Duterte membentuk komite pengawas untuk masuknya pemain telekomunikasi ke-3
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Komite tersebut, dipimpin oleh Departemen Teknologi Informasi dan Komunikasi dan termasuk Penasihat Keamanan Nasional sebagai anggotanya, akan membantu memilih frekuensi untuk pemain telekomunikasi baru.
MANILA, Filipina – Presiden Rodrigo Duterte telah membentuk komite pengawas untuk memantau dan membantu mendirikan pemain telekomunikasi ke-3 di Filipina.
Dibuat berdasarkan Perintah Administratif No. 11 yang ditandatangani pada 6 April, panitia mempunyai wewenang untuk membantu Komisi Telekomunikasi Nasional (NTC) dalam perumusan kerangka acuan (TOR) pemilihan dan alokasi frekuensi radio.
#PresidenDuterte buat buat komite pengawas masuknya pemain telekomunikasi baru. @rapplerdotcom pic.twitter.com/r4pfXMG5UT
— Pia Ranada (@piaranada) 11 April 2018
Hal ini juga diharapkan untuk memantau kepatuhan NPC dan badan pemerintah lainnya terhadap TOR.
Komite pengawas harus dipimpin oleh perwakilan dari Departemen Teknologi Informasi dan Komunikasi (DICT), dan Departemen Keuangan (DOF) didelegasikan sebagai wakil ketua.
Anggotanya adalah kantor sekretaris eksekutif dan penasihat keamanan nasional.
Komite tersebut akan tidak ada lagi dalam waktu 30 hari sejak pemilihan dan alokasi frekuensi kepada pemain telekomunikasi baru.
Duterte membentuk komite tersebut beberapa hari sebelum dia terbang ke Tiongkok untuk kunjungannya yang ketiga. Presiden sebelumnya mengundang Tiongkok untuk mengusulkan perusahaan Tiongkok untuk membantu mendirikan pemain telekomunikasi ke-3 di Filipina. Pemerintah mengatakan hal itu dilakukan untuk memecah duopoli di industri penting tersebut.
Tiongkok telah memilih China Telecom untuk membantu mendirikan perusahaan telekomunikasi, yang mana mereka harus bekerja sama dengan mitra Filipina. (BACA: Masalah regulasi biaya menghambat beberapa calon perusahaan telekomunikasi ketiga)
Tawaran tersebut diberikan kepada Tiongkok, kata Istana, karena kemampuannya yang terbukti dalam menyediakan layanan telekomunikasi kepada jutaan pengguna.
Terakhir kali pemerintah Filipina mengadakan perjanjian komunikasi dengan perusahaan Tiongkok adalah pada tahun 2007 ketika pemerintahan Presiden Gloria Macapagal Arroyo menandatangani perjanjian bernilai jutaan dolar dengan perusahaan Tiongkok ZTE untuk jaringan broadband nasional.
Namun, proyek tersebut dirusak oleh tuduhan penetapan harga yang terlalu tinggi dan korupsi di kalangan pejabat pemerintah yang menjadi perantara kesepakatan tersebut. (BACA: Filipina akan ‘menambah pemanis’ dalam pedoman lelang perusahaan telekomunikasi ke-3) – Rappler.com