Akibat cuaca buruk, banjir melanda sejumlah wilayah di Aceh
keren989
- 0
BANDA ACEH, Indonesia – Cuaca buruk melanda Provinsi Aceh selama sepekan terakhir. Hujan dengan intensitas tinggi terjadi di sejumlah kecamatan. Akibatnya, banjir melanda beberapa titik di Aceh.
Informasi yang dihimpun Rappler menunjukkan banjir terjadi di sejumlah wilayah di pesisir timur Aceh. Ketinggian air di setiap daerah berbeda-beda, berkisar antara 20 cm hingga 1,5 meter. Ribuan rumah terendam air. Warga yang rumahnya terendam air terpaksa mengungsi ke tenda pengungsian atau musala yang tidak terkena dampak banjir.
Banjir sudah terjadi sejak lima hari lalu dan hingga saat ini air belum surut. Salah satu warga diduga meninggal dunia karena terseret arus banjir.
Pidie dilanda banjir selama lima hari
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie, Apriadi mengatakan, lima hari lalu, banjir merendam ratusan rumah di Kabupaten Pidie. Ketinggian air mencapai lutut orang dewasa hingga pinggang.
Banjir tersebut terjadi akibat meluapnya dua sungai besar di sana (sungai Krueng Baro dan Krueng Tiro). Debit air sungai meningkat drastis setelah sepekan terakhir diguyur hujan tanpa henti.
Banjir yang menggenangi dua sungai itu mulai masuk ke rumah warga di lima kecamatan sejak lima hari lalu dan tak kunjung surut hingga kini. Terdiri dari Kabupaten Sigli, Pidie, Grong-grong, Delima dan Padang Tiji.
“Total lima kabupaten terendam banjir selama lima hari. Namun yang terparah ada di dua kecamatan yakni Kota Sigli dan Grong-grong,” kata Apriadi, Sabtu 3 Desember 2017.
Di dua kecamatan terparah, BPBD Pidie telah mendirikan tenda pengungsian. Dapur umum juga dibuka untuk pengungsi korban banjir.
Hingga hari kelima, tambah Apriadi, banjir belum juga surut karena daerah yang tergenang merupakan daerah yang memiliki masalah drainase. Selain itu, hujan lebat terus mengguyur Kabupaten Pidie.
“Hujan berhenti selama dua jam, lalu mulai lagi. Kami sudah menyiapkan perahu karet untuk mengevakuasi warga dari lokasi banjir,” kata Apriadi.
Tak hanya rumah warga, banjir luapan ini juga merusak dua jembatan gantung di Kecamatan Sakti dan Tiro. “Jembatan itu ambrol saat diterjang banjir,” kata Apriadi. Namun, runtuhnya jembatan tersebut tidak mengganggu aktivitas warga.
Apalagi banjir di Pidie memakan korban jiwa. Seorang bocah bernama Muhammad Gaddafi (4,5) adalah warga Desa Bucue, Kecamatan Sakti, Pidie. Bocah malang ini hanyut terbawa arus saat bermain dengan temannya. Tubuhnya ditemukan seratus meter dari tempat awalnya dimainkan.
Di Kabupaten Pidie Jaya juga terjadi banjir. Genangan air mulai merembes ke rumah warga usai hujan deras. Di Kecamatan Ulim, ketinggian air mencapai 1,5 meter. Ratusan warga mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Kepala BPBD Pidie Jaya, Muhammad Nasir mengatakan, banjir terparah terjadi di Desa Balee Ulim, Nangroe Barat dan Nangroe Timu yang termasuk dalam Distrik Ulim. Banjir juga melanda Kecamatan Meureudu dan Kecamatan Meurah Dua.
“Kami meminta tim bersiap menghadapi segala kemungkinan dan memantau cuaca,” kata Nasir.
Ratusan keluarga berlindung di Bireuen
Sementara itu, hujan lebat yang mengguyur Kabupaten Bireuen sejak Jumat, 1 Desember 2017 menyebabkan banjir dan tanah longsor di beberapa kecamatan. Ratusan kepala keluarga (KK) mengungsi ke tempat yang lebih aman. Longsor bahkan merusak sejumlah rumah warga dan jembatan.
