
AJI Jayapura protes atas kejadian petugas polisi memasuki ruang siaran RRI
keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Petugas polisi tiba-tiba masuk ke ruang siaran RRI Wamena, saat segmen dialog The Inspirator sedang berlangsung
JAYAPURA, Indonesia — Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jayapura pada Jumat, 26 Agustus memprotes tindakan dua anggota polisi setempat yang menyerbu ruang dialog Radio Republik Indonesia (RRI) Wamena, saat Sang Inspirator sedang siaran.
AJI menilai tindakan tersebut merupakan ancaman terhadap terpeliharanya kebebasan pers di Papua.
“AJI menilai aksi bentrok dua individu saat berdialog merupakan ancaman terhadap kebebasan pers di Bumi Cenderawasih,” kata Koordinator Advokasi AJI Jayapura Fabio Costa melalui pesan elektronik, Sabtu, 27 Agustus.
AJI Jayapura meminta Dewan Pers menindaklanjuti kejadian petugas polisi masuk ke ruang radio sembari dilakukan dialog interaktif antara lembaga penyiaran RRI dan tiga narasumber.
AJI Jayapura juga telah meminta Kapolres Jayawijaya AKBP Yan Reba segera mengusut keberadaan anggota polisi yang diyakini masuk ke tempat dialog RRI Wamena tanpa izin, ujarnya.
Pasal I Surat Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers Indonesia menyatakan: “Wartawan Indonesia bertindak independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak mempunyai itikad buruk.”
“Independensi berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, atau campur tangan pihak lain, termasuk pemilik perusahaan pers,” kata Fabio.
Kronologi kejadian
Sebelumnya, seorang anggota polisi berinisial DT berpangkat Bripda bersama rekannya yang mengenakan pakaian santai tiba-tiba masuk ke ruang siaran RRI Wamena, Jumat sekitar pukul 16.16 WIB.
Penyiar RRI yang saat itu mengudara, Ilham Aditjori, membawakan tiga pembicara. Mereka adalah Ketua Forum Masyarakat Papua Sepegunungan Tengah Jayawijaya (FMJ-PTP) Mully Wetipo, Sekretaris FMJ-PTP Yance Itlay, dan fasilitator Yayasan Teratai Hati Papua Ence Geong.
Dialog tersebut membahas peran advokasi FMJ-PTP dan Yayasan Teratai Hati Papua terkait sejumlah permasalahan sosial di Jayawijaya, seperti tingginya harga bahan bakar di daerah tersebut.
Saat dialog sedang berlangsung, DT dan rekannya tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. DT berdiri di belakang ketiga sumber tersebut. Sementara itu, seorang temannya langsung memotret sumber air tersebut. Sumber dan media penyiaran mengaku terkejut dengan kedatangan kedua orang tersebut.
Kemudian kedua individu tersebut berada di tempat diadakannya dialog interaktif tersebut selama kurang lebih lima menit. Mereka pergi tanpa mengatakan apa pun kepada sumber dan penyiar.
AJI Jayapura mengumpulkan bukti foto dan wawancara dengan ketiga narasumber tersebut. Selain itu, AJI Jayapura juga meminta konfirmasi dari Ketua RRI Wamena Anwar Imran. Menurut Anwar, biasanya anggota TNI atau Polri mendokumentasikan kegiatan dialog RRI jika narasumbernya adalah pejabat tinggi di kedua lembaga tersebut. —Rappler.com