Indonesia didesak untuk menjadi penengah konflik diplomatik Qatar
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Menlu Retno berkomunikasi dengan menlu negara-negara di Timur Tengah dan menyatakan Indonesia siap membantu
JAKARTA, Indonesia – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mendesak pemerintah Indonesia memulai perundingan mediasi antara Qatar dan beberapa negara Teluk. Tujuannya untuk mencegah meningkatnya ketegangan di kawasan Teluk setelah beberapa negara Teluk memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Indonesia dapat menjadi inisiator, mediator, dan mediator yang netral dalam permasalahan Qatar, sejalan dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif demi perdamaian abadi, kata Din saat ditemui di Jakarta, Rabu, 7 Juni.
Ia khawatir jika hal ini tidak segera diselesaikan, konflik bisa meningkat menjadi lebih mengkhawatirkan. Bahkan, kemungkinan terburuknya bisa menimbulkan perang saudara terhadap sesama umat Islam.
Perkembangan dan situasi di kawasan Teluk seringkali tidak dapat diprediksi. Selain itu, beberapa negara sedang mengalami ketidakamanan dan menuju ketidakstabilan.
Din menilai krisis antara Qatar dan negara-negara Teluk tidak perlu terjadi jika dialog terjalin. Oleh karena itu, tidak perlu ada saling tuduh terkait dukungan terhadap aksi terorisme.
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini mengatakan, jika krisis antar negara Teluk tidak segera diselesaikan maka bisa menimbulkan konflik berkepanjangan, bahkan meluas. Menurut Din, hal tersebut bisa mengganggu persatuan umat Islam di dunia.
Putusnya hubungan diplomatik antara Qatar dan Saudi dapat merugikan warga Qatar yang ingin menunaikan ibadah haji atau umrah ke Saudi. Sementara bagi WNI, putusnya hubungan diplomatik beberapa negara menyulitkan mereka yang ingin pulang ke negara asalnya dari Saudi namun sudah membeli tiket pesawat Qatar.
Siap untuk membantu
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi tak mau terburu-buru menyarankan agar Indonesia menjadi mediator krisis tersebut. Anda membutuhkan sosok yang dihormati di Timur Tengah untuk menjadi mediator. Meski demikian, Retno tidak menutup pintu jika negara-negara Timur Tengah membutuhkan bantuan Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikan Retno kepada seluruh menteri luar negeri negara-negara yang terlibat konflik.
“Indonesia menyampaikan khawatirdalam konflik ini dan meminta semua pihak untuk menahan diri dan mengutamakan dialog. Kesatuan masyarakat, khususnya di bulan suci Ramadhan, harus diutamakan. “Kami juga tidak lupa menyampaikan bahwa Indonesia siap membantu bila diperlukan,” kata Retno kepada awak media di Istana Negara, Kamis, 8 Juni.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda ini mengaku berkomunikasi melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri Qatar, Arab Saudi, dan Kuwait. Sejauh ini, inisiatif dialog telah resmi diusulkan oleh Kuwait.
“Dua jam sebelum Menteri Luar Negeri Kuwait berangkat ke Riyadh untuk berbuka puasa makan malam dengan raja Saudi pada 6 Juni, kami meneruskannya,” katanya.
Para menlu, kata Retno, menyambut baik dan mengapresiasi niat baik Indonesia dalam membantu.
Dampak terhadap perdagangan
Selain berkomunikasi dengan para menteri luar negeri di kawasan Timur Tengah, Retno juga berdiskusi dengan sesama menteri di Kabinet Kerja. Tujuannya untuk menghitung dampak yang dialami Indonesia akibat konflik tersebut.
“Yang terdampak saat ini kemungkinan besar adalah perdagangan karena ada penutupan akses udara, laut, dan darat. “Perdagangan Indonesia yang dilakukan melalui pelabuhan di Uni Emirat Arab pasti berpengaruh,” ujarnya.
Retno mengaku tidak terlalu khawatir dengan jalur penerbangan Jakarta-Doha karena Indonesia tidak terlibat dalam konflik tersebut. Meski demikian, Retno meyakini ada dampak lain terhadap sektor pariwisata. Banyak turis asal Timur Tengah datang ke Indonesia dengan Qatar Airways.
WNI di Qatar baik-baik saja
Sedangkan WNI yang tinggal di Qatar sejauh ini tidak terkena dampak konflik. Total ada kurang lebih 29 ribu WNI yang diketahui tinggal di sana.
“Sejauh ini tidak ada dampak terhadap warga kami yang bekerja di Qatar. “Kami juga meminta mereka tetap tenang,” kata Retno. – dengan laporan ANTARA/Rappler.com