Muhammad Nasir, Kepala BPBD Bireuen, mengatakan banjir dan tanah longsor terjadi di sembilan kabupaten di Bireuen. Dari jumlah itu, hanya dua kecamatan yang terkena dampak terparah sehingga memaksa warganya mengungsi.
“Dua kecamatan yang paling parah adalah Kuta Makmur dan Gandapura,” kata Muhammad Nasir.
Di Kuta Makmur, kata dia, jumlah warga yang mengungsi mencapai 267 KK di delapan desa. Di kabupaten ini, enam rumah rusak akibat longsor.
Satu rumah milik Muslim (40) di Desa Cot Kruet, di Desa Trieng Gadeng, tiga rumah milik Zakaria Ismail, Nasai A Gani, dan Ummi Kalsum. Di Desa Panton Mesjid, dua rumah rusak milik Marzuki M Ali dan Bakhtiar.
Sementara di Kecamatan Gandapura, sebanyak 179 warga mengungsi dari lima desa. Sebelumnya, sebanyak 23 KK warga Desa Paya Baroe diisolasi. Kini mereka telah dievakuasi ke kamp pengungsian. Sementara kerusakan jembatan dan jalan terjadi di beberapa kabupaten.
Banjir melanda 19 kabupaten di Aceh Utara
Di Kabupaten Aceh Utara, banjir merendam ribuan rumah warga di 19 kecamatan selama tiga hari terakhir.
Dari jumlah itu, tiga kecamatan yang paling parah terkena banjir adalah Kecamatan Matang Kuli, Samudera, dan Pirak Timu. Ketinggian air di sana mencapai 1 – 1,5 meter.
Kepala BPBD Aceh Utara, Munawar, mengatakan banjir pertama terjadi Jumat lalu setelah hujan deras dan luapan air sungai. Namun, banjir semakin parah pada Sabtu 2 Desember 2017 setelah banjir datang dari pegunungan Kabupaten Bener Meriah.
BPBD Aceh Utara telah mendirikan tenda pengungsian di berbagai titik. Mereka juga membuka dapur umum untuk para korban banjir. Munawar mengatakan, pihaknya belum memiliki data konkrit mengenai jumlah warga yang mengungsi karena sebagian besar warga hanya bertahan sebentar di titik pengungsian.
“Saat banjir surut, warga meninggalkan titik pengungsian. Bantuan sudah mulai disalurkan kepada para korban,” kata Munawar saat dihubungi Rappler, Senin, 4 Desember 2017.
Hujan deras yang mengguyur Aceh selama sepekan terakhir juga menyebabkan empat titik tanggul sungai Krueng Pasee jebol. Akibatnya, air menggenangi pemukiman warga. Empat titik tersebut berada di bantaran sungai Krueng Pasee yang masuk dalam wilayah Kecamatan Syamtalira Aron dan Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara.
“Ada satu titik lagi yang hampir putus, yakni di Krueng Peuto, lokasinya dekat jalan lintas nasional tepatnya di Paya Brandang, Kecamatan Tanah Lebar, Aceh Utara,” kata Kepala Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Aceh Utara. PU-PR), Edi Anwar, saat dimintai keterangan, Senin, 4 Desember 2017.
Dampak Topan Dahlia
Kepala Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Bandara Sultan Iskandarmuda Blang Bintang, Aceh, Zakaria mengatakan, cuaca buruk di Aceh akibat dampak Topan Dahlia yang melintasi Aceh.
“Siklon Dahlia kemungkinan akan memberikan dampak cuaca ekstrem di beberapa wilayah Aceh,” katanya.
Pergerakan Angin Puyuh Eddy dari Laut Cina Selatan melintasi Semenanjung Malaysia hingga Selat Malaka akan menyebabkan tumbuhnya Siklon Dahlia di barat daya Bengkulu. Sehingga nantinya akan membuat pembelokan angin dan penyempitan massa udara di atmosfer Aceh.
“Sehingga akan terjadi awan konvektif yang berpotensi terjadi hujan lebat, petir dan angin kencang yang juga akan berdampak pada meningkatnya gelombang tinggi di wilayah Aceh,” kata Zakaria. —Rappler.com