• December 4, 2024
Ahli toksikologi dari Australia meragukan Mirna meninggal karena sianida

Ahli toksikologi dari Australia meragukan Mirna meninggal karena sianida

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Jaksa mempertanyakan skandal ahli toksikologi yang dibawa pengacara Jessica asal Australia, Michael Robertson

JAKARTA, Indonesia – Terdakwa kematian Wayan Mirna Salihin dalam kasus kopi sianida, Jessica Kumala Wongso menghadirkan saksi ahli toksikologi forensik asal Australia, Michael Robertson, dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu 21 September .

Robertson berpendapat, jika Mirna memang meninggal karena meminum sianida, maka seharusnya sianida masih ditemukan di lambung dan liver, meski sudah diformalkan.

“Iya, bisa saja kalau korbannya sudah diberi formalin. “Tetapi saya masih berpendapat bahwa sianida masih dapat ditemukan di lambung dan hati meskipun sudah diberikan formalin,” kata Robertson dalam kesaksiannya.

Dijelaskannya, penyerapan di lambung dan usus bersifat aktif dan melibatkan pergerakan lambung, sehingga hanya terjadi saat seseorang masih hidup. Jika seseorang menelan sianida yang mengakibatkan kematian, maka sianida tersebut tidak dapat dibawa kemana-mana lagi saat ia meninggal, menurutnya.

Meskipun sianida dapat terurai atau terurai seiring berjalannya waktu ketika sampel diambil dan sampel diuji, seharusnya sianida tetap ditemukan dalam sampel, katanya.

Berdasarkan referensi literatur yang dibacanya, Robertson mengatakan bahwa semuanya mengatakan bahwa jika seseorang meninggal karena meminum sianida, maka seharusnya sianida dalam jumlah yang sangat besar ditemukan di lambung, namun pada kasus Mirna hanya ada 0,2 mg di lambung. .

“Saya belum menemukan satu pun penelitian yang menjelaskan bahwa seseorang meninggal dengan cepat karena sianida masuk ke mulutnya, namun tidak ditemukan sianida di perutnya,” ujarnya.

Hal itu merujuk pada hasil tes lambung Mirna beberapa menit setelah kematiannya yang menyatakan tidak mengandung sianida. Tapi setelah 3 hari sianidanya baru keluar.

“Karena isi perutnya tidak ada sianida yang diminum tidak lama setelah kematian. “Dan tiga hari kemudian sejumlah kecil sianida diambil dari isi perutnya,” kata Robertson.

“Jika saya berasumsi metode yang digunakan kedua tes tersebut sama, maka tampaknya penjelasan yang paling mungkin mengapa ada sianida di perut adalah karena perubahan terjadi setelah kematian atau sianida terbentuk setelah kematian.”

Ia pun mengkritisi hasil percobaan dan kesimpulan Nur Samran Subandi, ahli toksikologi dari Laboratorium Polri yang didatangkan kejaksaan, salah satunya terkait perkiraan waktu masuknya sianida ke dalam kopi yang diperkirakan mencapai 16 detik. :30-16:45 WIB. Ia pun mempertanyakan cara yang dilakukan Nur Samran.

Jaksa penuntut umum juga mempertanyakan latar belakang Robertson karena terlibat kasus pembunuhan berencana di Amerika Serikat. Selain itu, ia juga menjadi saksi ahli dalam kasus pembunuhan di Australia.

Rencananya, ahli yang akan didengar keterangannya setelah Robertson adalah Rismon Sianipar, ahli forensik digital yang sebelumnya didatangkan namun ditolak hakim dengan alasan keterangan yang diberikan cukup dan tidak perlu disampaikan, tidak menjadi ahli. lagi.

Oleh karena itu, sidang ditunda hingga Kamis, 22 September yang rencananya menjadi kesempatan terakhir pihak Jessica menghadirkan saksi-saksi yang bisa menggantikannya. —Rappler.com

Data Sidney