Tradisi Maulid di Polman yang unik, mulai dari berebut telur hingga arak-arakan kuda
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Komunitas Polman memadukan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan tradisi lokal yang menarik
POLMAN, Indonesia — Setiap daerah mempunyai cara tersendiri dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada hari Jumat, 1 Desember 2017. Inilah tradisi unik masyarakat Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Di sini mereka tidak hanya menggelar salat berjamaah namun juga memadukannya dengan kegiatan khatam Al-Quran.
Kegiatan salat berjamaah di Masjid Nurut Taubah KH Muhammad Tahir Imam Lapeo di Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar (Polman) sekilas sama dengan perayaan di daerah lainnya. Namun puncak acaranya, warga akan disuguhi tradisi berebut telur dari batang pohon pisang.
Perayaan Maulid Nabi yang bertemakan ‘Tingkatkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW dengan menjadikannya teladan dalam hidup’ ini dihadiri oleh Gubernur Sulawesi Barat, perwakilan Bupati Polman, dan Kapolda Sulbar. Kegiatan diisi dengan ceramah hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Syahrir Nuhun.
Gubernur Sulawesi Barat Ali Baal Masdar yang turut hadir dalam perayaan tersebut mengatakan, berebut telur sudah menjadi ritual suku Mandar dan Bugis saat perayaan Maulid Nabi. Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun turut serta dalam ritual seru ini.
Tradisi ini jarang dilakukan di daerah lain, namun di Polman sendiri tradisi tersebut masih tetap dipertahankan meski zaman terus berkembang.
“Selain itu, semoga seluruh umat Islam dapat mengambil sesuatu yang positif dari perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Perkuat keimanan untuk bekal di akhirat,” ujarnya.
Sementara itu, Ermiati, mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) yang saat ini sedang melakukan kegiatan studi kerja di Kecamatan Campalagian mengaku kagum dengan tradisi masyarakat Polman yang masih dijunjung tinggi. Nyatanya, kegiatan seperti ini sudah tidak ditemui lagi di kota-kota besar.
Ia bahkan bertengkar dengan warga lain karena telur dan sokko (jajanan ketan). “Jarang sekali yang mengikuti tradisi seperti ini, masyarakat disini juga terlihat sangat antusias mengikuti perayaan ini,” akunya
Peserta pengajian diarak dengan menunggang kuda
Yang lebih unik lagi, selain tradisi berebut telur, perayaan Maulid Nabi di Kabupaten Polman juga selalu dipadukan dengan acara khatam mengaji. Yang unik dari acara Mappatamma ini adalah seluruh peserta yang berusia antara 6-12 tahun akan diarak dengan bantuan tenaga kuda patuddu.
Sebanyak 48 ekor kuda dikerahkan untuk mengarak para peserta dengan pakaian adat suku Mandar. Kuda yang disediakan sepenuhnya oleh pengurus masjid dihias sedemikian rupa, dilengkapi dengan ambal atau kasur kecil untuk diduduki penunggangnya, beberapa kalung perak, dan kamummu., yaitu penutup muka kuda berbentuk lingkaran, terbuat dari bahan perak, lengkap dengan kacamata kuda yang dipasang di dagu kuda.
“Tahun ini lebih semarak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Mungkin karena Gubernur Sulbar juga turut hadir dalam kegiatan tersebut,” kata Hasan, ketua panitia kegiatan.
Dalam konteks masyarakat Mandar, lanjutnya, Mappatamma mempunyai makna budaya yang tinggi. Karena selain upacara adat kerajaan/para bangsawan, tidak ada satupun kesempatan menunggang kuda patuddu yang diberikan penghargaan selain Mappatamma’.
Di sisi lain juga merupakan apresiasi yang besar atas perjuangan anak-anaknya dalam mempelajari Al-Qur’an. Prosesi Mappatamma dimulai pada pagi hari di Masjid, didahului dengan pembacaan ayat suci Alquran dan barzanji.
“Jalur arak-arakan dimulai dari masjid kemudian dilanjutkan keliling desa. “Dalam situasi seperti ini, kuda patuddu tak henti-hentinya menunjukkan kepiawaian menarinya, irama rebana saling mengiringi,” jelasnya.
Di sepanjang jalan, warga desa bahkan masyarakat dari daerah lain mengantri di kiri-kanan jalan. Mereka bersorak bersama dan tenggelam dalam kegembiraan bersama. –Rappler.com