• November 22, 2024

Petugas pemadam kebakaran: Mempertaruhkan nyawa mereka dengan memadamkan bara api

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Api terus bergerak, lebih cepat dari air yang mereka semprotkan ke semak-semak

PALANKARAYA, Indonesia—Kelompok anak muda ini seharusnya bisa duduk manis di bangku kuliah. Namun sejak Juni lalu, mereka belum bisa belajar dengan tenang. Pembakaran hutan dan kabut asap menjadi makanan sehari-hari.

Menurut Komandan Tim Pemadam Kebakaran Desa Bukit Tinggi, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, I Wayan Bimo Seno, para pelajar pemadam kebakaran mengabdikan diri untuk membantu memadamkan api.

“Mereka masih berusia 20-an,” kata Wayan saat ditemui Rappler, Selasa, 27 Oktober, di lapangan yang mengeluarkan asap tebal di Palangkaraya.

Ia sedang memantau sekelompok anak muda menggunakan alat komunikasi HT. “Awas, masih menyala,” teriaknya di depan HT.

Dia seperti seorang ayah yang mengamuk terhadap anak-anaknya. “Tidak apa-apa kak, anak buahku pernah menginjakkan kaki di rumput dan membakarnya, jadi aku harus mengingatkan mereka,” kata Wayan.

Untuk menjadi petugas pemadam kebakaran, kata Wayan, harus dibekali pengamanan khusus, selain harus dalam kondisi prima.

Misalnya saja memakai sepatu bot. “Sepatu itu pun masih bisa terbakar,” ujarnya. Itu sebabnya sepatu terisi air.

Jadi kapan mereka istirahat? “Hanya waktu tidur. Bagaimana kita bisa beristirahat? “Setiap jam ada panggilan pemadam kebakaran,” ujarnya.

Namun anak-anak muda ini, kata Wayan, tidak pernah mengeluh. Mereka terus berupaya memadamkan api, berpindah lokasi setiap jam. Dari pagi hingga sore hari. “Iya begitulah kita, bukan istirahat,” ucapnya.

Sementara itu, sekelompok anak muda menantang ular yang panjangnya lebih dari 500 meter. Selang mengalirkan air hingga 5000 liter.

Seorang petugas pemadam kebakaran tidak akan mampu membawanya sendirian. Pekerjaan ini memerlukan kerja sama.

Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Ketika Rappler mengamati petugas tersebut, ular itu ditahan oleh setidaknya tiga petugas pemadam kebakaran. Mereka tidak sendiri, mereka didampingi dua orang prajurit yang juga berkomunikasi dengan komandan regu pemadam melalui HT.

Keringat membasahi dahi mereka, tangan dan kaki mereka tidak lagi berwarna kecokelatan, melainkan hitam seperti habis digores di atas arang.

Mereka harus berhati-hati dalam melangkah, karena lahan gambut lunak yang masih dipenuhi ranting-ranting hangus dapat menjadi sarang api yang tidak terlihat.

Foto oleh Febriana Firdaus/Rappler

Di sisi lain, api terus bergerak, lebih cepat dari air yang disemprotkan ke semak-semak. Panas dan pengap karena asap.

Mereka mempertaruhkan nyawa mereka.

Terkadang mereka bercanda dan tertawa. Entah apa yang mereka tertawakan, mungkin itu api yang tidak pernah padam. —Rappler.com

Sdy pools