
Lebih dari selusin sandera Marawi berhasil diselamatkan
keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
(DIPERBARUI) Para sandera diyakini telah dipisahkan setelah para teroris terpaksa meninggalkan Masjid Bato saat mereka kewalahan menghadapi pasukan.
MANILA, Filipina (DIPERBARUI) – Militer Filipina menyelamatkan lebih dari selusin sandera di Kota Marawi pada Rabu, 4 Oktober, ketika pasukan berusaha menghentikan kelompok teroris lokal yang menuju Danau Lanao.
Setidaknya 17 sandera berhasil diselamatkan, menurut Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana. Ini adalah Hari ke-135 dari krisis yang terjadi pada tanggal 23 Mei.
“Memang benar ada 17 sandera lagi yang diselamatkan di Marawi – 9 pria dan 8 wanita, berusia antara 18 hingga 75 tahun,” kata Lorenzana kepada Rappler.
“Rincian penyelamatan dirahasiakan karena upaya penyelamatan sandera yang tersisa masih berlangsung,” tambahnya.
Militer sebelumnya mengatakan ada sekitar 40 sandera yang tersisa di wilayah pertempuran. Mereka semua sebelumnya bersembunyi di satu area – laki-laki ditahan di Masjid Bato, bekas benteng musuh, dan perempuan di gedung yang berdekatan.
Para sandera rupanya dipisahkan setelah teroris Kelompok Maute – bersama para sandera – terpaksa meninggalkan masjid ketika mereka kewalahan menghadapi pasukan.
Itu adalah operasi yang berhasil menyelamatkan 5 sandera, termasuk pastor Katolik Pastor Teresito “Chito” Soganub dan guru Dansalan College Lordvin Acopio.
Pasukan juga berhasil mengambil tumpukan jenazah di masjid. Pakar forensik kini mencari tahu apakah di antara jenazah tersebut terdapat tokoh yang memimpin serangan tersebut, seperti pemimpin Abu Sayyaf dan tersangka emir ISIS Isnilon Hapilon.
Tiga sandera Muslim lainnya berhasil diselamatkan setelah Soganub dan Acopio, yang menunjukkan bahwa para teroris tidak hanya menyandera umat Kristen. Para sandera Muslim diperkirakan memimpin para sandera Kristen lainnya dalam doa Muslim.
Para sandera dipaksa untuk melayani teroris Maute dengan berbagai cara. Mereka memasak untuk mereka, merawat para pejuang yang terluka dan membantu pembuatan alat peledak improvisasi (IED). (BACA: Kehidupan Sandera Maute di Marawi)
Tentara melancarkan upaya terakhir untuk mengakhiri perang pada awal September setelah tentara yakin mereka telah menembus posisi pertahanan terakhir musuh. Sandera dan IED menunda pergerakan pasukan.
– Rappler.com