• November 28, 2025

4 Kapal Vietnam mencuri ikan saat kunjungan Jokowi ke Natuna

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

TNI berencana membangun pangkalan militer terpadu di Natuna yang salah satu tujuannya untuk mencegah penangkapan ikan ilegal yang dilakukan nelayan asing

JAKARTA, Indonesia – Niat pemerintah Indonesia membangun pangkalan militer di Pulau Natuna tampaknya tidak menyurutkan niat nelayan asing untuk menangkap ikan secara ilegal. Buktinya, di tengah kunjungan kerja Presiden Joko “Jokowi” Widodo meninjau latihan Angkasa Yudha TNI AU, TNI justru kembali menangkap 4 kapal nelayan asal Vietnam.

“Pada hari Kamis, kami hanya menangkap satu lagi (kapal ikan asing). Ada empat kapal asal Vietnam yang ditangkap KRI Lamadang. “Mereka menangkap ikan sampai ke wilayah kami,” kata Komandan Lanal Ranai, Kolonel Marinir Arif Badrudin di Selat Langka, Natuna, Kepulauan Riau, Kamis, 6 Oktober.

Arif mengatakan, nelayan asing kerap menangkap ikan di perairan Natuna yang sudah bukan hal tabu lagi. Pada bulan-bulan sebelumnya, jumlah nelayan asing yang ditangkap pun tak kalah banyak. Agar tidak ketahuan pihak berwenang Indonesia, nelayan asing menggunakan berbagai trik.

Meski begitu, Arif mengatakan pencurian ikan oleh kapal asing tidak meningkat sejak Indonesia memperkuat pangkalan dan pertahanan di Pulau Natuna.

“Tidak ada kenaikan karena sudah menimbulkan efek jera. “Tahun lalu kami menangkap (kapal ikan asing) hampir setiap hari,” kata Arif.

Ia menyadari perairan Natuna mempunyai daya tarik bagi nelayan asing. Pulau ini juga letaknya strategis dan berbatasan dengan Laut Cina Selatan sehingga merupakan jalur perdagangan yang strategis dan mempunyai nilai ekonomi yang besar.

Potensi sumber daya kelautan seperti ikan dan migas di perairan Natuna relatif besar sehingga menjadi daya tarik bagi warga negara lain, kata Arif.

Mengembangkan Pulau Natuna

Presiden Jokowi memutuskan untuk melakukan pembangunan di pulau-pulau terluar Indonesia, termasuk Natuna. Oleh karena itu, kehadiran pemerintah di wilayah tersebut terlihat jelas oleh negara lain.

Khusus di Pulau Natuna, TNI berencana membangun pangkalan militer terpadu. Direktur Insinyur Angkatan Darat Brigjen Erwin menjelaskan, ada 6 wilayah di Natuna yang akan dibangun pertahanan terpadu, terdiri dari angkatan laut, udara, dan darat. Rencananya, anggaran untuk merealisasikan pembangunan tersebut akan digelontorkan pada tahun ini.

Selain pangkalan militer, mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga meresmikan Bandara Ranai pada Kamis pekan lalu. Gedung terminal baru telah direnovasi dan dibuat lebih luas. Kini bangunan terminal memiliki luas 3.865 meter persegi dan mampu menampung 385 penumpang.

Landasan pacu dibuat lebih lebar dari 32 meter menjadi 45 meter.

“Bandara Ranai bisa menjadi jembatan udara antara Natuna, Tanjung Pinang, Batam, dan provinsi, kabupaten, atau kota lain. Kita berharap dengan adanya jembatan udara ini pergerakan orang dan barang menjadi lebih cepat, kata Jokowi saat diresmikan bandara di Pulau Natuna.

Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, pembangunan serupa juga akan dilakukan di pulau lain seperti Biak, Morotai, dan Saumlaki. Namun, mewujudkan rencana tersebut membutuhkan anggaran yang besar.

“Kondisi perekonomian (Indonesia) saat ini masih belum membaik sehingga dilakukan secara perlahan. Program ini telah dilaksanakan sejak renstra terakhir. Jadi rencana pembangunan ini tidak hanya didorong oleh Tiongkok. “Diperlakukan sama untuk menjaga keutuhan NKRI,” kata Gatot saat ditemui di Pulau Natuna, Kamis, 6 Oktober. – Rappler.com

situs judi bola