Akankah GP Jerman menjadi balapan terakhir Rio Haryanto?
keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Akankah pebalap Rio Haryanto bertahan di balap Formula 1? Pertanyaan tersebut cukup banyak beredar sejak berakhirnya balapan di Grand Prix (GP) Hongaria pada Minggu, 24 Juli.
Anehnya, jawabannya adalah ya. Namun jawaban tersebut hanya dianggap sah hingga akhir balapan GP Jerman yang digelar pada Minggu di trek Hockenheimring.
Meski sejak awal musim tim Manor Racing telah mengumumkan bahwa Rio memiliki kontrak penuh untuk musim 2016, namun dana yang digelontorkan sponsor manajer Solo tidaklah cukup. Dari komitmen sebesar 15 juta euro atau setara Rp 219 miliar yang harus disetorkannya, manajemen Rio hanya menyerahkan sekitar 8 juta euro atau Rp 117 miliar. Nominal tersebut hanya cukup untuk menutupi setengah musim atau 11 seri balapan.
GP Jerman merupakan seri ke-12 pada balap F1 musim 2016. Meski demikian, tim Manor Racing tetap menjamu Rio di race camp. Manajer Rio Piers Hunnisett berhasil mencari dana tambahan agar bendera Merah Putih tetap berkibar di grid balap.
Namun kedepannya Hunnisett akan memanfaatkan liburan musim panas balap F1 selama 3 minggu untuk mencari tambahan dana sebesar 7 juta euro atau setara Rp 102 miliar. Masalahnya, betapapun menantangnya fisik para pembalap, F1 tetaplah sebuah bisnis.
Balapan yang masih dianggap sebagai puncak motorsport ini hanya diisi oleh pembalap-pembalap terpilih yang bisa mengikutinya. Bukan hanya mendapatkan lisensi super, tapi juga mendapatkan sponsor senilai jutaan dollar agar bisa bertahan.
Dukungan dari mantan pembalap F1
Saat diminta melanjutkan karier di F1 jelang balapan GP Jerman, Rio memilih lebih fokus balapan di Hockenheimring dan menghindari segala spekulasi terkait. Mantan pembalap F1, Anthony Davidson dan komentator balapan di SkySports, David Croft bahkan memberikan dukungan atas keputusan Rio.
Ketidakpastian situasi ini tidak membantu Rio Haryanto untuk fokus pada tugas utamanya, yaitu membawa mobil Manor secepat mungkin (ke GP Jerman), kata Croft.
Sementara itu, Davidson mengatakan, sudah bukan rahasia lagi jika para pembalap di barisan belakang membawa uang untuk bisa membalap di F1.
“Tetapi itu tidak berarti mereka tidak cukup baik untuk pekerjaan mereka. “Beberapa pembalap hebat di masa lalu (juga) membawa uang dan melebarkan karir di F1 hingga mencapai hal-hal besar,” ujarnya.
Sial bagi Rio, lanjut Davidson, jika kehabisan uang di tengah musim, ia akan kehilangan pekerjaan. Sementara itu, masih banyak pembalap lain yang bisa dengan mudah membeli kursinya.
Pengalaman hampir serupa pernah dialami Davidson sebelumnya saat membalap bersama tim Super Aguri. Tim ini akhirnya dibubarkan pada tahun 2008.
“Anda tahu, membalap di setiap balapan di bawah tekanan dan berpikir ini akan menjadi (balapan) terakhir? Situasiku sedikit berbeda, tapi aku bisa berempati padanya dalam banyak hal. “Pembalap harus melewati situasi ini, berusaha tetap fokus dan mengeluarkan performa terbaik dari mobilnya untuk tim,” kata Davidson.
Sulit untuk mengalahkan Pascal Wehrlein
Rio Haryanto pernah mengakui rekan setimnya, Pascal Wehrlein, menjadi acuan yang baik baginya saat membalap. Namun, semua pembalap F1 memahami bahwa rekan satu tim adalah pesaing pertama yang harus mereka kalahkan sebelum melihat pesaing dari tim lain.
Berdasarkan evaluasi 11 seri, keduanya hanya terpaut satu poin juara. Meski terlihat kecil, namun bisa finis di posisi 10 besar dan mendulang satu poin merupakan pencapaian besar bagi tim Manor Racing.
Meski kalah poin, Rio tak selalu tertinggal dari rekan satu timnya. Misalnya saja di GP Australia ia berhasil mencatatkan hasil kualifikasi satu posisi lebih baik dari Wehrlein. Begitu pula di GP China, GP Monaco, GP Baku, dan GP Inggris.
Balapan di GP Baku menjadi puncak karir balap Rio hingga saat ini. Di sana, pebalap berusia 23 tahun itu berhasil mencatatkan posisi grid balapan terbaiknya di P16. Saat itu, Rio hanya terpaut kurang dari 0,2 detik menuju sesi kualifikasi kedua.
Sayangnya, Rio harus mengakui kehebatan Wehrlein atas hasil balapan tersebut. David Croft yakin hal itu tidak akan mudah bagi Rio. Pasalnya, meski tertahan bersama Wehrlein di kualifikasi, di balapan mana pun Rio tak mampu mengalahkan rekan setimnya.
Berdasarkan posisi akhir klasemen kejuaraan pebalap, Rio berada di peringkat ke-23. Sedangkan Wehrlein duduk di posisi ke-17.
Rencana pengelolaan Rio
Tak bisa dimungkiri, gebrakan Rio di F1 membawa aura baru mengharumkan nama olahraga F1 di Indonesia. Kebanyakan masyarakat Indonesia yang sebelumnya mengasosiasikan kata F1 dengan “Ferrari” atau “Michael Schumacher” kini memiliki asosiasi baru yang bisa diucapkan dengan penuh kebanggaan.
Lintasan Hockenheimring akan menjadi pertaruhan besar tidak hanya bagi Rio tapi juga bagi Indonesia. Rio harus berusaha sekuat tenaga untuk mencatatkan hasil terbaik pada balapan Minggu 31 Juli nanti. Tujuannya adalah untuk meningkatkan “posisi jual” di mata calon investor baru.
Hal ini juga menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia dalam menyiapkan dana dan mempertahankan Rio di turnamen F1. Manajer Rio, Piers Hunnisett, mengabarkan ada beberapa calon sponsor dari negara lain yang ingin mendukung karier Rio. Meski demikian, ia mengatakan sponsorship dari Indonesia tetap menjadi prioritas utama.
Harapan terbaiknya, Rio bisa terus membalap hingga akhir musim, yakni di GP Abu Dhabi pada 25-27 November. Namun, jika manajemen Rio gagal mendapatkan dana tambahan, tidak ada salahnya jika Rio mengambil rehat sementara dengan mencari peluang menjadi test driver di tim level menengah atau atas. Ia juga dapat mengikuti balapan di seri lain untuk menambah jam balapannya.
Cukup rasional jika Rio kembali belajar terlebih dahulu pada tim yang fasilitas penelitian dan teknologinya lebih mapan. Apalagi mengingat perubahan regulasi balap F1 yang bakal berubah cukup signifikan pada tahun depan.
Apapun keputusan yang diambil tim Manor Racing nantinya, tentu akan menjadi pembelajaran berharga. Tak hanya bagi Rio, tapi juga bagi Indonesia dan para pecinta balap F1.
Perpaduan antara keahlian balap dan dukungan manajemen dalam kesiapan finansial menjadi sebuah harmoni penting bagi keberlangsungan karir di olahraga tercepat di dunia tersebut. – Rappler.com