• November 22, 2024
Sang putri selamat dari kebakaran Gunung Lawu karena ayahnya menjaganya tetap dekat

Sang putri selamat dari kebakaran Gunung Lawu karena ayahnya menjaganya tetap dekat

SOLO, Indonesia – Novi Dwi Istiwanti terbaring di ruang isolasi unit perawatan intensif (ICU) RS Dr Moewardi, Solo, Jawa Tengah. Seluruh tubuh gadis berusia 14 tahun itu ditutupi perban putih, kecuali mata dan mulutnya. Keesokan harinya, ia akan menjalani operasi lebih lanjut untuk membersihkan luka bakar yang menutupi hampir separuh tubuhnya.

Dokter tetap membatasi interaksi dan percakapan Novi dengan pengunjung. Dokter juga tidak mengizinkan mereka berbicara tentang tragedi kebakaran di Gunung Lawu yang menewaskan ayah, saudara laki-laki dan sepupunya.

“Di mana ayah? Di mana Nanang? Di mana Nona Rita?” Ucap Novi lembut kepada keluarga yang menjenguknya. Ia mengamati wajah orang-orang yang mengunjunginya satu persatu secara bergantian, namun ia tidak melihat sosok yang ia cari.

Tidak ada yang berani berkata jujur, termasuk ibunya sendiri, Sumiyatun (45 tahun). Mereka mengira belum waktunya bagi Novi untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Mereka paham bahwa kabar buruk justru akan membuat gadis remaja yang kini duduk di kelas 9 MTSN 1 Ngawi itu merasa hancur dan sedih, sehingga mengganggu upaya pemulihan kondisi fisiknya.

“Pak dan Mas Nanang ada di rumah. Yang penting cepat sembuh,” kata Sumiyatun kepada anaknya.

Dalam benak gadis itu, ayah dan kakaknya masih hidup, karena saat berada di hutan, mereka duduk bersama. Namun sejak dievakuasi oleh tim pencarian dan penyelamatan (SAR) digabung, Novi diturunkan terlebih dahulu untuk dilarikan ke rumah sakit di Magetan.

Korban lainnya dievakuasi satu per satu dengan ambulans.

Novi dilarikan ke rumah sakit di Solo untuk perawatan lebih lanjut sebelum tengah malam, sehingga dia tidak melihat ayah dan saudara kandungnya. Bahkan Sumiyatun sendiri yang menemani kepindahan Novi ke Solo dan saat itu tidak mengetahui keberadaan suaminya.

Meski terpukul keras, Sumiyatun berusaha tetap tegar. Terkadang ekspresi sedihnya tidak bisa disembunyikan. Di depan Novi, ia berusaha tersenyum dan tidak menangis. Jika perasaan sedih kembali berkobar, ia segera keluar kamar dan mencari tempat untuk menumpahkan air matanya.

“Novi adalah anak yang tangguh, memiliki kemauan yang kuat… Novi selamat karena keajaiban Tuhan”

Hingga saat ini Sumiyatun belum mau jujur ​​kepada Novi bahwa ayahnya, Sumarwan, dan kakaknya, Nanang Setya Utama, serta sepupu sekaligus calon suaminya, Rita Septi Nurika dan Awang Feri Pradika, dalam tragedi pendakian Lawu sepekan lalu. .

Mereka tewas terkurung kebakaran hutan Gunung Lawu di jalur pendakian Cemoro Sewu antara pos 3 dan 4. Sementara itu, Novi selamat namun mengalami luka bakar yang memerlukan perawatan serius di rumah sakit.

Novi selamat dari kebakaran Gunung Lawu setelah “diselamatkan” oleh ayah dan kakak laki-lakinya. Sang ayah sedang menggendong putra dan putrinya saat kebakaran terjadi. Sumarwan meninggal dalam kondisi mengenaskan, sedangkan Nanang ditemukan dalam keadaan tegak dan meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

Saat Novi kembali menanyakan tentang ayahnya, sang ibu segera mengalihkan pembicaraan. Sumiyatun terus menyemangati anaknya, meski keduanya sempat terlibat adu mulut sebelum pendakian. Sumiyatun sebenarnya melarang anggota keluarganya mendaki Lawu karena tahu ada kebakaran.

“Suami dan anak saya (Nanang) sebenarnya sudah terbiasa mendaki gunung. Namun, itu semua adalah bencana. Mau bagaimana lagi kalau nasibnya seperti ini,” kata Sumiyatun.

Namun, meski musibah menimpa keluarga, Sumiyatun tetap mensyukuri keadaan karena Novi yang baru pertama kali mendaki gunung mampu bertahan.

“Novi bisa bertahan karena keajaiban Tuhan,” ujarnya.

Sumiyatun dan suaminya pernah menjadi pasangan pendaki gunung. Namun akhir-akhir ini ia jarang berjalan karena faktor usia, yang berarti ia sudah tidak kuat lagi untuk berjalan menanjak.

Mereka juga dikaruniai dua orang anak yang semuanya menyukai kegiatan alam. Nanang yang duduk di bangku SMK gemar mendaki gunung, sedangkan Novi aktif dalam gerakan pramuka di sekolahnya.

“Novi adalah anak yang tangguh, memiliki kemauan yang kuat,” kata Sumiyatun.

Ia belum merencanakan masa depannya setelah Novi keluar dari rumah sakit. Dari seorang ibu rumah tangga yang dulu bergantung pada suaminya yang bekerja sebagai pegawai di desa, ia harus mematahkan tulangnya sendiri untuk menghidupi dan membiayai sekolah anaknya.

Namun, ia memastikan meninggalkan rumahnya di Desa Beran, Ngawi dan menetap di Karangjati, sebuah desa di kawasan Caruban, Jawa Timur, tempat tinggal orang tuanya.

Di desa itu pula suami dan putra sulungnya dimakamkan. Dengan pindah rumah, Sumiyatun dan Novi bisa mengobati rasa kesepiannya karena ada kerabat yang menemani.

“Saya sudah janda sekarang, susah kalau tinggal berdua dengan Novi. Di Karangjati masih ada nenek Novi dan kerabat lainnya,” ujarnya.

Pikiran Sumiyatun saat ini hanya tertuju pada Novi. Ia berharap anak tunggalnya itu segera pulih dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa.

Novi berkali-kali khawatir akan lulus atau tidak karena sudah lama tidak masuk sekolah karena sakit. Namun, sang ibu terus membesarkannya.

“Sekarang Novi satu-satunya harapan saya. Tidak ada pilihan, saya harus berjuang untuknya,” katanya. —Rappler.com

BACA JUGA:

Pengeluaran SDYKeluaran SDYTogel SDY