• September 28, 2024

Ahok geram, membatalkan pelantikan lurah dan camat

JAKARTA, Indonesia – Jas hitam putih mendominasi lantai dua Aula Besar Balai Kota DKI Jakarta, Jumat sore, 27 November. Ada calon bupati, camat, dan sejumlah pejabat di lingkungan Pemprov DKI Jakarta.

Mereka rencananya akan dilantik menjadi kepala desa dan camat baru. Lainnya merupakan kepala departemen dan deputi Pemprov DKI.

Sekitar pukul 14.30, Gubernur DKI Basuki “Ahok” Ha ha ha ha Purnama memasuki ruangan dan langsung menuju mikrofon. Di hadapan puluhan pejabat, Ahok langsung mengumumkan: “Mohon maaf lurah, camat, batal,” ujarnya.

Menurut Ahok, dirinya tidak pernah diberitahu mengenai pergantian lurah dan camat.

“Karena kami tidak pernah membahas pergantian lurah dan camat,” kata Ahok sambil memandang jajaran pejabat pimpinan II di sebelah kanannya.

Alasan lainnya karena camat dan lurah masih dalam tahap penilaian.

“Lurah dan camat belum bisa bergerak. Saya menilai Anda. Apalagi saat musim hujan. “Saya ingin melihat seberapa banyak genangan air yang ada,” ujarnya.

//

“Saya tidak suka. Kalau mau melantik, nanti muncul camat dan camatnya,” kata Ahok sambil membolak-balik fotokopi yang diberikan asistennya.

Ahok kemudian mendatangi satu per satu pejabat yang berada di barisan pelantikan. Sambil memanggil nama mereka, katanya, “Saya kontrol sampai kelas IV, tidak ada satu nama pun yang hilang. Semua nama harus masuk ke meja saya.”

Sesekali Ahok melirik Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat. “Kemarin kami tidak melakukan pembicaraan yang mendalam. “Berantakan,” kata Ahok kepada Djarot.

Sebanyak 33 pejabat yang batal dilantik pada sore hari itu hampir seluruhnya adalah camat dan kepala desa. Salah satu pejabat yang akan dilantik adalah Matnasir. Dia akan dilantik sebagai Camat Tanjung Priok, Jakarta Utara. Namun Ahok membatalkannya.

“Walikota, posisi Camat Tanjung Priok kosong, tidak apa-apa,” kata Ahok kepada Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi.

Setelah memastikan nama orang yang akan dilantik sudah benar, Ahok meminta mereka memperkenalkan diri. “Anda harus mempunyai keberanian untuk berbicara. Jika kamu tidak berani berbicara, apa yang akan kamu lakukan? memimpin?” dia berkata.

‘Kurang koordinasi’

Siapa yang harus bertanggung jawab menyusun nama-nama ini? Beliau merupakan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Agus Suradika.

Saat ditemui wartawan usai pelantikan, Agus menjelaskan kronologis penyiapan nama-nama pejabat yang akan dilantik hari ini.

“Kami menyayangkan tidak diangkatnya camat, karena kami tidak pernah membahas pergantian camat.”

“Tadi malam dibicarakan (dengan Ahok) sampai pukul 12.00 (tengah malam). Perbincangan hingga pukul 12 malam itu hanya untuk Dinparbud (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan), Dinsos (Dinas Sosial), Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah), dan pokoknya eselon II. Eselon II kembali dipesan hingga pukul 03.00. “Fajar sudah berubah,” jelas Agus.

Diantara perubahan tersebut, Ahok memutuskan eselon II tidak dirotasi. Seharusnya pejabat yang dilantik sebanyak 66 orang, namun dikurangi 33 orang sehingga hanya diangkat 33 orang pejabat.

Agus juga mengakui lemahnya koordinasi jajaran jajaran II untuk mengkomunikasikan pelantikan ini kepada pejabat terkait. Misalnya kasus Wakil Camat Tanjung Priok yang seharusnya tidak dilantik.

Seharusnya Wali Kota Jakarta Utara memberi tahu dia (Ahok) tentang pembahasan kepala divisi, katanya.

Sayangnya Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi tidak memberikan fotokopi data tersebut sehingga Ahok tidak mengetahui data terkininya.

Alasan rotasi: Mulai dari kaderisasi hingga dugaan korupsi

Rotasi pejabat ini, meski bukan kali pertama dilakukan Ahok, merupakan bagian dari pergantian pejabat besar-besaran yang dilakukan di lingkungan Pemprov DKI. Menurut Ahok, akan ada lagi pergantian pejabat pada 8 Januari 2016.

Ahok telah menyiapkan sekitar 600 pegawai setingkat staf yang akan mengikuti tes menjadi kepala desa dan camat.

Karenanya, dia tak ingin lurah dan camat diganti hari ini. Ahok mengatakan pihaknya ingin mempersiapkan penggantinya pada Januari nanti, sekaligus menghindari efek domino.

Di sisi lain, Ahok juga punya alasan lain dalam mengangkat dan mengganti sejumlah pejabat saat ini, salah satunya di Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan.

“Kami juga menemukan adanya kepuasan di Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan,” kata Ahok dalam sambutannya.

Departemen tersebut bertanggung jawab menggunakan anggaran sebesar Rp 1 triliun. “Ketua harus bertanggung jawab,” ujarnya.

Pejabat di Dinas Sosial juga digantikan Ahok karena dianggap tidak kooperatif dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS).

“Mereka bersikeras, meskipun dia disuruh melakukannya. “Itu modelnya, jadi akan kita ubah,” ujarnya.

Ahok juga mencopot Lasro Marbun dari jabatan Kepala Inspektorat DKI Jakarta. Dia dianggap terlibat kasus dugaan korupsi pengadaan Catu daya tidak terputus (UPS).

“Kalau dia tidak terlibat, nanti kita kembalikan kalau sudah ada pekerjaan,” ujarnya.

Ahok tak ingin pengusutan kasus tersebut terhambat birokrasi di inspektorat. Ahok ingin Lasro fokus menangani kasus ini.

Ahok juga mencopot Andi Baso Mappapoleonro yang sebelumnya menjabat Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD).

Senada dengan Lasro, Ahok menduga Andi juga terlibat kasus dana Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ilegal.

“Kemarin saat saya diperiksa BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), ada kecenderungan saya memberi jabatan kepada (Andi Baso) karena takut. Sepertinya aku melindungi mereka. Saya ingin membuktikannya hari ini, apakah dia bernyanyi atau tidak?” dia berkata.

Siapa lagi yang akan mencopot Ahok?

—Rappler.com

BACA JUGA:

Sidney prize