Atletico Madrid vs Bayern Munich: Gairah versus Kecerdasan
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Pada waktunya cuti cuti panjangSelama berada di Amerika Serikat, Pep Guardiola banyak memanfaatkan “perlindungan” selama setahun untuk belajar. Bahkan, ia juga mengambil beberapa kelas di Columbia University, New York.
Salah satu mata kuliah yang diikutinya adalah ceramah Profesor Ekonomi Xavier Sala i Martin. Bukan ilmu perhitungan keuangan yang dipelajarinya. Tapi, komunikasi individu.
“Dia ingin belajar cara lain untuk mengetahui perasaan dan keyakinan para pemainnya,” kata Sala i Martin seperti dikutip dalam buku tersebut. Rahasia Pep: Di dalam musim pertama Pep Guardiola di Bayern Munich.
Meski memenangi gelar di Barcelona selama empat tahun bertugas, Pep tidak pernah merasa lengkap. Ia justru semakin heboh dengan pertanyaannya seputar sepak bola.
Alhasil, di tengah banyaknya tawaran menggiurkan dari klub-klub kaya, ia justru mengumumkan pengunduran dirinya. Beristirahat sejenak dari hiruk pikuk sepak bola Eropa yang gaduh. Tujuannya hanya satu: pelajari lebih lanjut.
Di New York bukan hanya Sala i Martin yang ia temui. Bahkan grandmaster Garry Kasparov dari Rusia juga belajar catur. Ia mendapat pelajaran dari pecatur terkemuka dunia. “Memenangkan suatu pertandingan bukan berarti semua bidak catur harus maju,” ujarnya.
Pep tidak hanya mengajarkan strategi. Tetapi juga gairah. Pelatih kebugaran Barca yang memboyong Pep ke Bayern, Lorenzo Buenaventura, menyebut sosok terbaik yang tahu apa itu gairah adalah Diego Simeone.
“Jika Anda berbicara dengan Diego Simeone, dia akan mengatakan sesuatu yang luar biasa. “Saya seorang pesepakbola yang mencapai segalanya dengan sedikit sumber daya. Apa kamu tahu kenapa? Karena saya melakukannya gairah. Bagaimana mungkin saya bisa bermain 100 pertandingan untuk Argentina? Sebagai seorang gamer, saya cenderung merasa tidak nyaman. Tapi, saya mengatasi semuanya dan mencapai segalanya dengan gairah,’” kata Buenaventura dalam buku yang ditulis Marti Perarnau.
Waktu cuti cuti panjang itu terbukti membuat Pep menjadi lebih baik. Gelar Bundesliga pada debut kepelatihannya di Jerman hanyalah permulaan. Perarnau menulis: “Dalam 6 bulan di Munich, Pep mencoba lebih banyak hal dibandingkan empat tahun di Barca.”
Misi membongkar pertahanan Atletico Madrid
Selamat malam, #AtléticosAroundTheWorld! Dan ingat: saat orang lain tidur, kita bermimpi. #NeverStopBelieving#UCL pic.twitter.com/MSxtBYC7PS
— Atleti Bahasa Inggris (@atletienglish) 26 April 2016
Bentrokan Atletico Madrid kontra Bayern Munchen pada Kamis 28 April pukul 01.45 WIB dini hari merupakan pertemuan dua tim yang berkarakter sepak bola berlawanan.
Atleti—sebutan Atletico—merupakan tim yang sangat mengandalkan pertahanan kuat dan serangan balik. Sebaliknya, Bayern adalah “Barca sempurna” Guardiola. Mereka mendominasi permainan dalam penguasaan bola dan menahan lawan hingga tak berkutik sama sekali.
Dengan karakter permainan seperti itu, tak bisa dipungkiri Bayern akan menjadi salah satu tim paling produktif di level domestik. Mereka mencetak 74 gol, atau hanya tertinggal satu gol dari Borussia Dortmund.
Sebaliknya, Atleti merupakan tim terkuat di divisi Primera. Tim yang bermarkas di Vicente Calderon itu hanya kebobolan 16 gol. Paling sedikit di Liga Spanyol.
Upaya Bayern untuk mendobrak pertahanan Atleti akan sulit dilakukan. Sebab, tim tersebut dijuluki Merah Putih Mereka sangat paham cara bermain melawan tim yang berkarakter mendapatkan tiket seperti Bavaria.
Buktinya mereka memulangkan Barcelona lebih awal di babak perempat final dengan agregat 3-2 (1-2, 2-0).
Di level domestik, Atleti juga tak jauh dari Barca. Klub Catalan itu memang mengalahkan mereka 2-1. Namun di setiap pertandingan, Gabi dan kawan-kawan selalu mampu mencuri gol pertama.
Simeone mengakui Bayern adalah tim dengan kualitas pemain lebih baik. Meski demikian, ia tak silau dengan komposisi Hollywood FC—julukan Bayern. “Memenangkan perang bukan soal jumlah pasukan. Tapi bagaimana cara memanfaatkannya dengan baik,” ujar Simeone seperti dilansir laman resmi UEFA.
Meski begitu, mantan pemain Lazio dan Inter Milan itu harus menerima kabar buruk. Salah satu bek, Diego Godin, cedera. Posisinya kemungkinan besar akan digantikan oleh Lucas Hernandez. Begitu pula dengan gelandang andalannya Tiago.
Sebaliknya, Bayern hanya kehilangan bek Holger Badstuber dan winger Arjen Robben. Meski demikian, Pep tidak akan terlalu merindukan pemain asal Belanda tersebut. dia masih memiliki Douglas Costa yang mulai menjadi pilihan regulernya.
Kurang dari 24 jam lagi sampai #AtletiFCB. #Paketmas! pic.twitter.com/Mg4N6WvkFS
— FC Bayern Inggris (@FCBayernEN) 26 April 2016
Simeone kemungkinan akan kembali menampilkan formasi andalannya, 4-4-2. Sebuah formasi yang merupakan bangunan pertahanan kompak dengan dua bank dari empat (dua lini kuartet pertahanan) untuk menekan lawan.
Dengan formasi tersebut, Atleti akan memaksa Bayern yang mungkin tampil dengan formasi 4-1-4-1 tidak bisa masuk ke kotak penaltinya. Empat pemain di belakang Robert Lewandowski akan dipaksa melakukan lingkaran di luar kotak terlarang.
Simeone bisa mempertahankan skenario tersebut kecuali pergerakan Thomas Mueller bisa menyelinap ke belakang bek Atleti.
Meski demikian, Pep mengaku bukan perkara mudah untuk melawan Atelti. Dia pernah menghadapi mereka ketika dia melatih Barcelona. Menurutnya, Atleti merupakan tim dengan struktur permainan yang solid. Organisasi permainannya sangat rapi.
“Mereka menutup kesenjangan, mereka berhasil serangan balik dengan cepat. Mereka selalu menjadi pemburu gelar domestik dan Eropa dalam 3-4 tahun terakhir. Itu sebabnya kami akan melakukan segalanya untuk menang, kata Pep.—Rappler.com
BACA JUGA: