Pesan terakhir AKP Munir, korban pesawat Polri yang jatuh di perairan Riau
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
“Sepertinya ini pesan terakhir dari suamiku.”
JAKARTA, Indonesia – Sessy Aryanthi menggenggam ponselnya erat-erat. Matanya yang sembab masih berkaca-kaca setiap kali membaca pesan singkat yang tersimpan di ponselnya.
“Hati-hati, jaga anak kita, aku sayang kamu,” demikian isi pesan tersebut. Pengirimnya adalah AKP Abdul Munir, salah satu korban pesawat Skytruck Polri yang jatuh di perairan Kepulauan Riau pada Sabtu 3 Desember 2016.
Sessy tak menyangka pesan tersebut menjadi pesan terakhir yang diterimanya dari AKP Munir, suaminya. Nasib AKP Munir hingga kemarin masih belum diketahui.
Kini Sessy hanya bisa berdoa agar suaminya bisa pulang dengan selamat. Di akun Facebooknya, Sessy menulis: “Ayaaah..cy Kayero masih membutuhkanmu yaaahh.” Kayero yang dimaksud adalah Cessaero Shariq Alpherats, putra AKP Munir yang baru berusia 5 tahun.
Sessy teringat akan kepergian suaminya. Saat itu, sebelum berangkat ke Batam, mereka sempat melaksanakan salat subuh bersama. AKP Munir kemudian diberangkatkan dari Bandara Pondok Cabe sekitar pukul 06.00 WIB.
Sekitar pukul 07.30 WIB saya mengirimkan pesan singkat yang menanyakan saya sudah sampai di mana, kata Sessy. “Pukul 08.30 bapak baru menjawab dan bilang sudah sampai di Bangka Belitung.”
Dalam pesan tersebut, AKP Munir juga memintanya untuk menjaga anak-anak tersebut. Setelah itu tidak ada kabar lagi tentang dia. “Sepertinya ini pesan terakhir dari suamiku,” ucap Sessy terbata-bata.
Pesawat M-28 Skytruck yang membawa AKP Munir dan 12 penumpang lainnya hilang kontak sekitar pukul 11.55 WIB, Sabtu 3 Desember. Pesawat tersebut diyakini jatuh di perairan Lingga, sebelah selatan Provinsi Kepulauan Riau.
Komisaris Pol Anton Castilani, Direktur Eksekutif Investigasi Korban Bencana (DVI) Mabes Polri, mengatakan hingga Selasa pagi belum ada lagi korban yang ditemukan.
Tim SAR masih melakukan pencarian korban pesawat di perairan Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, kata Anton, Selasa, 6 Desember 2016.
Menurut Anton, tim SAR sejauh ini telah mengevakuasi 4 kantong jenazah yang berisi potongan jenazah. Keempat kantong jenazah tersebut dibawa ke RS Bhayangkara Batam, Kepulauan Riau, untuk dilakukan identifikasi.
Makanya nanti akan dicocokkan satu sama lain dan dibandingkan dengan data ante mortem yang masuk, kata Anton. Untuk itu, Mabes Polri mengirimkan satu orang ahli DNA dan satu orang ahli senior forensik.
Anton mengatakan, ada 30 petugas yang akan dilibatkan dalam proses identifikasi jenazah korban. Sementara pencarian korban yang masih hilang akan terus dilakukan hingga Sabtu 12 Desember.
Sementara itu, di Perumahan Villa Dago, Cluster Parangtritis, Pamulang, Kota Tangsel, Sessy masih menunggu kabar dari suaminya. Sejumlah kerabat dan kerabat datang menguatkannya.
“Dulu kami tinggal di rumah kecil di sebelah bandara Soekarno-Hatta, sehingga setiap hari kami melihat pesawat terbang bolak-balik. “Saat itu kakak saya bilang enaknya jadi pilot, saya bisa terbang setiap hari,” kata Cairul Bustaman, adik bungsu AKP Munir.
Chairu mengenang AKP Munir sebagai sosok pekerja keras. Hal ini terlihat dari tekadnya untuk menjadi pilot, meski berasal dari keluarga sederhana. “Dia berusaha mewujudkan mimpinya menjadi pilot,” kata Chairu.
Menurut Chairu, jalan AKP Munir menjadi pilot tidaklah mudah. Setelah lulus STP, AKP Munir melamar ke beberapa perusahaan penerbangan swasta sebelum diterima menjadi anggota Polisi Udara di Mabes Polri.
“Aku sangat merindukan adikku, kami sekeluarga tetap berharap adikku bisa kembali dengan selamat,” kata Chairu tak kuasa menahan air matanya. —dengan laporan ANTARA/Rappler.com