• September 30, 2024

5 pertanyaan penting Setya Novanto saat sidang MKD

Lima pertanyaan yang seharusnya diajukan anggota MKD kepada Setya Novanto

JAKARTA, Indonesia – Majelis Kehormatan Mahkamah Agung (MKD) memanggil Ketua DPR RI Setya Novanto hari ini, Senin 7 Desember, terkait perundingan perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia (PTFI) yang diduga menguntungkan Presiden Joko Widodo. “Widodo.

Sebelumnya, MKD memanggil Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Maroef Sjamsoeddin, Presiden Direktur PT FI, sebagai saksi.

Dalam kesaksiannya, mereka membeberkan sejumlah pernyataan baru yang harus dikonfirmasi anggota MKD kepada Setya hari ini. Apa saja pertanyaan-pertanyaan ini?

Freeport adalah penggagas pertemuan pertama

Saat menghadiri pertemuan dengan Pemimpin Redaksi Forum pada 23 November 2015, Setya mengatakan kepada Rappler bahwa sebenarnya Freeport yang memulai pertemuan dengannya, bukan sebaliknya.

Pertemuan pertama, menurut Setya, berlangsung pada 27 April 2015 di kantornya di gedung DPR Senayan.

“Pertemuan sudah tertib pertunjukan keliling pejabat baru PTFI dengan pimpinan di DPR,” kata Setya.

Dalam kesaksiannya di depan MKD pada 3 Desember 2015, Maroef juga mengatakan pertemuan pertama itu diprakarsai oleh Komisaris PT FI Marzuki Darusman yang juga mantan Jaksa Agung periode 1999-2001.

(BACA: Kronologi Penggunaan Nama Jokowi di Kontrak Freeport)

Ancaman atau perekrutan?

Setya juga mengatakan kepada Rappler bahwa Maroef membahas arbitrase internasional pada pertemuan pertama. Langkah itu akan diambil jika pemerintah Indonesia tidak memperpanjang kontrak perusahaan tambang emas di Papua.

Maroef dianggap “mengancam” pemerintah dengan arbitrasi tersebut, sehingga keduanya harus berdiskusi lebih lanjut.

Namun, Maroef mengungkapkan dalam sesi MDK bahwa Setya yang memintanya untuk berbicara secara pribadi di kantornya, dan di akhir pembicaraan mengatakan, “Nanti kita akan minum sesuatu Baiklah, aku akan mengenalkanmu pada temanku.”

Namun, menurut penuturan Setya, Freeport yang mengancam. Sementara menurut versi Maroef, Freeport diundang untuk membahas “kerjasama” lebih lanjut dengan Ketua DPR dan kawan-kawan.

Kami persembahkan Riza Chalid

Dalam pertemuan kedua yang berlangsung pada 13 Mei 2015 di The Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta Selatan, Setya mengundang sahabat yang dimaksud, yakni pengusaha migas Muhammad Riza Chalid.

Kehadiran Riza di antara Freeport dan pemerintah menimbulkan pertanyaan. Kenapa Riza?

Saat itu, Setya hanya membalas Rappler: “Saya berteman dengan semua orang,” ujarnya.

Peran Riza cukup penting, karena dalam transkrip rekaman dialah yang menyebutkan jumlah saham yang akan dibagikan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menko Polhukam Luhut Panjaitan.

Apalagi, Setya mengatakan, “Kalau Riza yang memimpin, semuanya senang.”

Apa sebenarnya peran Riza dalam hal ini? (BACA: ‘Kalau Riza Chalid berhasil, semuanya senang’)

keterlibatan Luhut

Menko Polhukam Luhut Panjaitan meninggalkan Gereja Katedral usai menghadiri pemberkatan nikah putri Ketua DPR Setya Novanto, Jakarta, 27 November 2015.  Foto oleh Wahyu Putro/Antara

Selain Riza, Setya juga menunjuk Menko Polhukam Luhut. Dia mengatakan Luhut “banyak membantu” untuk menyelesaikan “masalah”.

“Tapi pengalaman kita, maksud saya dengan Pak Luhut, pengalaman dengan presiden rata-rata 99 persen dari semua tujuan Pak,” kata Setya kepada Maroef dalam transkrip yang beredar di media.

Apakah Luhut Freeport juga membantu negosiasi kontrak dengan Presiden Jokowi? Namun, Luhut tak pernah membantah kabar tersebut.

“Aku tidak punya waktu untuk itu seperti itu,” kata Luhut dalam konferensi pers di kantornya pada 19 November.

(BACA: Luhut bantah pakai nama Jokowi dalam negosiasi Freeport)

proyek pembangkit listrik tenaga air

Aktivis mengenakan topeng bergambar Ketua DPR RI Setya Novanto tampil di Teater Catut Jumbo di Solo, Jawa Tengah, pada 22 November 2015.  Foto oleh Maulana Surya/Antara

Dalam transkrip rekaman itu juga terdapat perbincangan antara Maroef dan Riza tentang proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Dalam sesi MDK, Maroef menjelaskan: “Ketua DPR RI dan rekannya Riza meminta proyek PLTA, karena kita memang proyek PLTA untuk kelanjutan penambangan bawah tanah.”

Benarkah proyek ini merupakan pertukaran negosiasi kontrak dengan Freeport? —Rappler.com

BACA JUGA:

Keluaran SDY