• April 16, 2025

Ada yang tepat sasaran dan ada pula yang meleset

Film yang dibintangi Bunga Citra Lestari, Chelsea Islan, dan Tara Basro ini akan tayang di bioskop pada 4 Agustus mendatang.

Jakarta, Indonesia – “Hal terpenting dalam hidup bukanlah kemenangan, tapi berjuang keras.” Kutipan dari Pierre de Coubertin, bapak Olimpiade modern, yang membuka film 3 Heroines. Kutipan yang tepat untuk menggambarkan sebuah film yang tidak sempurna namun patut diapresiasi atas usahanya.

Film 3 Srikandi bercerita tentang Nurfitriyana, Lilies Handayani dan Kusuma Wardhani, pemanah putri Indonesia pertama yang meraih medali di Olimpiade. Ketiganya meraih medali perak cabang panahan beregu di Olimpiade Seoul 1988. Ketiga atlet tersebut diperankan Bunga Citra Lestari, Chelsea Islan, dan Tara Basro.

Upaya produser Raam Punjabi dan sutradara Iman Brotoseno untuk mengubah cerita ini menjadi sebuah film patut diapresiasi. Kisah ketiga atlet ini memang belum diketahui dan patut diketahui khalayak luas.

Namun sayang, mungkin hanya 15% film yang menampilkan aksi ketiga atlet panahan putri ini di Olimpiade Seoul. Dan 25% lainnya menunjukkan persiapan mereka untuk Olimpiade.

Sisa 60% film yang berdurasi sekitar 2 jam ini menyoroti masalah pribadi dalam kehidupan ketiga Srikandi dan pelatih mereka, Donald Pandiangan yang diperankan oleh Reza Rahadian.

Permasalahan yang dialami ketiga tokoh utama tersebut berbeda-beda. Nurfitriyana misalnya, awalnya tidak didukung ayahnya untuk menjadi atlet. Ayahnya berharap, daripada menjadi atlet, Yana (sapaan Nurfitriyana) lebih baik fokus pada studinya.

Kusuma Wardhani, yang akrab disapa Suma, juga tidak mendapat dukungan penuh dari orang tuanya. Ayahnya mendorong Suma menjadi PNS agar kehidupannya lebih aman. Sementara itu, Suma justru jatuh cinta dengan mantan atlet panahan Adang Adjiji. Hubungan tersebut menimbulkan konflik karena Adang bermusuhan dengan pelatih Donald Pandiangan.

Lain cerita dengan Lilies Handayani, atlet panahan asal Surabaya. Kedua orang tua Lilies adalah mantan atlet dan mendukung anaknya dalam latihan. Namun ibunya tidak menyetujui pilihan pacar Lilies, seorang atlet bela diri. Ibunya ingin Lilies menikah dengan seorang pengusaha furnitur kaya raya agar masa depannya aman.

Film 3 Srikandi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membawa penontonnya ke dalam kehidupan pribadi ketiga pemeran utamanya. Namun aturan lomba panahan tidak pernah dijelaskan, teknik apa saja yang dibutuhkan, atau bagaimana cara menghitung poin untuk menang.

Sutradara Iman Brotoseno mengatakan film ini 70% fakta dan 30% fiksi atau “bumbu”. Film juga butuh bumbu agar menarik,” kata Iman.

Iman dan produser Raam Punjabi mungkin menganggap film yang hanya berfokus pada prestasi olahraga ketiga atlet wanita ini akan terlalu membosankan bagi penontonnya. Pendapat mereka tidak sepenuhnya salah. Mengingat judul film ini menggunakan nama seorang pemanah legendaris,3 namun Srikandi tidak menonjolkan olahraga panahan itu sendiri.

Film dimulai dengan tempo yang cukup lambat dan memberikan kesan melompat dari satu Heroine ke Hero lainnya. Baru sekitar setengah jam mereka semua bertemu di pemilihan atlet olimpiade di Jakarta. Di sinilah film baru menjadi hidup.

Ketiga karakter utama wanita tersebut memilikinya kimia yang cukup bagus. Persahabatan mereka terlihat autentik dan diyakini kerja sama mereka membuahkan medali. Bunga Citra Lestari terutama sangat pandai memerankan Yana, atlet paling senior. Ia memancarkan aura seorang kakak laki-laki yang ingin membimbing adik-adiknya.

Sebaliknya, Reza Rahadian tampil agak monoton sebagai pelatih tim putri yang berapi-api. Jurus khasnya terlihat menarik, yakni rambutnya agak panjang di bagian belakang karena frustasi. Meski begitu, adegan antara pelatih yang disapa Bang Pandi dengan atlet kesayangannya ini cukup menggelikan.

Adegan terakhir 3 Heroine – sebelum Yana, Lilies dan Suma meraih medali perak – merupakan adegan paling menawan sepanjang film. Masyarakat Indonesia dari berbagai daerah ditampilkan dengan cemas menunggu di depan televisi. Yana menyemangati kedua rekannya dengan kata-kata inspiratif. Fans di Seoul bersorak: “IN-DO-NE-SIA! INDONESIA!”

Adegan ini diperankan dengan penuh perasaan dan mampu membangkitkan rasa nasionalisme pada orang yang paling sinis sekalipun.

Menurut penilaian penulis, film ini masih memiliki beberapa kekurangan. Namun secara keseluruhan, 3 Srikandi masih layak untuk disaksikan – setidaknya untuk mengenali sosok peraih medali Olimpiade pertama Indonesia di bidang panahan.

Film ini juga mampu menggugah rasa nasionalisme masyarakat Indonesia yang pesimis terhadap perkembangan dunia olahraga tanah air. Sehingga rasanya sesuai dengan harapan sang produser, Raam Punjabi yang ingin menanamkan rasa nasionalisme pada penontonnya untuk berbuat sesuatu bagi negara. –Rappler.com

HK Hari Ini