Manchester United vs Arsenal: Arsene Wenger mengejar superioritas
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Arsenal baru saja memantapkan dominasinya di Liga Inggris saat menjadi juara pada 2003-2004. Tanpa dibatasi, mereka mencapai hal ini dengan status berkelas: sama sekali tidak tersentuh oleh kekalahan.
Gelar tersebut menyempurnakan prestasi mereka sebelumnya saat meraih juara pada 1997-1998 dan 2001-2002. Trio gelar tersebut diraih bersama Arsene Wenger, “profesor” Prancis.
Dengan status belum terkalahkan dan 2 gelar juara sebelumnya sudah ditangan, tak salah jika Wenger mulai berharap Arsenal bisa menjadi tim dominan di Premier League. Seperti yang diraih Liverpool dan Manchester United.
Konsistensi Arsenal dalam perburuan gelar saat itu juga menjadi pusat jagad baru Liga Inggris setelah United. Faktanya, Sir Alex Ferguson, yang masih berada di masa jayanya di Manchester United, mengakui hal tersebut.
Menurut Fergie, dari semua tim yang naik ke puncak seperti Blackburn Rovers dan Leeds United, ia hanya melihat Arsenal sebagai ancaman serius. Pasalnya, mereka adalah tim yang sedang membangun gelar dalam jangka panjang.
Bukan tim “pasar malam” seperti Blackburn yang melejit karena pembelian pemain bintang.
“Saya tidak pernah khawatir dengan tim-tim besar yang baru saja muncul. “Saya hanya khawatir dengan tim yang memiliki tradisi seperti Arsenal,” kata Fergie dalam bukunya. Otobiografi saya.
Faktanya, meski Chelsea saat itu dilatih oleh manajer asal Italia, Claudio Ranieri, Fergie tidak melihat tim biru asal London itu sebagai ancaman. Begitu pula Liverpool dan Newcastle United yang kejayaannya sudah berakhir menurutnya. “Arsenal adalah penantang kami. Tidak ada yang lain,” katanya.
Namun, semua tatanan yang ada itu berantakan setelah kehadiran Jose Mourinho di Chelsea. Pria asal Portugal itu memicu keributan di London barat setelah dia mengaku demikian yang khusus.
Harapan dominasi Arsenal langsung runtuh pada musim berikutnya. Mourinho memimpin Chelsea memenangkan Liga Premier di tahun pertamanya bertugas. Kirim pesan baru ke tim besar lainnya. Bahwa Premier League bukan hanya Arsenal dan United.
Dengan latar belakang sejarah seperti itu, tak salah jika Wenger benar-benar “frustasi” terhadap Mourinho. Apalagi, pada musim 2005-2006, Mourinho kembali meraih gelar juara Liga Inggris. Agar Chelsea melakukannya untuk pertama kalinya dalam sejarah kembali ke belakang alias mempertahankan gelar juara.
Namun, kegaduhan yang ditimbulkan Mourinho tak berhenti sampai di situ. Mantan pelatih FC Porto itu menyebut Wenger sebagai manajer spesialis kegagalan sekaligus “pengintip”. Tuduhan yang selalu membuat pertemuan mereka menjadi emosional. Bahkan secara langsung.
Bahkan, manajer berusia 67 tahun itu kerap dikalahkan Mourinho. Dalam 15 pertandingan, Mourinho mengalahkannya 8 kali, imbang 6 kali, dan hanya kalah sekali.
Meski gagal total bersama Chelsea musim lalu, Mourinho tetap berhasil mengalahkan Arsenal 2-0 di Liga Inggris.
Dan sejak kedatangan Mourinho pada 2004, Wenger belum pernah meraih gelar pun. Meski pria kelahiran Setubal itu meninggalkan Inggris selama 6 tahun untuk melatih Inter Milan dan Real Madrid, namun “keajaibannya” tetap hidup.
Latar belakang sejarah plus statistik singkat menjadi bumbu pedas bentrokan Manchester United yang saat ini dilatih Mourinho melawan Arsenal, Sabtu 19 November pukul 19.30 WIB, di Old Trafford.
Peluang Mourinho lebih sulit
Namun, situasinya kini jelas sangat berbeda. Mourinho terus memimpin transisi yang sulit di United. Memulai liga dengan 3 kekalahan juga tidak awal Sehat.
Bandingkan dengan pemimpin klasemen saat ini Liverpool yang baru sekali kalah atau Tottenham Hotspur, tim yang berada satu baris di atas United yang sama sekali tidak terpengaruh kekalahan.
Selain itu, Mourinho masih mencari formasi andalan juara Liga Inggris 20 kali itu hingga pekan ke-11. Meski selalu menggunakan formasi 4-2-3-1, namun komposisi pemainnya terus berubah.
Paul Pogba misalnya. Di awal liga dia masih dipasang sebagai gelandang bertahan. Namun, dengan kekalahan dan hasil imbang, ia mulai ditempatkan sedikit lebih jauh ke depan tepat di belakang sang striker. Perubahan ini membuahkan hasil. Ia juga mencetak gol dalam kunjungan United ke Swansea yang berakhir 3-1.
Saat pulang ke Arsenal nanti, persoalan formasi yang belum tuntas ditambah dengan absennya sejumlah pemain. Zlatan Ibrahimovic harus absen karena akumulasi kartu. Posisinya kemungkinan besar akan diserahkan kepada pemain muda Marcus Rashford.
Sementara bek kanan Antonio Valencia juga absen karena cedera. Begitu pula bek tengah Eric Bailly.
Situasi ini jelas melemahkan lini depan dan belakang United. Terutama di lini belakang karena praktis hanya akan mengandalkan pemain lini depan seperti Marcos Rojo, Daley Blind, dan Matteo Darmian.
Darmian sangat jarang menjadi pilihan starter Mourinho. Sedangkan Blind kerap kesulitan melawan tim yang menyerang dengan cepat.
Arsenal sebenarnya juga menghadapi kondisi yang sama. Di lini belakang mereka kehilangan center Per Mertesacker dan bek kanan Hector Bellerin. Namun posisi mereka masih lebih baik. Skhodran Mustafi bisa ditempatkan sebagai bek kanan. Mereka juga punya Laurent Koscielny yang bisa memimpin dari belakang.
Lini depan Arsenal juga tidak terlalu banyak kendala. Mesut Ozil dan Theo Walcott bisa bermain. Begitu pula dengan Alexis Sanchez yang dikabarkan siap bermain meski sempat mengalami kelelahan usai membela negaranya.
Maka dari itu, bentrokan yang hampir mencapai level “klasik” antara kedua pelatih ini akan menjadi momen spesial bagi Wenger untuk memperbaiki rekornya. Ini saat yang tepat. Pasalnya kestabilan Arsenal dibandingkan United jelas sangat berbeda.
Arsenal memiliki produktivitas rata-rata lebih dari 2 gol per pertandingan dan rata-rata hanya kebobolan 1 gol. Bandingkan dengan United yang agresivitas golnya kurang dari 1,5 gol per laga.
Mentalitas mereka juga jauh lebih baik karena tidak terkalahkan dalam 10 pertandingan terakhir.
“Yang menentukan pertandingan ini bukanlah pertanyaan antara saya dan Mourinho, tapi kualitas permainannya,” kata Wenger.—Rappler.com