dalam menggambar sejak dini. Setiap hari Jessica menggambar sesuatu, seperti kelinci dan kucing. “Karena itu lucu,” kata Jessica gembira.

Hingga akhirnya orang tuanya memutuskan untuk mengajak Jessica mengikuti pelajaran menggambar saat usianya masih 9 tahun.

Selain menggambar, Jessica juga suka membuat kue bersama ibunya. “Karena ibunya suka membuatnya kue. “Jessica sering membantu,” kata ayah Jessica.

Saat ditanya cita-citanya di masa depan, Jessica ingin menjadi seorang pelukis. Kedua tujuan ini erat kaitannya dengan hobinya saat ini.

Kasih sayang ibu pada Ahmad

Selain lomba menggambar, program ini juga menawarkan lomba foto cerita. Kompetisi ini dapat diikuti oleh masyarakat yang memiliki keluarga atau saudara berkebutuhan khusus. Mereka bisa mengirimkan foto sekaligus cerita tentang perjuangan dan momen berharga mereka.

Pemenang lomba foto cerita ini adalah orang tua dari Ahmad Mujahir, seorang anak yang didiagnosis menderita Cerebral Palsy. Penyakit ini merupakan kelainan otak yang menyebabkan tumbuh kembang Ahmad terhambat. Hingga saat ini, Ahmad masih kesulitan berbicara dan berjalan meski usianya sudah lebih dari dua tahun.

Selain itu, orang tua Ahmad mengungkapkan bahwa emosi Ahmad terkadang tidak stabil. Orang tua Ahmad sulit menjelaskan kepada orang lain ketika Ahmad mulai memukul dan merampas barang dengan keras.

“Awalnya semuanya sulit bagi saya. Tapi saya melihat ibu-ibu lain bisa, jadi saya pikir saya juga bisa,” kata ibu Ahmad.

Saat acara pengumuman lomba digelar, Ahmad sendiri mengalami sakit tenggorokan yang membuatnya demam dan sedikit kesulitan mengatur emosi. Selain itu, Ahmad juga terlihat bosan sehingga mulai memukul dan orang-orang disekitarnya mulai khawatir.

“Tidak apa-apa, sayangnya dia seperti itu,” kata sang ibu.

Ahmad sering sakit-sakitan sejak kecil dan hal ini membuatnya bolak-balik ke rumah sakit. Cerita ini juga ditulis oleh ibunya dan diikutsertakan dalam kompetisi.

Dalam foto tersebut juga diceritakan kakak laki-laki Ahmad yang selalu menemani dan menyemangati Ahmad.

“Ahmad takut ke rumah sakit, tapi kakaknya selalu menemaninya,” kata ibunya.

Awalnya, foto tersebut diambil ibunya untuk keperluan medis. “Karena dulu Ahmad sering kejang, dan dokter minta foto dan video dia kejang. “Jadi saya selalu memotretnya untuk diperlihatkan ke dokter,” ujarnya.

Kedepannya, orang tua Ahmad hanya berharap ia bisa hidup mandiri jika sudah besar nanti. Mengenai profesi masa depan Ahmad, hati seorang ibu selalu sama, berharap anaknya bisa menemukan profesi yang bisa mencerahkan masa depannya. Meski demikian, sang ibu akan selalu mendukung apa yang disukai anaknya.

SDN inklusif untuk semua

Selain Ahmad, pemenang lainnya adalah guru SDN Kramat Jati 16. Sekolah ini merupakan sekolah inklusi dengan program pemerintah. Di sekolah ini ABK dapat belajar bersama dengan teman sebaya lainnya.

Dwi merupakan salah satu guru yang menangani ABK di sekolah tersebut. Katanya, sebagai guru hendaknya bisa mengajak anak-anak lain untuk membantu temannya yang berkebutuhan khusus.

Sebagai seorang guru, Dwi melihat banyak momen mengharukan dari cerita anak-anaknya di sekolah. Untuk itu, ia mengutus salah satunya untuk mengikuti kompetisi tersebut. Dalam ceritanya, ia membesarkan Kemal dan Rafli.

“Saya memotret momen berharga mereka. Bagaimana Kemal dan Rafli bergaul dengan anak lain, kata Dwi.

Kemal bersama orang tuanya yang datang ke acara pengumuman lomba terlihat sangat bahagia dan ceria. Ia menebar senyuman kepada banyak orang, dan tak segan-segan saat diminta maju.

Orang tua Kemal sendiri menyatakan, menyekolahkan Kemal di sekolah negeri inklusif merupakan saran dari terapis yang merawat Kemal. Meski awalnya ragu, namun pada akhirnya orang tua Kemal bangga memiliki anak yang begitu ceria dan istimewa.

Hal serupa dirasakan sebagian besar orang tua ABK yang datang pada acara tersebut. Mereka bertarung dengan anak mereka yang sangat istimewa dan berbakat. Meski awalnya sulit, mereka yakin anaknya bisa berbuat sesuatu untuk dirinya dan orang di sekitarnya. —Rappler.com

judi bola terpercaya